Sesat Menurut Al-Quran
Kata “Sesat” di dalam Al-Qur’an
berasal dari akar kata “Dhalalah”. Kata Dhalalah dengan segala bentuk
katanya di dalam Al-Qu’an disebutkan kurang-lebih 193 kali. Bermacam-macam
sifat dan prilaku manusia oleh Al-Qur’an dinyatakan sebagai orang-orang yang
sesat, antara lain:
1. Orang-orang kafir
dalam segala bentuknya, harbi atau dzimmi.
2. Orang-orang musyrik
dalam segala tingkatannya.
3. Orang-orang munafik
dalam segala bentuknya.
4. Orang-orang zalim
dalam tingkatan dan bentuknya, terhadap orang lain atau dirinya sendiri.
5. Orang-orang yang
berbuat dosa dan maksiat, dalam segala tingkatannya.
6. Orang-orang yang
suka hidup mewah dan berlebihan.
7. Orang-orang yang
tidak peduli terhadap kebenaran.
8. Sifat-sifat dan
prilaku lain yang tidak disukai oleh Allah swt.
Orang yang berlebihan dan peragu,
Allah swt berfirman:
“Demikian Allah menyesatkan orang-orang
yang berlebihan dan ragu-ragu.” (Al-Mu’min: 34)
Orang-orang yang berdosa digolongkan pada
mereka yang menzalimi diri sendiri. Allah swt berfirman: “Sekiranya mereka
ketika menzalimi diri mereka datang kepadamu (Muhammad), lalu mereka memohon
ampun kepada Allah dan Rasulpun memohonkan ampunan untuk mereka, niscaya mereka
dapati Allah Maha Menerima taubat dan Maha Menyayangi.” An-Nisa’: 64)
Tentang mereka yang tidak peduli terhadap
kebenaran:
“Mereka punya hati tapi tidak paham
tentangnya, mereka punya mata tapi tidak melihatnya, mereka punya pendengaran
tapi tidak mendengarnya, mereka itu seperti binatang bahkan lebih sesat. Mereka
itulah orang-orang yang lalai.” (Al-A’raf: 179).
Tentang orang-orang yang zalim, Allah swt
berfirman:
“Allah menyesatkan orang-orang yang zalim
dan Allah melakukan apa yang dikehendaki-Nya.” (Ibrahim: 27)
“Mereka telah menyesatkan orang banyak,
dan janganlah Engkau tambahkan pada orang-orang yang zalim itu kecuali
kesesatan.” (Nuh: 24)
Tentang orang-orang zalim yang paling
bahaya
“Tunjuki kami ke jalan yang lurus,
jalan orang-orang yang Engkau karuniai nikmat, bukan (jalan) mereka yang
dimurkai dan bukan juga (jalan) mereka yang sesat.” Al-Fatihah: 6-7). Dalam banyak hadis disebutkan bahwa
yang dimaksudkan mereka yang dimurkai dan mereka yang sesat adalah Yahudi dan
Nashrani. Dalam kontek sekarang, menurut pemahaman saya adalah Amerika dan
Zionis. Dan ayat ini kita baca setiap hari dalam shalat-shalat kita.
Itulah sebagian dari sifat dan prilaku
manusia yang disesatkan oleh Al-Qur’an. Jika Anda ingin mengetahui lebih
detail, bukalah Mu’jam Al-Qur’an, dan cari kata “Dhalla”.
Jika sifat dan prilaku itu yang disesatkan
oleh Al-Qu’an, bukankah kita termasuk orang yang sesat? Dan hampir semua
manusia disesatkan oleh Al-Qu’an, kecuali para kekasih Allah swt yang jumlahnya
bisa dihitung dengan jari. Siapakah di antara kita yang merasa tidak berdosa?
Yang tahu dirinya sendirinya, itu kalau dosa pribadi. Tapi, jika dosa-dosa itu
menyengsarakan kehidupan orang banyak, baik yang sudah dipublikasikan oleh
media maupun yang belum, tentu dosa itu adalah dosa yang lebih besar bahkan
paling besar dan paling dimurkai oleh Allah swt.
Jika kita termasuk orang-orang yang
melakukan dosa-dosa yang menyengsarakan ratusan juta manusia, yang di dalamnya
kebanyakan rakyat kecil dan orang-orang lemah, yang dicintai oleh Rasulullah
saw, tentunya kita sadar diri. Jika itu prilaku kita sehari-hari, mengapa kita
meriakkan kesesatan orang lain? Bahkan dipublikasikan. Padahal kalau kita lihat
dari dampaknya secara kwalitas dan kwantitas, prilaku kita lebih sesat dari
orang yang disesatkan.
Kita sering menyesatkan orang lain hanya
karena beda paham dan pemahaman terhadap Al-Qur’an dan Al-Hadits. Beda mazhab
dan golongan. Semua mazhab dalam Islam menjadikan Al-Qur’an dan hadis sebagai
rujukan utama. Baik itu mazhab akidah, Ahlussunah atau Syiah, Wahabi atau
Khawarij, Mu’tazilah atau Murji’ah, Salafi atau yang lain. Maupun mazahab
Fiqih, Syafi’i atau Maliki, Hambali atau Hanafi, atau mazhab-mazhab baru
lainnya yang tidak mengatasnamakan mazhab. Mereka semua merujuk pada Al-Qur’an
dan Al-Hadits. Mengapa kita harus saling menyesatkan hanya karena beda paham dan
pemahaman.
Jika ini yang terjadi dalam tubuh ummat
Islam, sampai kapan pun tujuan utama Islam tidak akan tercapai, bahkan akan
dimanfaatkan oleh musuh-musuh Islam dan ummatnya. Bisa jadi sudah dimanfaatkan?
Yang berjuang jangan menyombongkan diri dan menyesatkan orang lain,
karena itu bukan ridha Allah swt yang akan didapatkan, tetapi sebaiknya murka
Allah dan Rasul-Nya. Na’udzubillah min dzalik.
Marilah kita hentikan sikap
sesat-menyesatkan, malu pada diri sendiri, malu kepada Allah dan Rasul-Nya.
Kalaupun ada sekelompok saudara kita seperti Al-Qiyadah Al-Islamiyah, kita ajak
dialog dari hati ke hati, kita anggap keluarga besar kita, kesulitan mereka
kesulitan kita, kesengsaraan mereka kesengsaraan kita, dan kebahagiaan mereka
kebahagian kita bersama. Bukankah kesuksesan missi Rasulullah saw dengan
cara ini, dan beliau menyampaikannya dengan mau’izhan dan hikmah.
Teristimewa bagi MUI dan Pejabat Negara.
Bukankah MUI sebagai orang tua kita dalam missi Rasulullah saw, dan Pejabat
Negara sebagai orang tua kita dalam missi Ketuhanan? Jika antara orang tua dan
anak saling mencaki-maki, sesat menyesatkan. Apa jadinya negeri ini? Musibah ke
musibah yang lain belum teratasi di negeri ini, ditambah lagi caci-maki dan
saling menyesatkan antara anak dan orang tua. Saya khawatir musibah di negeri
ini bukannya teratasi, bahkan diperbesar oleh Allah swt karena akibat prilaku
dan perbuatan kita. Hal ini sudah terjadi di zaman terdahulu dan dilestarikan
di dalam Al-Qur’an, seperti kaum negeri Saba’.
Wahai Bapak-bapak kami, di pundakmu beban
yang berat, yang pasti dimintai pertangan jawab di hadapan Allah dan Rasul-Nya.
Kami semua anak-anakmu kelak pasti menyaksikanmu dan menjadi saksi di
Mahkamah Ilahi. Betapa malunya kita di hadapan Mahkamah Ilahi saat Allah swt membuka
semua aib dan dosa kita yang tak terampuni. Saat itu jelas kita mempermalukan
Rasulullah saw di hadapan Allah dan para Malaikat-Nya, Nabi-nabi terdahulu dan
ummatnya. Marilah kita renungkan bersama prilaku kita, renungkan sikap dan
prilaku kita menjelang tidur sebagai lambang kematian.
Wahai saudara-saudaraku, hentikan segera
sikap saling menyesatkan di antara kita, hanya karena beda paham dan pandangan.
Biarlah sikap “Menyesatkan” itu hak prerogatif Allah dan Rasul-Nya, bukan hak
kita. Al-Qur’an dan Al-Hadits bagaikan samudra ilmu, yang akan mengalir ke
dalam pikiran dan hati kita jernih dan bersih. Mari kita kaji Al-Qur’an dan
Al-Hadits dengan pikiran yang jernih dan hati yang bersih. Semoga Allah swt
mengalirkan mata air kecemerlangan ke dalam kehidupan kita, agar negeri ini
segera mendapat perlindungan Allah swt dari segala musibah yang kita takutkan,
dan petolongan-Nya dari segala kesulitan ekonomi. Amin Ya Rabbal ‘alamin.
Wahai saudaraku, mari kita baca munajat
yang diajarkan oleh Rasulullah saw kepada keluarganya, dan dikumandangkan oleh
cucunya Imam Ja’far Ash-Shadiq (sa) di zamannya, zaman kezaliman, berikut ini
munajatnya:
Ya Allah, sungguh kezaliman
hamba-hamba-Mu telah tegak di negeri-Mu, sehingga keadilan dimatikan,
jalan-jalan diputuskan kebenaran dihapuskan, kejujuran disia-siakan kebajikan
disembunyikan, keburukan ditampakkan ketakwaan direndahkan, petunjuk
dihilangkan kebaikan dimusnahkan, keburukan ditegakkan kerusakan dikembangkan,
kekufuran dikuatkan kezaliman dipenuhi, perubahan dimusuhi Ya Allah,
Tuhanku Tidak ada yang dapat melepaskan kami dari semuanya kecuali kekuasaan-Mu
Tidak ada yang dapat melindungi kami dari semuanya kecuali anugrah-Mu Ya
Allah, maka hancurkan kezaliman. Putuskan belenggu penindasan. Hancurkan pusat
kemungkaran. Muliakan orang yang menghindari kezaliman. Cabikkan akar-akar para
pelaku kesewenang-wenangan. Tutupkan kepada mereka kekurangan setelah mereka
berlebihan. Ya Allah, segerakan kepada mereka kebinasaan. Porak-porandakan
mereka dengan perpecahan. Turunkan kepada mereka hukuman. Ambil nyawa
kemungkaran. Sehingga tenanglah orang yang ketakutan. Tenteramlah orang yang
kesulitan. Kenyanglah orang yang lapar. Dipelihara orang yang terlantar.
Dilindungi orang yang terusir. Dikembalikan orang yang terbuang. Supaya
orang fakir dikayakan. Orang yang meminta perlindungan dilindungi. Orang besar
dihormati, orang kecil disayangi. Orang teraniaya dimuliakan, orang zalim
dihinakan. Orang kesusahan dibahagiakan. Supaya lepaslah segala derita,
dan hilanglah segala nistapa Matilah pertikaian dan hiduplah kasih sayang Pengetahuan
menjulang tinggi dan perdamaian menyebar luas Perpecahan disatukan dan
ketenangan dikokohkan Iman dikuatkan dan Al-Qur’an dibacakan Sungguh, Engkaulah
Maha Pembalas, Pemberi nikmat, Penabur karunia. (Manhaj Ad-Da’awat: 263)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar