MANUSIA DALAM AL-QUR’AN : Memahami Terminologi Al-Insan Dalam Al-Qur’an
Ada beberapa pendapat tentang
pengertian al-insan secara etimologis. Dalam kamus al-Wâfî karya Abu
‘Amru, al-insan berasal dari akar kata anasa atau nasiya yang berarti
lupa Adapula yang menyebutkan bahwa al-insan berasal dari kata
nâsa-yanusu yang artinya berguncang.
Sedangkan dalam Mufradât
Alfâdzi’l-Qur’an, al-Ashfahani berkata, “sebagian berpendapat bahwa
manusia disebut insan karena ia tidak bisa hidup sendiri, ia saling
menopang kehidupan manusia lainnya. Atau, karena ia berbuat lembut
kepada siapa yang berlemah lembut kepadanya. Ada juga yang berpendapat,
insan berasal dari kata insiyan, dinamakan demikian karena ia telah
diberi amanah oleh Allah tapi melupakannya”.
Hal yang perlu diperhatikan ketika
membahas tentang manusia dalam Al-Qur’an adalah terma yang biasa
digunakan untuk menunjuk manusia. Paling tidak, ada tiga padanan kata
al-insan dalam al-Qur’an;
1. Basyar.
Kata basyar berasal dari kata
basyara yang berarti hasuna (baik), jamula (indah) atau bisa juga fariha
(senang) . Mulanya ia adalah penampakan sesuatu dengan baik dan indah,
kemudian dari akar kata yang sama lahir kata basyarah yang berarti kulit
dan manusia disebut basyar karena kulitnya tampak jelas.
Dalam al-Qur’an basyar biasa
digunakan untuk menunjuk manusia sebagai makhluq yang memiliki kebutuhan
biologis; makan, minum, istirahat, tidur dan sebagainya (ya’kulu
at-tha’âm wa yamsyi fi’l-aswâq). Kata ini tertera dalam Al-Qur’an
sebanyak 35 kali. Sebagian ayat menjelaskan tentang sisi-sisi kemanusian
para nabi dan rasul yang menyerupai seluruh manusia secara jelas
(Al-Kahfi: 110) dan sebagian lain tidak dinyatakan dengan jelas, walau
pada hakikatnya menunjukkan hal tersebut.
2. Kata yang terdiri dari huruf alif, nun dan sin, seperti; al-ins, an-nâs, unâs..
An-nas, dalam al-Qur'an tertera
sekitar 240 kali, yang dengan jelas menunjuk kepada keturunan Adam As
secara umum. Al-ins, adalah sinonim dari al-insan yang juga berasal dari
anasa. Namun penggunaan keduanya dalam Al-Qur’an berbeda; al-ins selalu
dihubungkan dengan al-jin dalam hubungan oposisi (kebalikan). Ia
tertera dalam Al-Qur’an dalam 18 ayat. Mengapa hubungan oposisi? Karena
kita adalah makhluk yang nyata, berbeda dengan jin yang abstrak, atau
biasa kita sebut dengan makhluk halus, yang hidup di alam lain dan tidak
tampak oleh mata kita.
Sedangkan al-insan adalah terma yang
digunakan tidak terbatas pada manusia sebagai makhluk abstrak (ins),
ataupun manusia yang memiliki kebutuhan-kebutuhan biologis (basyar),
tapi ia digunakan untuk menunjuk manusia dengan segala totalitasnya,
yang berbeda dengan makhluk lain dan diberi amanah untuk menjadi
khalifatu’l-Lahfi’l-ardl.
3. Bani Adam dan Dzurriyat Adam
3. Bani Adam dan Dzurriyat Adam
Yaitu, seluruh keturunan dan anak cucu Adam As.
Asal Mula Penciptaan Manusia
فلينظر الانسان ممّ خلق
Maka hendaklah manusia memperhatikan dari apakah dia diciptakan. (QS. At-Thariq: 5)
Allah memerintahkan manusia untuk
merenungi asal penciptaannya. Ia juga menjelaskan setiap priode hidup
manusia dalam Al-Qur’an, sejak awal penciptaan hingga ia dibangkitkan
kembali. Sebenarnya, ada pelajaran yang ingin disampaikan Allah kepada
manusia. Tidak sekedar agar manusia tahu tahap demi tahap priode itu
berlangsung, tapi agar saat mereka membaca ayat tersebut mereka dapat
menyesuaikan apa yang dijelaskan oleh Al-Qur’an dengan priode hidup yang
mereka jalani. Jadi ada usaha untuk memadukan antara teks dan realita.
Saat hal itu mampu manusia lakukan, akan ada pengaruh dalam hati mereka,
seakan-akan ayat itu berbicara khusus kepada mereka. [1]
يا أيها الناس ان كنتم في ريب من البعث
فانا خلقناكم من تراب ثم من نطفة ثم من علقة ثم من مضغة مخلقة وغير مخلقة
لنبين لكم و نقرّ في الأرحام ما نشاء الى أجل مسمّى ثم نُخرجُكم طفلاً ثم
لتبلغوا أشدكم ومنكم من يتوفى ومنكم من يرد الى أرذل العمر لكيلا يعلم من
بعد علم شيئاَ
“Wahai manusia, jika kamu masih meragukan hari kebangkitan, sesungguhnya Kami ciptakan kalian dari tanah kemudian
dari tetes mani, kemudian dari segumpal darah, kemudian dari segumpal
daging yang sempurna kejadiannya dan yang tidak sempurna, agar kami
jelaskan kepada kalian. Dan Kami tetapkan dalam rahim apa yang Kami
kehendaki sampai waktu yang telah ditentukan kemudian Kami keluarkan
kamu sebagai bayi kemudian(dengan berangsur-angsur) kalian sampai pada
kedewasaan dan di antara kalian ada yang diwaftkatan dan(adapula) yang
dipanjangkan umurnya sampai pikun supaya dia tidak mengetahui sesuatu
yang dulu diketahuinya…” (QS. Al-Hajj: 5)
Adapun tentang asal mula penciptaan manusia, selain ayat di atas, ayat di bawah ini juga menjelaskan hal tersebut:
ولقد خلقنا الانسانَ من سلالةٍ من
طينٍ* ثم جعلناه نطفةً في قرارٍ مكينٍ * ثم خلقنا النطفةَ علقةً فخلقنا
العلقةَ مضغةً فخلقنا المضغةَ عظاماً فكسونا العظامَ لحماً ثم أنشأناه
خلقاً آخرَ فتبارك الله أحسنُ الخالقينَ
“Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari
saripati(berasal) dari tanah. Kemudian Kami jadikan saripati itu air
mani(yang disimpan) dalam tempat yang kokoh(rahim). Lalu air mani itu
Kami jadikan segumpal darah, segumpal darah itu Kami jadikan segumpal
daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang-belulang, lalu
tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan
dia makhluq yang berbentuk lain. Maha suci Allah, Pencipta Yang Paling
Baik”.(QS. Al-Mu’minun: 12-14)
Fase Penciptaan Manusia Dari Tanah
Allah menjelaskan dalam Al-Qur’an bahwa manusia dicipta dari sulâlâh min thin. Dalam menafsirkan ayat ini, ada beberapa pendapat ulama. Pertama, Alfarisi dan Ibnu Abbas mengatakan bahwa yang dimaksud dengan al-insan dalam ayat ini adalah nabi Adam As yang diciptakan dari saripati (sulâlâh) setiap jenis tanah. Kedua, pendapat Abu Shalih, yang mengatakan bahwa al-insan adalah bani Adam dan sulâlâhadalah nabi Adam. Ketiga, pendapat yang mengatakan bahwa sulâlâh min thin adalah sperma dan sel telur, keduanya berasal dari makanan, dan makanan asalnya adalah tanah. [2]
ولقد خلقنا الانسانَ من سلالةٍ من طين
“Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari saripati(berasal) dari tanah”. (QS. Al-Mu’minun: 12)
Jika
kita telaah ayat-ayat Al-Qur’an, ada beberapa kata yang digunakan untuk
menunjukkan asal penciptaan manusia. Untuk itu beberapa mufassir
mencoba berijtihad membuat urutan priode dari kata-kata tersebut sesuai
dengan penciptaan Adam dan anak cucunya; [3]
- Debu(من تراب,) menunjukkan pada penciptaan awal.
- Tanah liat(من طين) menunjukkan pada bercampurnya tanah dan air.
- Lumpur hitam yang dibentuk (من حماء ٍمسنون) menunjukkan pada tanah liat yang sudah dibentuk dan sedikit berubah karena udara.
- Tanah yang lekat atau tetap (من طين لازب), menunjukkan pada tanah liat yang sudah memiliki bentuk yang tetap.
- Tanah liat yang kering ( من صلصالٍ من حماء ٍمسنون) menunjukkan bahwa tanah yang memiliki bentuk tetap tadi sudah kering dan bisa menimbulkan suara.
- Tanah kering seperti tembikar ( من صلصالٍ كالفخَّارِ,) yaitu yang sudah disempurnakan dengan memasukkannya ke dalam api, seperti porselen.
- Kemudian Allah Swt. mengabarkan tentang ditiupnya ruh kedalam jasad tadi dan sempurnalah penciptaannya.
Fase Penciptaan Dalam Rahim
يخلقكم في بطون أمهاتكم خلقاً من بعد خلق في ظلمات ثلاث
“Dialah (Allah) yang menjadikan kalian dalam perut ibu kalian kejadian demi kejadian, dalam tiga kegelapan”(QS. az-Zumar: 6)
1. An-Nuthfa
ثم جعلناه نطفةً في قرارٍ مكينٍ
“Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim)”. (QS. Al-Mu’minun: 12-14)
Inilah fase awal terjadinya manusia. Nuthfah adalah
air mani yang berasal dari sperma laki-laki dan sel telur wanita, dan
masing-masing memiliki peran seimbang. Ayat di atas dimulai dengan
sebuah kataثم yang mungkin tidak membutuhkan waktu lama untuk
membahasnya. Tapi, berapa lama jarak antara penciptaan Adam dan
penciptaan kita dari nuthfah?
Kata ini meski sederhana tapi memiliki makna yang dalam. Tsumma dalam
ayat ini, menunjukkan hubungan antara permulaan species, Adam
As.(sebagai manusia pertama), dan permulaan setiap manusia. Betapa
antara Adam dan setiap manusia di dunia memiliki hubungan yang terus
berkesinambungan dan tak pernah terpisah. Jika saja ada di antara
hubungan itu yang terpisah, maka adakah manusia lain selain keturunan
Adam? [4]
Nuthfah(zygote), yang
merupakan hasil dari pembuahan ovum oleh sperma, terus berkembang dalam
rahim ibu, membelah dan menjadi bagian-bagian yang lebih banyak. Ia
bergerak dalam rahim ibu dan mendapatkan makanan dari sari-sari makanan
ibu yang ada di dalamnya. Saat sel-sel tadi terbelah, ada kejadian di
mana sel terbelah sempurna menjadi bagian-bagian yang sama dan
berkembang menjadi 2 individu yang kita kenal dengan kembar identik. Nuthfah terus berkembang, ia mengelompok dan menjadi gumpalan darah yang disebut ‘Alaqoh. [5]
2. Al-’Alaqoh (Merula)[6]
ثم خلقنا النطفةَ علقةً
Lalu air mani itu Kami jadikan segumpal darah (QS. Al-Mu’minun: 14)
Pada awalnya ‘alaqoh bergerak
bebas di dalam ovarium dan mendapatkan makanan dari sari makanan ibu.
Kemudian secara perlahan, ia bergerak keluar dari ovarium dan mulai
menempel di dinding rahim, untuk berproses menjadi mudghah.
3. Al-Mudghah
فخلقنا العلقةَ مضغةً
Maka segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging. (Al-Mu’minun: 14)
Mudghah adalah gumpalan
daging yang manjadi wadah dari gumpalan darah. Fase ini dimulai pada
minggu ke-4 masa kehamilan dan dikenal dengan fase awal tumbuhnya
anggota vital dari tubuh manusia. [7]
Mudghah inilah yang kemudian membelah dirinya menjadi 2 lapisan, yaitu:
- Mukhallaqoh (Lapisan Dalam)
Mudghah Mukhallaqoh, yang sempurna kejadiannya, atau lapisan dalam dari mudghah inilah yang kemudian berproses menjadi embrio atau calon bayi
- Ghairu Mukhallaqoh (Lapisan Luar)
Mudghah Gairu Mukhallaqoh,
yang tidak sempurna kejadiannya, atau lapisan luar dari mudghah,
kemudian berproses menjadi plasenta atau ari-ari yang di antara
fungsinya adalah untuk menyalurkan makanan kepada bayi. [8]
4. Al-’Idzâm dan Al-Lahm[9]
فخلقنا المضغةَ عظاماً فكسونا العظامَ لحماً
“Dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang-belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging”. (QS. Al-Mu’minun: 12-14)
Sebagian Mufassir mengatakan bahwa
perubahan gumpalan daging menjadi tulang belulang bisa seluruhnya, bisa
pula sebagian dari daging. Dan setelah diadakan penelitian ilmiah,
proses perubahan menjadi tulang hanya melibatkan sebagian dari gumpalan
daging.
Mengapa Al-Qur’an memisahkan fase gumpalan darah dan fase pembentukan tulang? Allah A’lam-
karena Al-Qur’an mengidentifikasikan setiap fase sesuai proses
terpenting yang terjadi, pada fase ini yang terpenting adalah
pembentukan tulang, yaitu berubahnya mudghah menjadi ‘idzam, atau gumpalan kecil darah menjadi tulang belulang yeng merupakan rangka dari tubuh manusia.
Bersamaan dengan perubahan menjadi
tulang, muncul pula daging lengket yang membungkus tulang. Menurut ilmu
kedokteran, hal ini terjadi pada minggu ke-4, karena ilmu kedokteran
tidak memisahkan antara fase mudghah, ‘idzam dan lahm. Tapi ada kesesuian dengan Al-Qur’an tentang urutan kejadian setiap fase pada minggu ke-4 ini.
5. Al-Khalq Al-Akhar
ثم أنشأناه خلقاً آخرَ فتبارك الله أحسنُ الخالقينَ
“Kemudian Kami jadikan dia makhluq yang berbentuk lain. Maha suci Allah, Pencipta Yang Paling Baik”. (QS. Al-Mu’minun: 14)
Ayat ini menjelaskan tentang proses
kejadian manusia dalam kandungan setelah melewati 4 bulan pertama, yang
oleh sebagian ulama disebut dengan dzulumat tsalats (40 hari pertama di dalam ovarium, 40 hari kedua, sejak ‘alaqoh dalam ovarium berproses menjadi mudghah dan berpindah ke dalam rahim. 40 hari terakhir, saat embrio terbungkus kuat dalam suatu selaput yang disebut Tuba Fallopy (kulit ketuban). [10]
Kata ansya-a yang digunakan dalam ayat ini, menunjukkan ketelitian penciptaan manusia, karena kata insya’berarti mencipta sesuatu dan mengatur/mendidiknya. Adapun tentang khalq akhar, Ibnu Katsir mengatakan bahwa proses perubahan manusia menjadi khalq akhar adalah
saat dimana Allah meniupkan ruh hingga ia menjadi makhluk yang memiliki
pendengaran, penglihatan, pengetahuan gerakan dan sebagainya. Serupa
dengan Ibnu Katsir, Al-Khudzri, Ibnu Jarir dan Ibnu Abi hatim
menafsirkan ayat tersebut dengan penafsiran yang sama.
Ada pula yang menafsirkan ayat tadi
dengan lahirnya manusia atau tumbuhnya rambut, tumbuhnya gigi atau
perubahan keadaan setelah lahir ke dunia, dari sejak baru lahir kemudian
menyusui, dan seterusnya hingga mati.[11]
Pada hakekatnya, pertumbuhan janin
dalam rahim berbeda antara satu dan lainnya, sebagaimana perbedaan
pertumbuhan manusia setelah dilahirkan. Maka, setelah memasuki bulan
ketiga dari masa kehamilan, terjadi perbedaan perkembangan antar tiap
janin. Tapi, setiap janin yang sudah memasuki bulan keempat, akan
memasuki fase baru dalam pertumbuhannya, karena telah memiliki
organ-organ vital dalam dirinya.
Demikian janin terus berkembang
hingga saat memasuki usia 7 bulan, ia sudah dapat bertahan hidup dengan
organ tubuh yang lengkap tapi belum sempurna. Setelah berusia 9 bulan,
maka ia mulai siap dilahirkan ke dunia.
[1] Dr. Muhammad Izzuddin Taufiq, Dalil’l-Anfus Baina Al-Qur’an wa Al-Ilmi’l-Hadits, Dâr el-Salâm, Cairo, cet. III, 2004, hal. 70.
[2] Ibid, hal. 71
[3] Ibid, hal. 73
[4] Ibid, hal. 75
[5] Dr. Muhammad Izzuddin Taufiq, Dalil’l-Anfus Baina Al-Qur’an wa Al-Ilmi’l-Hadits, Dâr el-Salâm, Cairo, cet. III, 2004, hal. 70.
[6] Muhammad Idris Jauhari, Membentuk Generasi Robbi Rodliyya, Pustaka Hikmah Perdana, Surabaya, Cet. I, 2005, hal.53-54
[7] Dr. Muhammad Izzuddin Taufiq, op. cit., hal. 118.
[8] Muhammad Idris jauhari, op. cit., hal. 55.
[9] Dr. Muhammad Izzuddin Taufiq, op. cit., hal. 121-122.
[10] Muhammad Idris jauhari, op. cit., hal. 53-55.
[11] Dr. Muhammad Izzuddin Taufiq, op. cit., hal. 138.
Share this article :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar