""Nama-nama Nabi""

Nabi Adam as. Nabi Idris as. Nabi Nuh as. Nabi Huud as. Nabi Shaleh as. Nabi Ibrahim as. Nabi Ismail as. Nabi Luth as. Nabi Ishaq as. Nabi Ya’qub as. Nabi Yusuf as. Nabi Syu’aib as. Nabi Ayyub as. Nabi Dzulkifli as. Nabi Musa as. Nabi Harun as. Nabi Daud as. Nabi Sulaiman as. Nabi Ilyas as. Nabi Ilyasa as. Nabi Yunus as. Nabi Zakaria as. Nabi Yahya as. Nabi Isa as. Nabi Muhammad saw.

Rabu, 17 Agustus 2016

Sejarah Singkat Ibnu Taimiyah

Siapa Ibnu Taimiyah ? Beliau bernama Taojyuddin Abui Abbas Ahmad bin Abdul Halim bin Abdis Salam bin Abdullah bin Taimiyah Al Harami Hambaili. Ketika kota yang ditempati Ibnu Taimiyah diduduki oleh tentara Tartar, ayahnya membawa lari ke Damaskus, di kota inilah ia dibesarkan. 
Dalam lingkungan baru itu mempertemukannya dengan guru-guru besar (syeikh-syeikh), sejak itu ia mulai mengenal Ilmu Hadits yang sebelumnya di dasari dengan pengetahuannya tentang Al Qur-an sekaligus hafal. Kemudian diikuti pendalaman Ilmu Musnad Hadits, Kutubus Sittah (kumpulan shahih Bukhari, shahih Muslim, Sunan Ibnu Majjah, Jami' Abu Dawud, Jami' Turmudzi, Sunan An Nasai), kitab Mu'jam At Thabrani Al Kabir dan masih banyak lagi kitab serta manuskrip-manuskrip kecil dari para imam yang dipelajarinya. Maka tidak perlu diragukan akan keilmuan Ibnu Taimiyah dalam jajaran para pemikir Islam. 
Sejak kanak-kanak ia telah menampung berbagai ilmu mempelajari Teologi Islam serta Ilmu Hukum Islam dari ayahdanya sendiri; kemudian memperdalam, meneliti dan memperdebatkannya. Ibnu Taimiyah tumbuh dalam lingkungan berbahasa Arab. Ia mempunyai pengetahuan yang luas tentang mempelajari Ilmu Tafsir Al Qur-an, Ilmu-Ilmu lain tentang Agama, Itmu Logika seria Ahli Berfatwa. Semua itu ia tempuh sebelum berusia 20 tahun.) 
Rupanya Allah telah menganugerahkan kemudahan kepadanya dengan mempersembahkan berbagai karyanya dalam bentuk buku – buku ilmiah. Ibn Taimiyah memang orang yang tekun, kuat hafalan, kuat berzikir dan mudah menangkap pemahaman terhadap permasalahan, dan ia tidak mudah lupa. Ketika berusia 21 tahun, ayahdanya mati. Dari situ memaksanya untuk lebih berdikari disertai keistimewaannya. Maka dalam waktu singkat nama Ibnu Taimiyah sudah dikenal dan dikagumi oleh kalangan intelektual Islam pada waktu itu. 
Ibnu Taimiyah memiliki semangat baja dalam menyusuri perjuangannya. Petuah – petuahnya dirangkum dalam bentuk buku – buku kemudian disebar luaskan kepada umat manusia. Ia berdakwah mengikuti jejak ulama salaf yang saleh. Ia teguh menegakkan kewajiban agama ber amar ma’ruf serta melarang bid’ah dan munkar. Karena ketajaman pandangannya menempatkan dirinya sebagai panutan bagi siapa pun yang berjiwa pelopor kebangkitan dan kemajuan. 
Ibnu Taimiyah amat terkenal dengan teori akal sehatnya, pandai memberi sorotan dalam setiap masalah dan tepat dalam setiap orientasi. Ia sering mengadakan observasi keagamaan baik dengan pertimbangan ratio atau nadriah, sehingga dapat diketahui dengan mudah hikmah-hikmah yang terkandung di dalamnya. Ia berpandangan luas, pengupasan mendetil, berhujjah kuat, kesabaran yang indah dan samudera ilmu. 
Al-Hafidz Ibnu Sayyidinas dalam kitabnya mengatakan: Ibnu Taimiyah seorang penemu garis Ilmu Pengetahuan dan Al-Qur’an, ia menguasai sunnah Rasulullah saw beserta atsar para sahabat. Jika Ibnu Taimiyah berbicara tentang tafsir Al-Qur’an, ia kuasai kandungannya secara mendalam, jika berfatwa tentang hukum fiqih maka menerobos pada permasalahan akhir yang tepat, jika ia menyinggung Hadits, memang ia ahlinya dan menguasai setiap perawi serta riwayatnya. Apabila berbicara tentang filsafat memang ia juru interpretasi filsafat yang bisa di andalkan. Ia mempunyai pandangan luas dan lebih tinggi nilainya dibanding orang - orang sebayanya. Jarang ada bandingan yang bisa diandalkan. Yang lebih mengagumkan, ia beijiwa merdeka meliputi pandangan, pendapat serta pertimbangan; tidak pernah memihak atau mementingkan pribadi atau golongan sendiri. 
Tetapi akhir hidupnya membawa nasib lain, Allah mengujinya. Di Damaskus ia ditahan pemerintah setempat mulai bulan Sya'ban tahun 726 H sampai bulan Zulqa'dah tahun 728 H. Ibnu Taimiyah menderita sakit selama 27 hari, tetapi rakyat umum tidak mengetahui sakitnya. Rakyat baru tahu setelah tersiar berita kematian beliau, y

Pengertian Wali Allah Menurut Al-Quran

Untuk mengetahui wali – wali Allah telah disinggung dalam Al-Qur’an, Surat Yunus ayat: 62 – 64. 
 Artinya: Ingatlah, Sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. (yaitu) orang-orang yang beriman dan mereka selalu bertakwa. Bagi mereka berita gembira di dalam kehidupan di dunia dan (dalam kehidupan} di akhirat. tidak ada perobahan bagi kalimat-kalimat (janji-janji) Allah. yang demikian itu adalah kemenangan yang besar. ( Q.S. Yunus : 62 – 64). 
Di dalam surat Al Baqarah ayat 257 difirmankan: 
Artinya: Allah pelindung orang-orang yang beriman; Dia mengeluarkan mereka dari kegelapan (kekafiran) kepada cahaya (iman). dan orang-orang yang kafir, pelindung-pelindungnya ialah syaitan, yang mengeluarkan mereka daripada cahaya kepada kegelapan (kekafiran). mereka itu adalah penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya. (Q.S. Al Baqarah : 257) 
Di dalam Surat Al Maidah ayat 51 – 56 dijelaskan: 
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin(mu); sebahagian mereka adalah pemimpin bagi sebahagian yang lain. Barangsiapa diantara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, Maka Sesungguhnya orang itu Termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim. Maka kamu akan melihat orang-orang yang ada penyakit dalam hatinya (orang-orang munafik) bersegera mendekati mereka (Yahudi dan Nasrani), seraya berkata: "Kami takut akan mendapat bencana". Mudah-mudahan Allah akan mendatangkan kemenangan (kepada Rasul-Nya), atau sesuatu keputusan dari sisi-Nya. Maka karena itu, mereka menjadi menyesal terhadap apa yang mereka rahasiakan dalam diri mereka. dan orang-orang yang beriman akan mengatakan: "Inikah orang-orang yang bersumpah sungguh-sungguh dengan nama Allah, bahwasanya mereka benar-benar beserta kamu?" Rusak binasalah segala amal mereka, lalu mereka menjadi orang-orang yang merugi. Hai orang-orang yang beriman, Barangsiapa di antara kamu yang murtad dari agamanya, Maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan merekapun mencintaiNya, yang bersikap lemah lembut terhadap orang yang mukmin, yang bersikap keras terhadap orang-orang kafir, yang berjihad dijalan Allah, dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela. Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya, dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya), lagi Maha mengetahui. Sesungguhnya penolong kamu hanyalah Allah, Rasul-Nya, dan orang-orang yang beriman, yang mendirikan shalat dan menunaikan zakat, seraya mereka tunduk (kepada Allah). dan Barangsiapa mengambil Allah, Rasul-Nya dan orang-orang yang beriman menjadi penolongnya, Maka Sesungguhnya pengikut (agama) Allah[423] Itulah yang pasti menang. (Q.S. Al Maidah : 51 – 56) 
Di dalam Surat Al Kahfi ayat 44 diterangkan : 
Artinya: "Di situ perlindungan hanyalah kepunyaan Allah yang benar, dan Dia paling baik (dalam memberikan) pahala dan paling baik (dalam memberikan) pembalasan." (Q.S. Al Kahfi : 44).

Pengertian Wali Setan Menurut Al-Quran

Di dalam Surat An Nahl ayat 98 -100 dijelaskan : 
Artinya: “ apabila kamu membaca Al Quran hendaklah kamu meminta perlindungan kepada Allah dari syaitan yang terkutuk. Sesungguhnya syaitan itu tidak ada kekuasaanNya atas orang-orang yang beriman dan bertawakkal kepada Tuhannya. Sesungguhnya kekuasaanNya (syaitan) hanyalah atas orang-orang yang mengambilnya Jadi pemimpin dan atas orang-orang yang mempersekutukannya dengan Allah.” ( Q.S. An Nahl: 98 – 100). 
Di dalam surat An Nisa' ayat 119, dijelaskan : 
Artinya: "Barangsiapa menjadikan setan sebagai perlindungannya selain-dari Allah, sesungguhnya mereka mendapat kerugian yang terang. "(Q.S. An Nisa': 119). 
Lebih lanjut Allah menjelaskan dalam bagian. ayat lain sebagai pelengkap surat An Nisa' ayat 119, yakni pada surat Al Baqarah ayat 257 : 
Artinya : "Allah pelindung orang-orang yang beriman, mereka dikeluar-kannya dari kegelapan kepada cahaya yang terang, dan orang- orang yang tidak beriman itu perlindungannya setan, mereka dikeluarkannya dari cahaya yang terang kepada kegelapan, orang-orang itu isi neraka, mereka tetap di dalamnya." (Q.S. Al Bagarah : 257). 
Dalam surat Ali Imran ayat 173 - 175 dijelaskan : 
Artinya: "Manusia berkata kepada mereka, sesuntuknya orang-orang telah berkumpul untuk melawan kamu, sebab itu takutlah kepada mereka, tetapi hal itu menambah keimanan mereka dan mereka menjawab: Cukuplah Aliah menjadi penolong kami dan pelindung yang sebaik-baiknya. Mereka kembali dengan mendapat kumia dan pemberian Allah, mereka tidak kena bahaya, dan mereka mengikut keridhaan Allah, dan Allah itu pemberi kurniayang besar! Itu hanya setan yang mempertakuti kawan-kawannya, sebab itu kamu jangan takut kepada mereka dan takutlah kepada-Ku kalau kafnu benar orang-orang yang beriman." (Q.S. Ali Imran : 173-175). 
Di dalam surat Al A'raf ayat 27 - 28 dijelaskan : 
Artinya : "Sesungguhnya setan itu kami jadikan pemimpin untuk orang- orang yang tidak beriman. Dan bila mereka melakukan perbuatan keji mereka mengatakan : Kami dapati bapak-bapak kami mengerjakan ini dan Allah menyuruh Icami demikian itu. Katakan bahwa Allah tidak menyuruh mengerjakan perbuatan keji, apakah kamu mengatakan tentang Allah apa yang tidak kamu ketahui." (Q.S. Al A'raf: 27-28). 
Di dalam surat Al A'raf ayat 30 dijelaskan 
Artinya: "Sesungguhnya mereka mengambil setan menjadi pemimpinnya bukan Allah, dan mereka mengira bahwa mereka mendapat petunjuk." (QS. Al A 'raf: 30). Di dalam surat Al An'am ayat 121 dijelaskan :
Artinya : "Dan sesungguhnya setan menyampaikan kepada kawan-ka- wannya supaya merelai menentang kamu, dan kalau kamu mematuhi mereka, tentulah kamu menjadi orang-orang yang mempersekutukan Tuhan." (Q.S. Al An'am : 121). 
Di dalam surat Maryam ayat 45 dijelaskan : 
Artinya : "Wahai ayahku! Sesungguhnya aku khawatir bahwa engkau akan disiksa azab dari Allah yang Maha Rahman lalu engkau menjadi wali setan." (Q.S. Maryam : 45). 
Di dalam surat Al Mumtahanah ayat 1-5 dijelaskan :
Artinya : "Wahai orang-orang beriman, janganlah kamu mengambilmu- suh-Ku dan musuhmu menjadi pemimpin! Kamu tunjukkan kepada mereka kasih sayang, sedang mereka menyangkal kebenaran yang telah datang kepadamu, mereka mengusir Rasul dan kamu, karena kamu beriman kepada Allah, Tuhan kamu, ketika kamu berjuang dijalan-Ku dan mencari keridhaan-Ku, kamu menyatakan kasih sayangmu kepada mereka dengan rahasia, sedang Aku mengetahui apa yang kamu sembunyikan dan apa yang kamu terangkan. Dan siapa di antara kamu yang mengerjakan itu, sesungguhnya dia telah sesat dari jalan yang benar. Kalau mereka dapat menangkap kamu, mereka akan memperlakukan kamu sebagai musuh, mereka akan melepaskan tangan dan lidahnya buat mendatangkan bahaya kepadamu dan mereka ingin supaya kamu kafir kembali. Kerabat dan anak-anakmu tidak berguna bagimu di hari kiamat. Dia (Tuhan) akan memutuskan perkara antara kamu, dan Allah melihat apa yang kamu kerjakan. Sesungguhnya Ibrahim dan orang-orang yang bersama dengan dia bagimu suatu teladan yang baik, ketika mereka mengatakan kepada kaumnya : Kami berlepas tangan terhadap kamu dan apa yang kamu puja selain Allah, dan kami menyangkal kamu antara kami dan kamu terang ada permusuhan dan perasaan benci buat selamanya kecuali kalau kamu beriman hanya kepada Allah jua, lain halnya (tidak patut menjadi teladan) perkataan Ibrahim kepada bapaknya : Aku akan memohonkan ampun untuk engkau, meskipun aku tidak kuasa barang sedikit pun dari Allah untuk engkau. (Mereka berdo'a) : Wahai Tuhan kami! Kepada Engkau kami mempercayakan diri, kepada Engkau kami kembali dan kepada Engkau juga sesudahnya. Wahai Tuhan kami! janganlah kami Engkau jadikan ujian (sasaran penindasan) oleh orang-orang yang tidak beriman, dan ampunilah kami wahai Tuhan kami, sesungguhnya Engkau Mahakuasa dan Bijaksana. " (Q.S. Al Mumtahanah : 1-5).

Menjadi "Waliyyullah" dengan persaudaraan Islam

Sahabat Umar Ibnul Khattab ra mengatakan: Bersabda Rasulullah saw:
 إِنَّ مِنْ عِبَادِ اﷲِ أَنَاسًا ٬مَاهُمْ بِأَنَبِيَاءِ وَلاَ شُهَدَاءِ ٬ يَغْبِطُهُمُ الأَنْبِيَاءُ وَالشُّهَدَاءُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِمَكَانِهِمْ مِنَ اﷲِ ٠ قَالُوا ׃ يَا رَسُولَ اﷲِ فَخَبِّرْنَا مَنْ هُمْ ؟ قَالَ ׃ هُمْ قَوْمٌ تَحَابُّوا بِرَوْحِ اﷲِ عَلَى غَيْرِ أَرْحَامٍ بَيْنَهُمْ وَلاَ أَمْوَالٍ يَتَعَا طَوْنَهَا فَوَ اﷲِ إِنَّ وُجُوْهَهُمُ النُّوْرُ ، وَإِنَّهُمْ لَعَلَى نُوْرٍ ، لاَيَخَافُوْنَ إِذَا خَافَ النَّاسُ ، وَلاَ يَحْزَنُوْنَ إِذَاحَزِنَ النَّاسُ ، وَقَرَأَ ׃ أَلاَ إِنَّ أَوْلِيَاءَ اﷲِ لاَخَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلاَ هُمْ يَحْزَنُوْنَ٠ 
"Sesungguhnya Allah mempunyai segolongan hamba. Mereka bukanlah para Nabi, juga bukan orang-orang mati syahid. Namun mereka, membuat terkagum-kagum para Nabi dan orang-orang mati syahid, karena ketinggian (kedudukan) mereka di sisi Allah. Sahabat-sahabat pun bertanya: Beritaku kami siapa mereka wahai Rasulullah?! Nabi menjawab: Mereka adalah sekelompok orang yang saling berkasih sayang (karena mencari) Rahmat Allah semata, sekalipun mereka tak ada hubungan kekerabatan, atau harta yang dengannya mereka bisa saling memberi. Demi Allah, wajah-wajah mereka bercahaya, dan mereka berada di atas cahaya. Mereka tidak khawatir di saat orang lain khawatir. Dan mereka tidak bersedih hati di saat orang lain bersedih hati. Lantas Nabi membacakan ayal : Ketahuilah, sesungguhnya wali-wali Allah, tidak ada rasa ketakutan atas mereka, dan mereka tidak pula bersedih hati." (HR. Abu Daud) 
Secara umum, hubungan dan relasi sesama manusia akan harmonis jika ada 2 (dua) faktor, sebagaimana diberitakan oleh Nabi saw. 
Pertama: Hubungan kekerabatan. Hal ini bisa dicerna dengan ucapan Nabi saw: Kekerabatan di antara mereka. 
Dan kedua: Kepentingan materi. Hal ini sudah diungkap Nabi dengan ucapan beliau: Harta, yang dengannya mereka bisa saling memberi. 
Siapa pun yang mau mencermati kelestarian hubungan sesama manusia, niscaya ia berkesimpulan dengan perasaan niscaya akan kebenaran ucapan Nabi saw ini. Ia dengan mudahnya menyimpulkan bahwa kelanggengan hubungan di antara dua pihak berkepentingan pasti disebabkan salah satu dari dua hal ini: 1. Karena faktor hubungan kekerabatan 2. Karena motif kepentingan materi. 
Dua faktor ini, apabila dipergunakan dalam kehidupan sosial secara benar, sendi- sendi kehidupan sosial (termasuk ekonomi) pun akan harmonis, bahkan menciptakan kehidupan yang teratur, aman, dan menjamin. 
Namun di sana ada derajat yang lebih tinggi dan lebih mulia di atas hubungan kekerabatan dan hubungan karena kepentingan duniawi ini. Bahkan mengajak manusia menuju kesucian mental menjauh dari kotoran-kotoran kehidupan dan sampah-sampah duniawi. 
Derajat ini tak akan dicapai terkecuali oleh orang-orang yang cinta-mencintai yang didorong motif semata mencari rahmat Allah. 
Pemuda pemudi Islam ..., tentu kalian mengerti sejauh mana kemuliaan derajat para Nabi di sisi Allah Ta'ala. Begitu pula para syuhada yang mereka telah menjual nyawanya di jalan Allah, dan mereka jual murah kehidupan dunia. 
Namun para nabi dan orang-orang mati syahid ini —wahai pemuda pemudi Islam— mereka mengagumi dan ridha kepada segolongan hamba Allah atas kemuliaan derajatnya di sisi Allah Ta'ala di hari kiamat nanti. Derajat cahaya yang menyirami mc reka dan memenuhi bentangan eksistensi nya. 
Itulah wali-wali Allah! Para wali yang Rabb mereka mempersaksikannya, sehingga Ia mengabadikannya dalam firman-Nya:
"Ketahuilah bahwasanya wali-wali Allah, sama sekali tak ada kesedihan atas mereka, dan tidak pula mereka bersedih hati." (QS.Yunus, 62) 
Sebab hati, wajah, dan arwah mereka telah dinaungi oleh bahtera cahaya yang isinya rasa aman, ketentraman, ketenangan, dan kedamaian. Tidak dirasuki sama sekali oleh perasaan takut ataupun sedih selama- lamanya. 
Kenapa wahai pemuda pemudi Islam? Sebab hati manusia jika telah bersih dalam realitas nyata dengan cinta kepada Allah Ta'ala semata, dan ia merasakan kecintaan ini terus-menerus dalam seluruh gerakannya, istirahatnya, jaganya, tidurnya, pandangannya, pendengarannya, dan usahanya... akan timbul daripadanya pancaran kecintaan kepada seluruh alam, makhluk-makhluk, dan semua materi yang ada di semesta ini. Dan ia tidak menimbang-nimbang persoalan atau perkara, kecuali dengan satu timbangan. Pertimbangan kecintaan ilahi sejati, sehingga hidup matinya, berada di atas kecintaan Ilahi ini. 
Masih ingatkah kalian kisah sahabat agung Suhaib bin Sinan ar-Rumi dan sikapnya di hari hijrah dari Makkah ke Madinah? Di Mekkah ia tergolong kaya-raya. Milyuner menurut perhitungan orang sekarang. Namun di kala ia ingin hijrah dan bertemu Nabi saw di Madinah, ia dihadang oleh Qurays. Kemudian ia diceritakan kembali keadaannya oleh pemuka-pemuka Qurays di masa silamnya yang hanya seorang budak kasar, tak berarti, dan miskin papa. Lantas mereka menolehkan pandangan Suhaib yang kini sudah menjadi hartawan, kaya-raya, dan banyaknya harta yang dimiliki. 
Namun Suhaib hanya memandang mereka dengan tatapan kosong, tidak tergiur ocehan mereka agar tetap tinggal di Mekkah hanya karena harta. Akhirnya, Suhaib menyerahkan semua hartanya kepada Qurays dengan tujuan semata-mata bisa bertemu Nabi saw di Madinah. Qurays pun kemudian pergi membiarkan Suhaib ke Madinah dengan tak membawa hartanya. 
Benar-benar Suhaib lebih mengutamakan Allah dan kecintaan-Nya daripada semua kenikmatan dunia dan kelezatannya. Berharta atau tidak, tidaklah menjadi soal baginya, asalkan mendapatkan kecin- taan-Nya. Dan bagaimana ucapan Nabi saw di saat menyambut kedatangannya? Nabi pun tersenyum sembari mengatakan: 
"Telah beruntung perniagaanmu wahai Abu Yahya ... telah beruntung ... telah beruntung ..." 
Benar wahai pemuda pemudi Islam. Dan saya menginginkan kalian meneladani serta meniru para salihin yang telah beruntung. Juga agar kalian mendaki kecintaan karena mencari ridha Allah. Sesungguhnya itu adalah kedudukan para wali yang kagumi oleh para nabi dan syuhada'.

Wali Allah dan Buktinya

Tentang kedudukan para wali sebagai waliyullah, Allah swt tidak memberi tanda atau bukti yang menunjukkan mereka itu wali Allah. Artinya, tidak ada orang yang mengetahui bahwasanya seseorang itu wali. Waliyullah itu pun tidak memberi tanda kepada dirinya sendiri yang dapat menunjukkan bahwa ia telah menjadi wali. Tidak pula seorang pun yang dapat menunjukkan ciri-ciri bahwa seseorang itu wali. Jikalau ada orang yang mengenal seseorag itu wali, maka hal itu sangat luar biasa. Merupakan suatu keistimewaan yang dianugerahkan Allah untuknya. Hanya orang yang memiliki ma’rifat yang sudah tinggi sajalah yang mampu mengetahui hal itu, itupun tidak semua. Karena hanya wali sajalah yang mengetahui seseorang itu wali. 
 سُبْحَانَ مَنْ لَمْ يَجْعَلِِ الدَّلِيْلَ عَلَى اَوْلِيَآئِهِ اِلاَّ مِنْ حَيْثُ الدَّلِيْلُ عَلَيْهِ وَ لَمْ يُوْصِلْ اِلَيْهِمْ اِلاَّ مَنْ اَرَادَ اَنْ يُوَصِّلَهُ اِلَيْهِ٠ 
“Maha Suci Allah yang tidak menjadikan dalil (bukti), bagi para wali-Nya, kecuali sebagai tanda pengenalan dengannya. Tidak akan sampai kepada mereka, kecuali orang yang dikehendaki akan menyampaikannya kepada Allah.” 
Akan tetapi perlu diingat, mengenal wali itu , seperti dikatakan oleh Syekh Abul Abbas Al Mursy, sangat sukar. Lebih mudah mengenal Allah daripada mengenal wali, karena mengenal Allah itu dapat diketahui dari sifat-sitat-Nya, dan bekas ciptaan-Nya. Sedangkan sukarnya mengenal wali, disebabkan ia adalah manusia bersama kita, makan minum, tidur, belajar, beribadah, tidak beda dengan manusia lainnya. Mereka juga sering susah dan menderita, atau bisa juga senang dan gembira. 
Waliyullah atau wali Allah itu adalah hamba Allah yang memperoleh nurullah. Para Wali itu fana dalam dirinya, akan tetapi tetap baqa dalam musyahadah dengan Allah. Wali menerima cahaya Allah, tidak dengan sendirinya. Ia pun melatih dirinya tahap demi tahap, sehingga ia tiba pada maqam (tingkat) kesempurnaan makrifat. Kemakrifatannya kepada Allah yang sangat dekat, karena taqarrub-Nya tidak ada henti-hentinya, membuat ia menjadi kekasih Allah (Waliyullah). 
Perlu dipahami dengan sebenar-benarnya, sesungguhnya bagi setiap mukmin yang selalu patuh kepada perintah dan larangan Allah, serta menjalankan ibadah dengan tertib dan penuh keikhlasan, mereka selalu dijaga dan mendapat perlindungan Allah. Karena Allah itu adalah wali dari orang mukmin. 
Allah swt. mengingatkan para mukminin, "
Allah adalah wali Orang beriman. Allah mengeluarkan mereka dari kegelapan kepada cahaya. Adapun orang yang kafir, wali mereka itu adalah taghut (berhala) yang mengeluarkan mereka dari cahaya kepada kegelapan, mereka menjadi penghuni neraka dan kekal di dalamnya." (QS. Al-Baqarah: 257)

Alam Gaib dan Alam Malakut

“Boleh jadi Allah swt memaparkan kepadamu perihal alam gaib dan alam malakut. Allah swt pun menutup untukmu, beberapa rahasia para hamba."
 رُبَّمََا اَطْلَعَكَ عَلَى غَيْبِ مَلَكُوْتِهِ وَ حَجَبَ عَنْكَ الإِسْتِشْرَافَ عَلَى اَسْرَارِ الْعِبَادِ٠ 

Sifat Al Latif Allah swt, tidak memperkenankan hamba-hamba-Nya mengetahui rahasia yang berhubungan dengan makhluk Allah. Sebab soal manusia dan makhluk Allah lainnya adalah soal Allah yang tidak seorang pun mengetahuinya. Allah swt jualah yang mengatur hamba- hamba termasuk Wali Allah itu sendiri. Allah sendiri yang mengetahui rahasia manusia dan alam semesta. Apabila Allah swt membuka rahasia alam semesta ini kepada Wali-wali-Nya, niscaya rusaklah tatanan alam nista ini, karena ikut campurnya manusia. Bagaimanapun dekatnya Waliyullah itu dengan Allah swt. ia tidak mengetahui semua rahasia Allah yang sedang dan akan berjalan di alam raya ini.

Walaupun Waliyullah itu dibukakan oleh Allah beberapa alam gaib, seperti alam malakut (alam kegaiban di langit), akan tetapi bersamaan dengan itu Allah swt menutup bagi Waliyullah itu alam lain, terutama kerahasiaan hamba-hamba Allah.

Selain itu kemahabesaran Allah swt dan keagungan membedakan-Nya dengan makhluk ciptaan-Nya termasuk para Nabi dan Rasul. Demikian juga dengan segala ciptaan Allah, semuanya terdapat rahasia Allah. Manusia yang sangat terbatas kemampuan jasmani dan ruhaninya. Apabila Allah membuka semua rahasia ciptaan-Nya, maka rusaklah manusia itu serta makhluk lainnya.

Sahal bin Abdullah ketika ditanya oleh seorang muridnya perihal mengetahui seseorang sebagai Wali. Ia menjawab, "Sesungguhnya Allah tidak memperkenalkan mereka itu kecuali kepada para hamba yang sama dengan mereka, atau kepada hamba yang bisa memperoleh manfaat dari mereka dalam hubungan taqarrub kepada Allah swt. Sebab, jikalau Allah memaparkan seluruh rahasia kewalian hamba-hamba-Nya tanpa batas, maka dikuatirkan manusia akan menjadikan para Waliyullah itu sebagai ikutan di samping Allah. Hal ini sangat membahayakan ketauhidan.

Kelemahan manusia dan kecerobohan makhluk itulah yang menyebabkan Allah tidak memperkenalkan kerahasiaan tentang para Waliyullah itu. Allah swt pun menutup penglihatan manusia dengan hijab basyariyah mereka, agar mereka tidak melampaui batas dan melanggar hak-hak Allah, dan berlebih-lebihan dalam hak - hak makhluk. Karena Allah swt dengan-kesempurnaan sifat-Nya tetap memelihara hamba-hamba agar tidak tergelincir kepada perbuatan yang| membawa mereka ke lembah kesesatan dan kemusyrikan. Karena sudah dijelaskan sebelum ini, dalam surat Al Baqarah ayat 257, bahwasanya Allah swt. itu pengayom (wali) bagi orang mukmin. Demikian juga dalam surat Ali Imran ayat 68, Allah swt berfirman: "Allah swt adalah Pelindung (wali)nya orang-orang beriman."

Diterangkan pula oleh Abu Talib Al Makky dalam beberapa karyanya, bahwa Allah swt menutup pandangan para hamba dalam kerahasian-Nya sebagai karunia Allah sendiri, sebagai penutup di antara sesama hamba Allah. Tujuannya seperti yang dipahami oleh sebagian Ulama dan para Salihin, mereka sendiri ditutup pandangan dari rahasia-rahasia yang dikehendaki Allah. Sebab, andaikata mereka mengetahui rahasia Allah, maka mereka melanggar hak-hak wilayah Allah swt. 
Di samping itu para hamba hendaklah yakin bahwa rahasia-rahasia Ulah di alam semesta ini diperlukan oleh mereka. Karena hijab Allah itu lebih baik bagi mereka, karena mereka harus husnuzzan (berprasangka baik) atas semua ciptaan Allah swt. 
Percaya bahwa Waliyullah itu ada, dibenarkan oleh Islam. Karena mereka itu adalah manusia istimewa yang sangat dekat dengan-Nya, serta mendapat perlindungan dari Allah swt. Kehormatan dan kemuliaan Waliyullah hendaklah dijaga dan tidak mengada-adakan hal-hal yang melanggar hak-hak Allah sendiri yang membawa kepada kemusyrikan. Dalam hadis Qudsi diterangkan, "Orang yang mengotori kewalian dari wali - wali Allah, maka sama seperti ia telah memaklumkan perang dengan Allah." 
Wali Allah itu adalah manusia suci. Oleh karena itu kesucian wali wali Allah jangan dikotori oleh hal-hal dan tidak pantas, apalagi menyamakan mereka dengan Allah swt dalam kemampuan dan sifat- sifat Nya.

Perbedaan Muslimin, Orang Arifin dan Ahli Hakikat

Allah SWT. telah menjadikan kaum muslimin sebagai para hamba-Nya. Diantara mereka ada yang mengikuti, mematuhi segala perintah-Nya dan menjauhi semua larangan-Nya. Ada pula yang sengaja melakukan pengingkaran dan kedurhakaan. Oleh karena itu, permulaan ayat yang diturunkan oleh Allah SWT. kepada Rasul-Nya Nabi Muhammad saw. adalah Dengan Nama Tuhanmu " Allah telah mendampingi perintah-Nya dengan kata Maha Mendidik. Karena itu tempat yang layak, disebabkan telah diharuskan atas mereka melakukan berbagai ibadah. Sesungguhnya  seorang hamba diwajibkan menyembah Tuhannya dan kaum muslimin beribadat kepada Allah SWT. dari jurusan namanya Ar-rabb (Yang Maha Pendidik), hingga tiada memungkinkan mereka untuk menyembah-Nya tanpa yang demikian itu.

Akan tetapi, para orang arif atau "Arifin" menyembah-Nya dari jurusan nama-Nya yaitu Ar-Rahman. Karena tajadi wujud-Nya yang meliputi semua yang maujud (ada). Dengan demikian, mereka menaruh perhatian penuh demi nama-Nya ("Ar-Rahman") dan menyembah Allah dari jurusan martabat "Ar Rahmaniah".

Berlainan dengan ahli hakikat, yang mana ibadah mereka hanya demi untuk-Nya dari jurusan nama Allah. Puja-puji mereka hanyalah dengan apa yang layak bagi Allah SWT. dari nama dan sifat-Nya, dimana mereka telah bersifat dengannya. Karena sesungguhnya, hakikat puja-puji adalah agar anda bersifat dengan apa yang anda mensifati diri dengannya dari nama atau sifat yang anda telah memuji dan telah mensyukuri-Nya.

Sebagaimana firman Allah SWT. :

"(Tuhan) Yang Maha Pemurah, yang bersemayam di atas 'Arsy. Kepunyaan-Nyalah semua yang berada diantara keduanya. Juga semua yang terpendam di bawah tanah."    (Thaha 5-6)

Dan firman-Nya :
 
"Ya Tuhan kami, sesungguhnya kami mendengar ajakan penyeru (Rasul) yang menyeru kepada iman, yaitu: Berimanlah kamu kepada Tuhanmu, maka kamipun beriman. Ya Tuhan kami, ampunilah dosa-dosa kami dan hapuskanlah dari kami kesalahan- kesalahan serta wafatkanlah kami bersama orang-orang yang banyak berbakti." (Al Imran 193)

Dan firman-Nya yang lain :
 
"Apakah Allah yang lebih baik ataukah apa yang mereda persekutukan dengan Dia?."  (An Naml 59)
Adapun amal mereka adalah dengan mengambil yang terbaik dan yang lebih terjamin kemurniannya.

Sabtu, 13 Agustus 2016

Dijauhi Orang yang Setia Karena Maksiat

Dampak maksiat yang lain adalah dapat menjauhkan hamba dari orang yang paling setia kepadanya, yang paling tulus, dan yang paling membawa manlaai baginya. Maksiat juga dapat membuat hamba jauh dari keselamatan yang dibawa oleh malaikat yang menjaganya. Di samping itu, maksiat juga mendekatkan hamba dengan musuhnya dan makhluk yang paling berbahaya baginya, yaitu setan. 
Apabila hamba berbuat maksiat kepada Allah, malaikat menjauh darinya sesuai dengan ukuran kemaksiatannya. Bahkan, sebab berbohong sekali saja, malaikat menjauh darinya dengan jarak yang amat jauh. 
Ada riwayat yang menyebutkan, "Tatkala seorang hamba berdusta, malaikat menjauh darinya sejarak satu mil sebab bau busuk kedustaannya." Jika karena dusta sekali saja, malaikat menjauh darinya sejauh itu, bagaimana jika dosanya lebih besar daripada itu?! 
Sebagian ulama salaf berkata, "Jika terdengar suara dzikir, bumi melaporkannya kepada Allah dan para malaikat pergi menghadap-Nya, lalu mengadukan keagungan sesuatu yang mereka lihat kepada-Nya. 
Ada juga ulama salaf yang menuturkan, "Ketika datang waktu pagi, malaikat dan setan segera mendatangi manusia. Jika ia berdzikir kepada Allah dengan membaca takbir, tahmid, dan tahlil, malaikat mengusir setan kemudian menyertainya. Dan, apabila ia mengawali paginya tanpa berdzikir, malaikat pergi darinya sehingga setan yang bersamanya." 
Malaikat selalu menyertai hamba sehingga ia menjadi bijaksana, taat, dan mendapat kemenangan. Malaikat selalu menyertainya dajam hidup, mati, dan di hari kebangkitannya. 
Allah Swt. berfirman:
"Sesungguhnya, orang -orang yang mengatakan, 'Tuhan kami adalah Allah, kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka maka para malaikat akan turun kepada mereka dengan mengatakan, 'Janganlah kalian takut dan jangan merasa sedih, dan bergembiralah kalian dengan surga yang telah dijanjikan Allah kepada kalian!' Kamilah peiindung-pelindungmu di kehidupan dunia dan akhirat.( Fushilat [41] : 30-31 )"
Apabila para malaikat menyertai hamba, berarti ia bersama makhluk yang paling tulus, paling membawa manfaat, dan paling baik bagi dirinya. Malaikat selalu meneguhkan hatinya, mengajarinya, dan menguatkan keyakinannya. Allah Swt. berfirman:
"(Ingatlah), ketika Tuhanmu mewahyukan kepada para malaikat, 'Sesungguhnya, Aku bersama kalian maka teguhkan (pendirian) orang-orang yang beriman!...( Al-Anfaal [8] : 12)." Malaikat berkata kepadanya saat kematian datang, "Janganlah kamu takut dan jangan kamu bersedih, bergembiralah dengan apa saja yang menyenangkanmu!" 
Malaikat meneguhkannya dengan kata-kata yang paling ia butuhkan dalam hidupnya di dunia, saat datang kematian, dan juga ketika ia dalam masalah. 
Tidak ada seorang pun yang lebih bermanfaat bagi seorang hamba kecuali persahabatannya dengan malaikat sehingga malaikat menjadi teman setianya, baik di saat terjaga dan tidurnya, di saat hidup dan matinya, dan juga saat ia di alam kubur. Malaikat menjadi penenteram baginya di kala risau, menjadi sahabatnya di kala sepi, dan juga menjadi pemberi petunjuk dalam hatinya. Malaikat membantu dalam memerangi dan mengusir musuhnya. Malaikat juga menyiapkan segala kebaikan baginya, membuatnya gembira dengan kebaikan, serta memberikan dorongan kepadanya untuk membenarkan kebenaran sebagaimana disebutkan dalam sebuah hadits marfu dan mauquf, "Malaikat memberi bisikan dalam hati manusia, begitu juga setan. Bisikan malaikat menjanjikan kebaikan dan membenarkan atas janji Allah. Sedangkan bisikan setan, menjanjikan keburukan dan mendustakan kebenaran." 
Apabila malaikat semakin dekat dengan hamba, ia berbicara melalui lisan hamba dan menuntun lisannya untuk berbicara dengan perkataan yang benar. Jika malaikat semakin jauh dari hamba, setan menjadi dekat dengannya sehingga ia berbicara melalui lisannya dengan perkataan dusta dan keji. Jadi, ada orang yang lisannya itu dikuasai oleh malaikat dan ada pula yang lisannya dikuasai setan. 
Di sebutkan dalam sebuah hadits, "Ada ketenangan yang keluar melalui lisannya Umar Ra." 
Ada seseorang yang mendengarkan kalimat yang baik dari Drang yang shalih, lalu ia berkata, "Tidaklah kalimat yang keluar Jari lisanmu kecuali kalimat yang dituntun malaikat." Ketika ia mendengar yang sebaliknya, ia berkata, "Tidaklah kalimat yang keluar dari lisanmu itu kecuali dituntun oleh setan." 
Malaikat menancapkan kebenaran di dalam hati dan mengungkapkannya melalui lisan. Sedangkan setan, menancapkan kebatilan di dalam hati dan menjalankannya melalui lisan. 
Jadi, di antara dampak maksiat adalah menjauhkan hamba dari pelindungnya yang membuatnya bahagia saat dekat dengannya dan maksiat juga mendekatkan hamba dengan musuhnya yang menjadi sumber celaka dan kebinasaan baginya. 
Malaikat itu melindungi hamba dan bahkan, membalaskan untuknya jika ada orang bodoh yang mencelanya seperti kejadian ketika ada dua orang yang berselisih di hadapan Nabi Saw. Salah satunya mencela yang lain, namun yang dicela hanya diam. Tak lama kemudian, orang yang diam tadi mengeluarkan kata-kata untuk membalas si pencela tadi. Setelah mendengarnya, Nabi langsung berdiri. Orang itu lalu berkata, "Wahai Rasulullah, ketika aku membalas atas celaannya engkau pun berdiri." Nabi Saw. menjawab,"Sebelumnya, malaikat membelamu, namun ketika kamu telah membalas celaannya, setan datang sehingga aku tidak mau untuk tetap duduk." 
Ketika seorang muslim mendoakan saudaranya tanpa sepengetahuannya, malaikat mengamini doanya. Jika hamba yang bertauhid dan senantiasa mengikuti sunnah Rasul telah berbuat dosa, para malaikat pemikul Arsy dan yang berada di sekitarnya memohonkan ampunan untuknya. Apabila orang mukmin tidur, malaikat menemaninya. Malaikat yang menemani orang mukmin senantiasa menjaga, berperang dan membelanya, mengajarinya, meneguhkannya, dan membuatnya berani. Oleh sebab itu, tidak pantas bagi orang mukmin melupakan, menyakiti, mengusir, dan menjauhkan malaikat yang menjadi tamu dan tetangganya. 
Apabila penghormatan kepada tamu adalah kewajiban, berbuat baik kepada tetangga merupakan tanda kemantapan iman dan juga kewajiban baginya. Maka, bagaimanakah kiranya penghormatan terhadap tamu yang paling mulia dan tetangga yang paling baik?! 
Jika seorang hamba menyakiti malaikat dengan mengerjakan berbagai kemaksiatan, kezhaliman, dan perbuatan keji, malaikat mendoakan keburukan kepadanya, "Semoga Aliah tidak membalas kebaikan terhadapmu." Demikian juga sebaliknya, jika hamba menghormatinya dengan berbuat taat dan kebaikan, malaikat pun mendoakan kebaikan untuknya. 
Sebagian sahabat berkata: "Sesungguhnya, ada yang selalu menyertai kalian. Oleh karena itu, malulah kalian kepada mereka dan hormatilah mereka!" 
Orang bodoh adalah orang yang tidak memiliki rasa malu kepada Tuhan Yang Maha Mulia, Maha Agung, lagi Maha Kuasa. Ia juga tidak memuliakan-Nya dan tidak juga menghormati-Nya. Allah Swt. telah memberi peringatan dalam firman-Nya:
"Padahal sesungguhnya, bagi kaitan ada (:malaikat-malaikat) yang mengawasi (pekerjaan kalian), yang mulia (di sisi Allah) dan mencatat (pekerjaan-pekerjaan kalian itu). Mereka mengetahui apa yang kalian kerjakan.( Al-Infithaar [82] : 10-12)" 
Maksudnya, malulah kalian terhadap mereka para malaikat penjaga yang mulia, hormatilah mereka, dan jangan sampai kalian membuat mereka melihat sesuatu yang menjadikan dirimu malu jika hal itu dilihat oleh manusia lainnya! Para malaikat itu juga tersinggung sebab ulah manusia yang menyakitinya. Apabila manusia bisa merasa tersinggung sebab seseorang yang menyakiti hatinya di hadapannya meski ia sendiri juga melakukan hal yang sama maka bagaimana dengan menyakiti para malaikat yang mulia dan yang mencatat segala amal perbuatan hamba?! 

Kehancuran Seseorang di Dunia dan Kahirat karena Maksiat

Termasuk dampak buruk maksiat lainnya adalah mengantarkan pelakunya kepada kehancuran di dunia dan akhiratnya. Dosa-dosa adalah penyakit bagi hati. Ketika penyakit itu telah berkuasa di dalam hati, tentu ia akan mematikan hati. Ini ibarat tubuh yang tidak bisa sehat kecuali jika ia terisi dengan gizi yang menjaga kekuatannya, bersih dari segala yang dapat merusaknya dan terjaga dari segala yang membahayakannya. Begitu juga hati, ia tidak akan sehat kecuali dengan iman sebagai gizinya, amal shalih yang menjaga kekuatannya, taubat yang tulus yang membersihkannya dari segala yang merusak, dan terjaga dengan selalu menjaga kesehatannya serta menjauhi segala yang membahayakan. 
Takwa menuntut adanya tiga hal tersebut di atas. Jika hilang salah satunya, takwa akan berkurang sesuai dengan ukuran hilangnya hal tersebut. Maka, sudah jelas bahwa dosa-dosa itu berlawanan dengan tiga hal itu yang dapat mendatangkan penya-kit, kerusakan, dan menghalangi untuk bertaubat dengan tulus. 
Perhatikanlah tubuh yang dalam kondisi sakit dan lemah lunglai karena penuh dengan penyakit! Ia tidak membersihkan dan menjaga dirinya dari penyakit-penyakit tersebut. Bagaimana mungkin ia bisa sehat? 
Seorang penyair mendendangkan sebuah syairnya: 
Dengan diet, kau menjaga tubuhmu karena khawatir akan penyakit yang datang 
Dan, lebih utama bagimu untuk menjaga dari maksiat' karena takut kepada Allah 
Termasuk menjaga kekuatan hati adalah dengan senantiasa melaksanakan perintah-Nya, termasuk membentengi diri adalah dengan menjauhi larangan-Nya, dan termasuk membersihkan diri adalah bertaubat dengan tulus diiringi dengan berbuat baik dan lari menjauh dari perbuatan buruk. 
Jika semua hukuman dan dampak di atas belum membuatmu jera dan sama sekali tidak mempengaruhi hatimu, peringatkanlah hatimu dengan hukuman syar'i yang telah di syariatkan Allah d .m rasuJ-Nya atas tindak kejahatan, seperti potong tangan bagi pencuri, potong tangan dan kaki bagi perampok, cambuk bagi penuduh zina muhshan (zina yang dilakukan oleh orang yang sudah menikah) dan peminum arak, hukuman rajam bagi pezina, keringanan bagi pezina yang belum menikah, diasingkan selama setahun bagi yang terperosok dalam hal yang diharamkan, dipenggal kepalanya bagi yang meninggalkan shalat fardhu dan berkata kufur, dibunuh bagi yang melakukan hubungan homoseksual, orang yang menyetubuhi hewan, dan juga hewan yang clisetubuhinya, dibakar rumahnya bagi orang yang tidak mau berjamaah, dan lain sebagainya sebagaimana telah ditentukan oleh Allah Swt. sebagai hukuman atas segala kejahatan. 
Allah menentukan hukuman menurut ukuran faktor pendorong dan pencegah kejahatan. Jika faktor pencegahnya alami dan tidak ada tabiat yang mendorong untuk melakukannya, ini cukup dengan pengharaman yang tegas tanpa sanksi, seperti makan kotoran, minum darah, dan makan bangkai. 
Jika faktor pendorongnya adalah tabiat, hukumannya sesuai dengan kadar kerusakan yang ditimbulkannya dan ukuran faktor pendorongnya. Oleh karena itu, ketika faktor pendorong berbuat zina itu lebih dominan pada tabiat manusia, hukuman terberatnya adalah dibunuh dengan kejam, dan hukuman teringannya adalah di cambuk dengan keras. 
Begitu juga homoseksual, karena juga mengandung dua hal tersebut, hukumannya juga dibunuh. Oleh karena mencuri itu dari faktor pendorong yang kuat dan menimbulkan kerusakan yang besar maka hukumannya adalah potong tangan. 
Perhatikanlah putusan hukum Allah dalam hukum potong tangan yang diberlakukan untuk hamba yang melakukan kejahatan (mencuri) sebagaimana hukuman potong tangan dan lalu bagi penyamun bahwa hal itu karena tangan dan kaki menjadi alat dalam berbuat kejahatan. 
Adapun orang yang menuduh zina, lisannya tidak dipotong sebab kerusakannya akan lebih parah daripada dosa yang ia lakukan sehingga pelakunya cukup didera seluruh tubuhnya dengan di cambuk. 
Mungkin saja, ada yang bertanya, "Kenapa pelaku zina tidak dipotong alat kelaminnya, padahal itu yang ia gunakan bermaksiat?" Ada beberapa jawaban: pertama, bahayanya lebih besar daripada kejahatan yang dilakukan sebab hukuman tersebut dapat memutuskan keturunan dan kematian. Kedua, alat kelamin adalah anggota tubuh yang tertutup sehingga kalaupun ia dipotong, tidak akan membawa efek membuat jera kepada yang lain, berbeda dengan hukum potong tangan. Ketiga, sesungguhnya, jika satu tangan dipotong, masih ada tangan lain yang menggantinya, berbeda dengan alat kelamin. Keempat, kenikmatan berbuat zina itu dirasakan oleh seluruh tubuh maka lebih baik hukumannya mencakup seluruh tubuh, tidak hanya mencakup sebagiannya saja. 
Hukuman syariat adalah hukuman yang paling sempurna, lebih rasional, dan juga lebih maslahah. 
Kesimpulannya, hukuman dosa-dosa itu adakalanya berupa hukuman syariat dan adakalanya hukuman takdir, atau keduanya secara bersamaan. Kedua hukuman tersebut dapat dihapus dengan cara bertaubat dan berbuat baik.

Maksiat dan Hilang dan Putusnya Nikmat

Di antara dampak buruk maksiat adalah dapat menghilangkan nikmat yang ada dan memutuskan nikmat yang akan datang. Maksiat itu melenyapkan nikmat yang ada dan menghalangi nikmat yang akan datang. Tidak ada yang dapat menjaga nikmat Allah yang sebanding dengan ketaatan, dan tidak ada yang dapat mendatangkan nikmat yang hilang sebagaimana ketaatan. Segala yang ada di sisi Allah tidak dapat diraih kecuali dengan ketaatan. Allah Swt telah menjadikan sebab dan cacat atas segala sesuatu. Sebab, yang mendatangkan kenikmatan adalah ketaatan. Adapun cacat yang melenyapkan nikmat adalah maksiat. 
Apabila Allah hendak menjaga nikmat-Nya yang diberikan kepada hamba, Dia tentu memberikan ilham kepada hamba itu supaya menjaganya dengan berbuat taat. Jika Allah menghendaki lenyapnya nikmat tersebut darinya, Dia biarkan hamba itu hingga ia berbuat maksiat kepada-Nya. 
Sungguh aneh, ketika hamba telah mengetahui apa yang terjadi pada dirinya dan orang lain, melihatnya secara langsung maupun mendengar kabar orang yang dilenyapkan nikmatnya sebab maksiat yang ia perbuat secara terus-menerus seolah-olah ia termasuk hamba yang dikecualikan atau dikhususkan dan seakan- akan itu semua hanya berlaku bagi manusia secara umum tidak untuk dirinya. 
Adakah kebodohan yang lebih daripada itu?! Dan, adakah kezhaliman pada diri sendiri yang lebih parah daripadanya?! Sadarilah bahwa ketetapan hukum itu ada di tangan Allah Yang Maha Luhur lagi Maha Besar!

Maksiat: Bagaimana Seseorang bisa Lupa Diri?

 
Termasuk di antara dampak buruk maksiat adalah lupa diri. Apabila hamba telah lupa diri, ia akan menelantarkan dirinya dan menjadikannya rusak binasa. Jika ditanyakan kepadanya, "Bagaimana bisa seorang hamba lupa diri? Bila ia lupa pada dirinya sendiri, lalu apa yang selalu diingatnya? Apa yang dimaksud dengan lupa diri?" Memang, manusia itu bisa saja iupa pada dirinya. Allah Swt. berfirman: 
"Dan, janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa kepada Allah, lalu Allah menjadikan mereka lupa kepada diri mereka sendiri. Mereka Itulah orang-orang yang fasik.( Al-Hasyr [59] : 19)" 
Tatkala manusia telah melupakan Tuhan, Dia pun melupakan mereka dan membuat mereka lupa pada diri mereka sebagaimana dalam firman-Nya: 
"...Mereka telah lupa kepada Allah maka Allah melupakan mereka...( At-Taubah [9] : 67)” 
 Allah menghukum orang yang melupakan-Nya dengan dua hukuman. Pertama, Allah melupakannya. Kedua, Allah membuatnya lupa pada dirinya sendiri. 
Allah melupakan hamba dengan membiarkannya, meninggalkan, serta menyia-nyiakannya sehingga ia cenderung lebih dekat kepada kebinasaan daripada jarak tangan dengan mulut. Maksud Allah membuatnya lupa pada dirinya sendiri adalah Dia membuatnya lupa pada hal-hal yang mulia untuk dirinya dan laktor-faktor yang menjadi sebab keselamatan, kesuksesan, dan perbaikan bagi dirinya sampai-sampai hal itu sama sekali tidak terlintas dalam benaknya. Dia membuatnya tidak ingat dan tidak memperhatikan semua itu hingga tidak sempat tebersit dalam benaknya untuk berusaha meraihnya. Dia juga menjadikannya lupa akan aib, kekurangan, dan keburukannya sehinusra tidak terlintas suatu keinginan untuk menghilangkan serta memperbaiki semua itu. Dia membuatnya lupa pada penyakit yang bersemayam dalam hatinya serta rasa sakitnya sehingga tidak terlintas dalam hatinya untuk mengobati dan berusaha menghilangkan penyakitnya itu meski akan mengantarnya kepada kebinasaan. Ia adalah orang sakit yang lupa akan sakitnya. Padahal, sakitnya itu mengarah kepada kebinasaan, namun ia tidak merasakannya. Bahkan, sama sekali tidak pernah tebersit dalam hati untuk mengobatinya. Hal ini termasuk hukuman yang paling berat bagi siapa pun. 
Hukuman manakah yang lebih berat daripada hukuman berupa menelantarkan diri sendiri, menyia-nyiakan serta melu¬pakan kebaikan-kebaikan baginya, melupakan penyakitnya dan faktor penyebab keselamatan serta kesuksesan kehidupannya yang abadi di surga yang penuh kenikmatan?! 
Barang siapa yang mencermati hal ini, ia pasti tahu bahwa kebanyakan makhluk di dunia ini telah lupa diri. Mereka telah menelantarkan dan menyia-nyiakan bagiannya yang telah disediakan oleh Allah. Bahkan, mereka telah menjual dirinya dengan harga murah. Hal ini akan mereka sadari kala maut menjemput. Ini akan semakin tampak disadari ketika kiamat datang bahwa dirinya telah tertipu dalam akad perjanjian dengan nafsunya di dunia ini dan dalam perdagangan yang ia lakukan untuk kehidupan akhiratnya. 
Orang-orang yang merugi adalah yang menganggap bahwa dirinya telah untung, padahal tidak sama sekali. Mereka membeli kehidupan dunia dengan menjual kebaikan dan kenikmatan kehidupan akhirat yang seharusnya menjadi bagiannya. Mereka telah menghabiskan kenikmatan di kehidupan dunia dan telah merasa puas dengannya. Usaha mereka hanya terfokus untuk mendapatkan kenikmatan di dunia. Mereka menjual sesuatu yang tertunda, ditukar dengan sesuatu yang kontan, dan menjual sesuatu yang gaib, ditukar dengan sesuatu yang tampak di depan mata. Mereka mengatakan, "Inilah keindahan." 
Ada juga yang mengatakan: "Ambillah yang kau lihat dan tinggalkanlah apa-apa yang telah kau dengar! Bagaimana munekin aku meniual sesuatu yang nyata di dunia ini dengan sesuatu yang gaib dan tertuna di akhirat?! 
Keadaan semacam ini menjadi lebih parah dengan lemahnya iman dan kuatnya dorongan syahwat, besarnya cinta kepada dunia, dan sejenisnya. Kebanyakan manusia melakukan perdagangan yang merugikan ini sebagaimana telah difirmankan oleh Allah Swt.: 
"Itulah orang-orang yang membeli kehidupan dunia dengan (kehidupan) akhirat. Maka, tidak akan di ringankan siksa mereka dan mereka tidak akan ditolong."( Al-baqarah [2] : 86) 
"Mereka itulah orang yang membeli kesesatan dengan petunjuk maka tidak beruntung perniagaan mereka dan mereka tidak, mendapat petunjuk."( Al-Baqarah [2] : 16) 
 Tatkala kiamat telah datang maka tampaklah kerugian mereka dalam perdagangan ini sehingga mereka menyesal. Adapun orang-orang yang beruntung, mereka menukar sesuatu yang fana dengan yang kekal, sesuatu yang murali dengan sesuatu yang mahal harganya, dan sesuatu yang hina dengan sesuatu yang mulia. Mereka berkata, "Berapakah ukuran nilai dunia ini dari awal hingga akhir sehingga kita patut menukarnya dengan bagian kita yang disediakan oleh Allah di akhirat? Bagaimana mungkin seorang hamba mendapatkan kenikmatan hakiki dalam waktu yang hanya bagai mimpi singkat dan sama sekali tidak dapat dibandingkan dengan akhirat?! 
Allah Swt. berfirman:
"Dan, (Ingatlah) akan hari (yang di waktu itu) Allah mengmnpulkan mereka, seakan-akan mereka tidak pernah berdiam (di dunia) kecuali hanya sesaat di siang hari, (di waktu itu) mereka saling berkenalan....( Yunus [10] : 45)"
"(Orang-orang kafir) bertanya kepadamu (Muhammad) tentang hari kebangkitan, kapankah terjadinya? Siapakah kamu (maka) dapat menyebutkan (waktunya)? Kepada Tuhanmulah dikembalikan kesudahannya (ketentuan waktunya). Kamu hanyalah pemberi peringatan bagi siapa yang takut kepadanya (hari berbangki't). Pada hari mereka melihat hari berbangk.it itu. mereka merasa seakan-akan tidak tinggal (di dunia) melainkan hanya di waktu sore atau pagi hari saja."( An-Nazi’aat [79] : 42-46) 
“... Pada hari mereka melihat azab yang di ancamkan kepada mereka, mereka (merasa) seolah-olah tidak tinggal (di dunia) melainkan sesaat pada siang hari" (Al-Ahqaaf [23] : 112-114), 
“Allah bertanya, 'Berapa tahunkah lamanya kalian tinggal di bumi?' Mereka menjawab, 'Kami tinggal (di bumi) sehari atau setengah hari maka tanyakanlah kepada orang-orang yang menghitung!' Allah berfirman, 'Kamu tidak tinggal (di bumi) melainkan hanya sebentar saja, jika kamu benar-benar mengetahui.( Al-Mu’minun [23] : 112-114)" 
''(Yaitu) pada hari ditiupnya sangkakala dan Kami akan mengumpulkan orang-orang yang berdosa pada hari itu dengan muka yang biru muram. Mereka saling berbisik di antara mereka, 'Kamu tidak berdiam (di dunia) melainkan hanyalah sepuluh (hari).' Kami lebih mengetahui apa yang mereka katakan, ketika orang yang paling lurus jalannya di antara mereka berkata, 'Kamu tidak berdiam (di dunia) melainkan hanyalah sehari saja.( Thaahaa [20] : 102-104)" 
Itulah hakikat dunia saat hari kiamat datang. Ketika mereka menyadari bahwa mereka hidup di dunia ini hanya sebentar dan ada kehidupan selain di dunia ini, yaitu negeri akhirat yang kekal, barulah mereka sadar bahwa menjual akhirat yang kekal ditukarkan dengan dunia yang fana adalah ketertipuan yang terbesar. Maka dari itu, berdaganglah sebagaimana orang-orang yang cerdas! Mereka tidak tertipu dengan perdagangan yang dilakukan oleh orang-orang yang bodoh. Keuntungan dan nilai dari sesuatu yang mereka beli tampak jelas di hari kiamat. Setiap orang di dunia ini adalah pembeli, penjual, dan juga pedagang. Semua manusia itu membeli dan membebaskan dirinya atau ada juga yang membinasakan dirinya sendiri. Firman Allah: 
"Sesungguhnya, Allah telah membeli Jari orang orang mukmin diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka. Mereka berperang di jalan Allah, lalu mereka membunuh atau terbunuh. (Itu telah menjadi) janji yang benar dari Allah di dalam Taurat, Injil dan al-Qur'an. Dan, siapakah yang lebih menepati janjinya [selain) daripada Allah? Maka, bergembiralah dengan jual beli yang telah kamu lakukan itu. Dan, itulah kemenangan yang besar."( At-Taubah [9] : 111) 
Inilah awal pembayaran tunai dari perdagangan tersebut. Oleh sebab itu, berdaganglah wahai orang-orang yang bangkrut! Wahai orang yang tak mampu membayar nilai harga itu, ada harga lain yang dapat ditawarkan. Jika kamu ingin ikut dalam perdagangan ini maka bayarlah harganya! Allah Swt. berfirman: 
''Mereka itu adalah orang-orang yang bertaubat, yang ahli beribadah, yang memuji, yang melawat, yang ruku', yang sujud, yang menyuruh berbuat ma'ruf dan mencegah yang mungkar, dan yang memelihara hukum-hukum Allah. Dan, gembirakanlah orang-orang mukmin itu.( At-taubah [9]: 112)" 
 “Hai orang-'brang yang beriman, adakah kalian suka Aku tunjukkan suatu perniagaan yang dapat menyelamatkan kalian dari azab yang pedih? (Yaitu) kalian beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, dan berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwa kalian, ludah yang lebih baik bagi kalian, jika kalian mengetahui."( Ash-Shaff [61] : 10-11) 
Maksudnya adalah bahwa dosa-dosa itu dapat membuat hamba lupa akan bagiannya dari perdagangan yang menguntungkan ini dan menyibukkannya dalam perdagangan yang membawa rugi. Hal yang demikian ini sudah cukup sebagai hukuman atas dosa- dosa yang dilakukan.

Dampak maksiat adalah memberi bantuan musuh

Termasuk dampak buruk maksiat adalah memberi bantuan kepada musuh untuk mengalahkan manusia dan juga tambahan pasukan yang memperkuat musuh dalam memeranginya. Allah Swt menguji manusia dengan musuh yang tidak akan meninggalkannya walaupun sekejap, baik di kala ia tidur maupun tidak, di kala ia lalai ataupun tidak. Musuh itu mengintainya dari tempat yang tidak bisa terlihat oleh manusia. Musuh juga mengerahkan segala kekuatannya dalam memusuhi manusia di segala keadaan. Segala cara digunakan untuk menipu manusia. Mereka juga meminta bantuan golongan sejenisnya, baik setan dari jenis manusia maupun jin. Mereka memasang perangkap, tipu daya, dan segala perangkat untuk mengalahkan manusia. Setan berkata kepada bala tentaranya, “ Jangan biarkan musuh kalian dan musuh leluhur kalian itu lolos hingga mereka masuk surga, sementara kalian masuk neraka, mereka mendapat rahmat, sementara kalian mendapat laknat. Padahal, kalian sudah tahu bahwa kita menjadi rendah, terhina, dan jauh dari rahmat Allah karena manusia. Oleh karena itu, keluarkan segenap kekuatan kalian agar mereka juga menjadi teman kita dalam bencana ini karena orang-orang shalih dari mereka tentu masuk surga." Allah Swt. telah memberitahukan kepada kita bahwa Adam As. beserta anak turunnya diuji dengan musuh ini yang harus mereka hadapi. Allah memberi manusia bala tentara sebagaimana musuh juga diberi pasukan. 
Allah Swt. menetapkan jihad bagi manusia selama hidupnya di dunia ini yang ditujukan untuk kebahagiaan hidup di akhirat kelak. Dia juga telah membeli jiwa-jiwa dan harta orang-orang mukmin dengan surga sebagai gantinya, sementara mereka mempertaruhkan semua itu dalam perang di jalan-Nya, baik membunuh maupun terbunuh. Allah juga memberitakan itu adalah janji-Nya yang pasti dalam kitab- kitab-Nya yang di antaranya adalah Taurat, Injil, dan al-Qur'an. Dia juga menegaskan bahwa tidak ada yang lebih memenuhi janji daripada-Nya. Dia lalu memerintahkan kepada mereka untuk bergembira. 
Barang siapa ingin mengetahui seberapa besar nilainya, ia harus melihat siapa yang menjadi pembeli dan perantara dalam akad ini. Adakah kesuksesan yang lebih besar daripada ini?! Dan, adakah perdagangan yang lebih menguntungkan daripada ini?! 
"Hai orang-orang ya ng beriman, sukakah kalian Aku tunjukkan suatu perniagaan yang dapat menyelamatkan diri kalian dari azab yang pedih? {Yaitu) kalian beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwa kalian. Itulah yang lebih baik bagi kalian, jika kalian mengetahui. Niscaya, Allah akan mengampuni dosa- dosa kalian dan memasukkan kalian ke surga yang sungai- sungai mengalir di bawahnya, dan (memasukkan kalian) ke tempat tinggal yang baik di surga 'Adn. Itulah keberuntungan yang besar. Dan, {ada lagi) karunia yang lain yang kalian sukai (yaitu) pertolongan dari Allah dan kemenangan yang dekat (waktunya). Dan, sampaikanlah berita gembira kepada orang-orang yang beriman!"( Ash-Shaff [61] : 10-13) 
Allah Swt. tidak akan menguasakan musuh atas hamba-Nya yang beriman karena ia adalah makhluk yang paling dikasihi- Nya. Jihad adalah perkara yang paling Dia sukai dan orang-orang yang berjihad adalah makhluk yang paling luhur derajatnya dan paling dekat di sisi-Nya. Maka dari itu, Dia menegakkan panji peperangan demi inti dari penciptaan makhluk-Nya, di mana hati adalah wadah kemakrifatan, cinta, pengabdian, keikhlasan, pasrah, dan kembali kepada-Nya. Dia serahkan urusan peperangan ini kepada hati dengan dukungan bala tentara malaikat yang tidak akan pernah terpisah darinya. Firman-Nya:
"Bagi manusia, ada malaikat-malaikat yang selalu meng¬ikutinya secara bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah".( Ar-ra’d [13] : 11) 
Mereka menjaga silih berganti, jika yang satu pergi, yang lain datang menggantikan. Mereka meneguhkan, memerintahkan, dan mendorong manusia kepada kebaikan juga menjanjikan akan kemurahan Allah serta membuat manusia bersabar seraya mem¬bisikkan, "Hanya dengan sabar sebentar, engkau pasti mendapat kesenangan abadi.” 
Kemudian, Allah Swt juga menguatkannya dengan pasukan lain berupa wahyu dan finnan-Nya. Maka, diutuslah rasul-Nya dan di turunkanlah kitab-Nya kepadanya sehingga manusia menjadi bertambah kekuatan dan bantuan pasukannya. Allah juga membantunya dengan menjadikan akal sebagai pemimpin dan pengatur baginya, kemakrifatan sebagai penunjuk dan nasihat baginya, iman sebagai peneguh, penguat, dan penolong baginya, keyakinan sebagai pembuka tabir hakikat sehingga ia seolah menyaksikan dengan jelas apa yang telah dijanjikan-Nya terhadap para kekasih-Nya, dan juga pasukan yang senantiasa memerangi musuh-Nya. 
Akal yang mengatur pasukannya, pengetahuan makrifat membuat rencana strategi peperangan dan mengatur posisi yang tepat, iman meneguhkannya, menguatkan dan membuatnya bersabar, dan keyakinan mendorongnya untuk terus maju. 
Allah juga membantu hamba yang sedang berperang dengan bantuan yang tampak dan yang tidak tampak. Dia jadikan mata menjadi jeli mengintai, telinga menangkap informasi, lisan sebagai juru bicara, kedua tangan dan kaki sebagai penopang. Kemudian, Dia menjadikan para malaikat-Nya dan juga para pemikul Arsy senantiasa memohonkan ampunan baginya dan mendoakannya agar dijaga dari keburukan dan dimasukkan ke dalam surga. Selain itu, Allah juga membelanya. 
Allah Swt. berfirman: 
 “.. .Mereka itulah golongan Allah. Ketahuilah bahwa sesung¬guhnya, golongan itu adalah golongan yang beruntung."( Al-Mujaadilah [58] : 22) 
Dan, sesungguhnya, tentara Kami itulah yang pasti menang,( Ash-shaffaat [37] : 173 )" 
Allah Swt. mengajarkan cara berperang maupun berjihad yang ditegaskan oleh-Nya dengan empat kalimat dalam firman-Nya: 
"Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kalian, kuatkan¬lah kesabaran kalian, tetaplah bersiap siaga, dan bertakwalah kepada Allah, supaya kamu beruntung.'' (Ali-Imran [3] : 200) 
Hanya dengan empat perkara ini, jihad dapat dilakukan dengan sempurna. Kesabaran hanya akan berhasil dengan banyak bersabar dalam melawan musuh. Setelah ia sangat bersabar atas musuhnya, yang dibutuhkan selanjutnya adalah siap siaga, yakni senantiasa menjaga benteng hati dari masuknya musuh, menjaga kesiagaan mata, telinga, lisan, perut, tangan, dan juga kaki. Semua itu adalah tapal batas ruang masuknya musuh. Apabila musuh dapat masuk, ia akan merusak segala yang ada di dalamnya. Kesiagaan berarti tetap berada di tapal batas tanpa pernah meninggalkannya karena jika kosong tanpa penjagaan, musuh tentu akan bisa masuk. 
Para sahabat nabi yang merupakan sebaik-baik makhluk setelah para nabi dan rasul, dan yang paling waspada dalam pertahanan dan penjagaan, pernah meninggalkan tempat yang diperintahkan oleh Nabi Saw. untuk dijaga dalam perang Uhud. Maka, masuklah musuh, lalu terjadilah apa yang terjadi (mereka porak-poranda dan kalah). 
Pilar penyangga ketiga sikap tersebut adalah pertama, takwa kepada Allah. Kesabaran yang tinggi dan kesiagaan tidak berguna tanpa dilandasi ketakwaan. Ketakwaan juga tidak akan tegak kecuali jika disertai kesabaran. 
Sekarang, perhatikanlah bagaimana dua pasukan yang saling bertemu dan bertempur dalam dirimu! Kadang kau menang dan kadang kau kalah. Pemimpin kekufuran dengan pasukannya, sedangkan hati berada di bentengnya tengah duduk di atas kursi kerajaannya. Perintahnya senantiasa dilaksanakan oleh para pembantu dan pasukannya. Pasukannya selalu menjaga, berperang, dan membelanya. Oleh sebab itu. hati tidak akan diserang kecuali melibatkan para pembantu dan pasukannya. Musuh lalu bertanya tentang pasukan yang paling khusus dan yang terdekat dengan hati. Ada yang memberitahukan kepadanya bahwa ia adalah nafsu. 
Setelah itu, musuh pun menyeru para pembantunya, "Kalahkan ia dengan memberi apa yang menjadi keinginannya! Selidiki apa yang ia cintai! Janjikan dan berikan hal itu kepada¬nya! Masukkanlah bayangan tentang apa yang ia cintai ke dalam dirinya, di kala ia terjaga maupun saat tidurnya! Ketika ia telah merasa nyaman dan senang dengan hal itu, sisipkanlah syahwat di dalamnya kemudian tariklah ia dengan syahwat itu! Apabila kal ian telah bergabung bersamanya untuk menyerang hati, be¬rarti kalian telah menguasai tapal batas mata, telinga, lisan, mu¬lut, tangan, dan kaki. Setelah itu, jeratlah hati melalui tapal batas itu! Akhirnya, ia pasti mati, tertawan, atau mungkin juga terluka. Jangan sampai kalian tinggalkan tapal batas! Dan, jangan biarkan pasukan rahasia masuk ke dalam hati melewati tapal batas itu! Jika :idak, ia akan mengusir kalian. Apabila kalian kalah, berusahalah antuk melemahkan pasukan itu hingga ia tak mampu menjang¬kau hati! Andai saja ia bisa masuk, tentu ia dalam keadaan lemah :ak bisa berbuat apa-apa. Selanjutnya, jika kalian telah mengua¬ri tapal-tapal batas itu, cegahlah mata dari mengambil pelajaran itas apa yang dilihatnya, dan jadikan ia hanya memandang dengan pandangan lepas, indah, dan lalai! Bila mata sempat melihat dengan mengambil pelajaran, rusaklah ia dengan pandangan lalai, ndah, dan syahwat! Inilah yang lebih mudah dan efektif baginya. Kuasailah tapal batas mata! Dari situlah, kalian bisa mendapatkan keinginan kalian. Aku tidak pernah bisa merusak manusia sehebat ewat pandangan mata. Aku tanamkan bibit syahwat dalam hati, alu aku menyiraniinya dengan air angan-angan. Setelah itu, aku ;enantiasa memberikan janji dan angan-angan kepadanya sehingga :ekadnya semakin menguat. Aku mengendalikannya dengan jerat syahwat hingga ia tak lagi terjaga. Maka, jangan kalian tinggal can tapal batas ini! Rusaklah ia dengan seluruh kemampuan kalian! Dan, lemahkanlah ia dengan mengatakan, "Pandangan akan menarikmu untuk menyucikan Sang Pencipta, Sang Pemberi rezeki, dan Sang pembuat keindahan. Pandangan juga dapat menarikmu untuk merenungi akan keindahan siJat-Nya dan penciptaan-Nya. Semua keindahan ciptaan ini adalah dicitakan untuk menjadi petunjuk bagi para hamba yang melihatnya. Tidaklah Allah itu menciptakan dua mata bagi m u dengan sia-sia. Dia juga tidak menciptakan semua bentuk ini untuk tidak dilihat." Jika ia adalah orang yang sedikit ilmu dan nisak akalnya, katakanlah kepadanya, Semua bentuk penciptaan ini adalah manifestasi wujud Tuhan." Ajaklah ia agar berpandangan ittihaad (Pandangan yang menyatakan persatuan antara Tuhan dan makhluk ) !Apabila ia tidak mau maka ajaklah ia berpandangan hulul(Bersatunya tuhan dan makhluk ) ! Jangan berhenti mengajaknya untuk berpandangan se¬perti itu! Dengan demikian, ia akan menjadi termasuk golongan orang-orang Nasrani. Setelah itu, perintahkan ia untuk menjaga kehormatan, beribadah, dan zuhud di dunia! Jadikan itu semua sebagai perangkap bagi mereka yang bodoh! Inilah wakil utama dan prajurit perkasaku, bahkan aku termasuk prajurit dan pem¬bantunya. Kemudian, cegahlah tapal batas telinga dari sesuatu yang masuk dan akan menghancurkan kalian! Berusahalah agar ia hanya dipenuhi dengan perkara batil karena nafsu akan mudah untuk menipu dan menggiringnya! Pilihlah kata-kata yang paling manis dan paling menyihir hati serta campurkan dengan apa saja yang disenangi oleh nafsu! Suguhkan kata-kata kepadanya! Bila ia terpikat, susulkan juga kata-kata lainnya! Setiap kali kalian dapati ia tertarik pada sesuatu, usahakan agar ia terus mengingatnya! Jangan biarkan sedikit pun firman Allah, sabda Nabi-Nya, dan nasihat-nasihat sampai masuk ke dalamnya! Jika saja kalian kalah sehingga di antara ketiganya itu bisa masuk ke dalamnya, upaya¬kanlah agar ia tidak memahaminya, tidak merenungkannya, dan tidak memperhatikannya! Itu bisa kalian lakukan dengan memasukkan hal-hal yang berlawanan dengannya, bisa juga dengan me¬lebih-lebihkan serta membesar-besarkannya seraya menyatakan bahwa ini adalah perkara yang memutuskan hawa nafsu juga merupakan beban berat yang tak dapat ditanggungnya. Dan, itu juga bisa kalian lakukan dengan membuatnya remeh bagi nafsu dengan menyatakan bahwa sibuk dalam sesuatu yang paling me¬narik bagi manusia itu lebih menguntungkan sehingga kebenar¬an ia tinggalkan dan orang yang menyampaikannya pasti dimusuhinya. Dengan begitu, kalian bisa memasukkan kebatilan ke dalam hati lewat segala sesuatu yang ia sukai sekaligus mengeluarkan kebenar¬an darinya lewat segala sesuatu yang ia benci dan dirasa berat." 
Apabila Anda ingin tahu, perhatikan¬lah setan-setan dari golongan manusia!, yakni bagaimana mereka memerintahkan kebenaran dan melarang kemungkaran dengan membicarakan sesuatu yang sia- sia, menggunjing aib manusia lainnya, memancing bencana yang ia tak kuasa menanggungnya, melontarkan fitnah, dan seterusnya. Mereka menampakkan perilaku mengikuti sunnah rasul dan menggam¬barkan Tuhan sebagaimana yang dinyatakan oleh-Nya dan rasul- Nya dengan membuat penyerupaan, menjisimkan (menyamakan Allah dengan jisim atau jasad), dan pembebanan. Mereka me¬nyebutkan bahwa Allah itu berada di tempat yang tinggi di atas makhluk-Nya dan Dia bersemayam di atas Arsy-Nya sebagai per¬tanda bahwa Dia menempati suatu tempat. Mereka menjelaskan atas turunnya Allah ke dunia dari firman-Nya, "Barang siapa minta kepada-Ku, aku pasti akan memberinya," sebagai keterangan bahwa Allah itu berubah dan berpindah. Mereka menyebutkan pula gam¬baran Tuhan terkait dengan tangan dan wajah sebagai anggota badan. Mereka menyebut bahwa semua perbuatan Allah adalah kejadian yang baru dan semua sifat-sifat-Nya merupakan tabiat. Mereka mencari jalan untuk menafikan apa-apa yang Dia terangkan tentang Dzat-Nya dengan menyebutkan semua itu. Mereka memberikan pemahaman kepada orang-orang bodoh dan lemah mata hatinya bahwa menetapkan sifat-sifat yang telah dijelaskan dalam al-Qur'an dan hadits menuntut pemahaman yang seperti itu. Mereka tidak mengakui kebenaran dengan membingkainya lewat istilah "menyucikan dan memuliakan" Padahal, banyak dari kalangan manusia yang bodoh sehingga menerima semua itu apa adanya dan membuat ungkapan dengan kalimat lain. 
Allah Swt. berfirman: 
"Dan, demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap nabi itu musuh, yaitu setan-setan {dari jenis) manusia dan {dan jenis) jin, sebagian mereka membisikkan kepada sebagian yang lain perkataan-perkataan yang indah-indah untuk menipu (manusia).( Al-An’am [6] : 112)” 
Allah menyebutkan perkataan yang indah, padahal itu adalah perkataan batil karena yang mengatakannya memperindah dan juga menghiasnya seindah mungkin sehingga dapat menipu orang yang mendengarnya. Intinya adalah setan itu selalu berada di tapal batas telinga supaya segala yang didengarnya adalah hal yang menimbulkan kemudharatan bagi hamba dan agar ia dapat mencegah dari segala yang bermanfaat untuk masuk ke dalamnya. Kalaupun sempat ada hal yang bermanfaat masuk ke dalamnya, setan pasti merusaknya. 
Setan lalu berkata, "Kuasailah tapal batas lisan! Sesungguhnya, ia adalah tapal batas yang paling utama karena ia adalah ajudan raja. Tuntunlah ia hingga mengeluarkan kata-kata yang membahayakan dan tidak berguna bagi dirinya! Cegahlah ia dari mengucapkan hal-hal yang bermanfaat, seperti dzikir kepada Allah, membaca istighfar, membaca al-Qur'an, serta memberi nasihat terhadap sesama maupun berbicara mengenai ilmu yang bermanfaat! Dalam tapal batas ini, ada dua wilayah penting yang jika kalian kuasai salah satunya, kalian pasti menang. Pertama, berbicara batil. Orang yang berbicara batil adalah termasuk saudara kalian, bahkan ia adalah prajurit utama yang menjadi pembantu kalian. Kedua, diam terhadap kebenaran. Sesungguhnya, orang yang diam terhadap kebenaran (tidak menyampaikannya) juga termasuk saudara kalian sebagaimana orang pertama yang berbicara batil, hisa jadi, saudara kedua kalian ini justru lebih berguna bagi kalian. Tidakkah kalian telah mendengar bahwa orang yang berbicara batil adalah setan yang berbicara, sementara orang yang diam terhadap kebenaran adalah setan yang bisu?! Benar - benar jagalah tapal batas ini sehingga ia tidak mengucapkan kebenaran dan selalu berbicara batil! Hiasilah bicaranya dengan perkara yang batil dengan segala cara! Takutilah ia dengan segala cara agar tidak menyampaikan kebenaran! Ketahuilah wahai anak-anakku, tapal batas lisan itu dapat merusak dan membuat manusia tersungkur ke dalam neraka! Betapa banyak manusia yang terbunuh, tertawan, dan terluka sebab ucapannya. Aku wasiatkan kepada kalian, hendaklah salah satu dari kalian berbicara lewat lisan manusia dengan ucapan, sementara yang lain mendengarkan! Buatlah para pendengar itu tertarik dan takjub sehingga meminta saudaranya untuk mengulanginya! Kendalikanlah manusia dengan segala cara! Menyelinaplah kalian ke dalam dirinya dari semua pintu dan awasilah ia di setiap tempat! Bukankah kalian telah mendengar sumpahku terhadap Tuhan dalam firman-Nya:
"Iblis menjawab, "Karena Engkau telah menghukumku sesat, aku benar-benar akan (menghalang-halangi) mereka dari jalan-Mu yang lurus. Kemudian, aku akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka. Dan, Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur(Al-a’raaf [7] : 16 – 17)." 
Tidakkah kalian melihat aku selalu menghadang manusia dengan segala cara sehingga tiada satu pun yang lolos kecuali aku akan menghadangnya lewat jalan yang lain sampai terpenuhi apa yang menjadi keperluanku. Rasulullah sebenarnya telah memperingatkan kepada mereka, "Sesungguhnya, setan menggadang manusia dengan segala cara. Ia menghadang manusia di alan Islam seraya mengatakan, "Apakah kamu akan masuk Islam lan meninggalkan agama leluhurmu?" Bila tetap masuk Islam, setan menghadangnya lagi di jalan hijrah dengan berkata, "Apakah kamu akan berhijrah dan meninggalkan kampung halamanmu?" Jika ia tetap melakukan hijrah, setan menghadangnya di jalan jihad seraya berkata: "Apakah kamu akan berjihad, lalu kamu mati terbunuh sehingga hartamu dibagi-bagikan dan istrimu dinikahi orang lain?" Namun, ia masih tetap berjihad." 
Maka dari itu, hadanglah mereka di setiap jalan kebaikan! Apabila salah seorang dari mereka hendak bersedekah, hadanglah ia di jalan itu!, katakanlah kepadanya, "Apakah kamu akan mengeluarkan harta, lalu kamu menjadi seperti peminta itu dan senasib dengannya hingga kamu dengannya tidak ada bedanya?" Bukankah kalian telah mendengar kata-kata yang aku cetuskan melalui lisan seseorang yang tengah diminta sedekah oleh orang lain, seperti katanya "Ini adalah harta kami. Jika kami berikan kepadamu, tentu kami akan menjadi sepertimu!" 
Hadanglah manusia di jalan haji, katakanlah kepadanya, "Perjalanan itu sulit, berat, dan penuh halangan. Jiwa dan hartamu pasti terancam." Demikian juga, hadanglah manusia di semua jalan kebaikan supaya ia lari darinya dengan menuturkan kesulitan-kesulitan dan risiko buruknya! lariklah mereka menuju kemaksiatan, lalu tampakkan bayangan keindahan maksiat di mata mereka! Hiasilah hati mereka dengan kemaksiatan! Jadikanlah para perempuan sebagai senjata utama kalian sehingga kalian bisa merasuki mereka! Sesungguhnya, mereka (para perempuan) itu adalah umpan paling efektif bagi kalian. Kemudian, kuasailah tapal batas tangan dan kaki! Jangan biarkan sampai keduanya melakukan sesuatu yang membahayakan kalian! Ketahuilah! Sesungguhnya, yang paling membantu kalian dalam menduduki semua tapal batas ini adalah bersekutu dengan an-nafs til-ammarah (nafsu yang mendorong kepada keburukan)! Saling mendukunglah dengannya! Perangilah an-nafs al-muthma'innah (nafsu yang tenteram) dengan menggunakannya! Hancurkan dan lemahkan kekuatannya! Tidak ada jalan lain kecuali me mutuskan segala yang disenanginya. Jika yang ia senangi telah terputus darinya, tentu yang disenangi oleh an-nafs al-ammarah akan semakin bertambah kuat dan tunduk kepada kalian. Dudukilah hati mulai dari bentengnya serta turunkan ia dari kursi kekuasaannya! Kuasakanlali an-nafsu al-annnarah sebadai pengganti posisinya! Sesungguhnya, ia tidak pernah memerintah melainkan kepada sesuatu yang kalian suka, dan tidak pernah mencegah dari sesuatu yang kalian benci. Ia tidak akan menentang petunjuk kalian, bahkan ia segera melaksanakannya. Apabila kalian telah merasakan bahwa hati akan kembali mengambil alih kerajaannya, sedangkan kalian ingin tetap aman darinya, buatlah ikatan pernikahan antara hati dan nafsu, lalu hiasilah ia sehingga ia tampak sebagai pengantin tercantik dalam hati! Kemudian, katakanlah kepadanya, "Rasakanlah manisnya hubungan ini dan nikmatilah pengantin ini, dan bandingkan dengan sengsaranya perang yang melahirkan banyak kepahitan luka dan pukulan. Tinggalkanlah perang yang tidak akan berhenti sampai mati, sementara kekuatanmu semakin melemah sebab perang yang tak kunjung henti!" 
Wahai anak-anakku, pergunakanlah dua pasukan utama supaya kalian tidak kalah! Pertama, yaitu pasukan kelalaian. Lalaikanlah hati manusia dari mengingat Allah dan akhirat dengan segala cara! Tidak ada sesuatu yang paling efektif untuk mencapai tujuan kalian kecuali dengan itu karena jika hati telah lalai dari Allah, kalian tentu dapat menguasainya. Kedua, yakni pasukan syahwat. Hiaskanlah syahwat di hati manusia! Buatlah ia tampak begitu elok dalam pandangan mereka! Seranglah mereka dengan dua pasukan ini! Maka sesungguhnya, tidak ada yang lebih dapat mengalahkan manusia kecuali kedua hal itu. Oleh sebab itu, gunakanlah syahwat untuk membuat mereka lalai, dan buatlah syahwat menjadi semakin menggelora sebab kelalaian! Iringilah dua orang yang lalai, lalu gunakanlah mereka berdua antuk melawan orang yang mengingat Allah! Satu orang tidak ikan menang melawan lima. Sesungguhnya, dua setan bersama dua orang yang lalai akan menjadi empat. Adapun yang satunya lagi adalah setan yang menyertai orang yang berdzikir itu hingga kesemuanya menjadi lima. Apabila kalian melihat segolongan orang yang berkumpul bersama-sama melakukan hal yang nembahayakan bagi kalian, seperti mengingat Allah, mengingat perintah dan larangan-Nya. Serta pelajaran agama, sementara kalian tidak mampu untuk memisahkan mereka, gunakanlah orang-orang yang menganggur di kalangan mereka! Kemudian, dekatkanlah para pengangguran itu dengan mereka! Ganggulah kalangan itu lewat mereka! Intinya, dalam menghadapi segala sesuatu, siapkanlah tandingannya dan menyusuplah ke dalam manusia lewat pintu keinginan dan syahwatnya! Tolonglah dan juga bantulah mereka dalam memenuhi keinginan dan syahwat mereka! Ketika Allah memerintahkan kepada mereka agar bersabar, memperkuat kesabaran, dan selalu waspada terhadap kalian maka kalian pun juga harus demikian! Dan, segera gunakan kesempatan di kala syahwat dan amarah datang! Kalian tidak akan dapat menjerat manusia kecuali dengan kedua hal ini. Ketahuilah! Di antara mereka ada yang syahwatnya besar, sedangkan amarahnya lemah. Jika begitu, gunakanlah syahwatnya dan tinggalkan amarahnya! Di antara mereka juga ada yang amarahnya besar, maka jangan tinggalkan amarahnya sebab bila ia tidak mampu mengendalikan diri ketika marah, ia tentu juga tidak mampu mengendalikan syahwatnya saat bergejolak. gabungkanlah antara amarah dan syahwatnya serta campurlah keduanya! Ajaklah ia kepada syahwat melalui amarahnya dan ajaklah ia kepada amarah melalui syahwatnya! Ketahuilah! Sesungguhnya, kalian tidak memiliki senjata melainkan dua perkara ini. Aku berhasil mengeluarkan Adam dan Hawa dari surga lewat syahwat. Dan, aku timbulkan permusuhan di antara putera-puterinya melalui amarah. Dengan amarah juga, aku memutuskan tali persaudaraan mereka dan menumpahkan darah mereka sehingga salah seorang anak Adam membunuh saudaranya sendiri. Ketahuilah! Sesungguhnya, amarah adalah bara di hati manusia dan syahwat adalah api yang menyala di hatinya. Api bisa dipadamkan dengan air, seperti shalat, dzikir, dan takbir. Maka dari itu, usahakan ketika manusia marah dan syahwatnya menggelora, ia tidak berwudhu dan shalat 'karena keduanya dapat memadamkan api amarah dan syahwat. Nabi mereka telah memperingatkan mereka, "Sesungguhnya, amarah itu bara di dalam hati manusia. Bukankah kalian telah melihatnya dari mata yang tampak merah dan urat-uratnya yang tegang?! Barang siapa yang merasakan hal itu, hendaklah ia berwudhu!” Nabi mereka juga berkata: “Api itu dapat dipadamkan dengan air.” Allah juga telah memerintahkan kepada mereka untuk meminta pertolongan dengan sabar dan shalat. Maka dari itu, jauhkan mereka dari hal itu dan buatlah mereka melupakannya! Gunakanlah syahwat dan amarah dalam menghadapi mereka! Senjata utama yang paling ampuh bagi kalian untuk mengalahkan mereka adalah kelalaian dan menuruti hawa nafsu. Adapun senjata utama yang paling bisa melindungi mereka dari kalian adalah dzikir kepada Allah dan memerangi hawa nafsu. Apabila kalian melihat seseorang menentang hawa nafsunya, larilah dari bayangannya dan jangan dekat-dekat dengannya!"
Jadi, sesungguhnya, dosa-dosa dan maksiat adalah senjata yang diberikan musuh kepada hamba untuk membunuh dirinya sendiri. Yang demikian itu adalah kebodohan yang luar biasa. 
"Serangan musuh terhadap orang yang bodoh merupakan akibat dari perbuatannya sendiri." 
Termasuk perkara yang mengherankan adalah hamba melakukan sesuatu yang menghinakan dirinya, namun ia mengira telah memuliakan dirinya. Dia telah menghalangi hak kemuliaan dirinya sendiri, tetapi ia mengira telah memenuhinya. Ia berusaha menghinakan dirinya sendiri, merendahkan, serta mengotorinya, sementara ia mengira telah memuliakan dirinya. Ia menyia- nyiakan dirinya sendiri, namun ia mengira telah melakukan hal yang terbaik, meluhurkan, dan mengagungkan dirinya.. 
Ada ulama salaf yang mengatakan dalam khutbahnya, "Betapa banyak orang yang merendahkan dirinya sendiri, namun ia mengira telah meluhurkannya. Ia telah menghinakan dirinya sendiri, sementara ia mengira telah memuliakannya. Ia mengerdilkan dirinya sendiri, tetapi ia mengira telah membesarkannya. Ia menyia-nyiakan dirinya sendiri, namun ia mengira telah memenuhi haknya. Cukuplah seseorang itu dikatakan bodoh, jika ia bergabung dengan musuhnya untuk menghancurkan dirinya sendiri dan dengan perilakunya sendiri, ia telah membuat musuh mengalahkan dirinya."

Butanya Hati Seseorang Karena Maksiat

Termasuk dampak buruk maksiat adalah dapat membutakan hati. Andai tidak membutakannya, maksiat bisa melemahkan nata hati. Telah dijelaskan sebelumnya bahwa maksiat dapat nelemahkan pandangan hati. 
Sudah barang tentu, jika hati telah buta atau lemah undangannya, ia akan sulit untuk mengenali petunjuk. Kekuatannya untuk melaksanakan petunjuk tergantung dengan seberapa ajam pandangannya. 
Dua hal pokok yang menentukan kesempurnaan manusia idalah pengetahuannya tentang yang benar dan yang batil, serta sikapnya dalam mengutamakan yang benar. Tidak ada yang nembedakan kedudukan makhluk di sisi Allah Swt. di dunia dan ikhirat kecuali dua perkara itu. Allah memuji para nabi-Nya atas lua perkara tersebut: 
"Dan, ingatlah hamba-hamba Kami: Ibrahim, lshaq dan Ya'qub yang mempunyai perbuatan-perbuatan yang besar dan ilmu-ilmu yang tinggi(Shad [38] : 45). 
Yang dimaksud dengan perbuatan besar adalah kekuatan dalam menjalankan yang benar. Adapun pengetahuan yang tinggi adalah pengetahuan dalam agama. Allah menggambarkan mereka dengan kesempurnaan dalam menangkap dan menjalankan kebenaran. Dalam hal ini, manusia terbagi menjadi empat tingkatan. 
Golongan para nabi adalah golongan termulia dari seluruh makhluk. 
Golongan kedua adalah yang sebaliknya, yakni mereka yang tidak berpengetahuan dalam hal agama dan tidak memiliki kekuatan untuk menjalankan yang benar. Mereka adalah yang paling banyak di antara manusia. Mereka adalah orang-orang yang jika dilihat, merusak mata, menutup jiwa, menyakitkan hati, menyempitkan dunia, menyulitkan harga, dan tidak ada yang bergaul dengan mereka kecuali orang-orang hina dan tercela. 
Golongan yang ketiga adalah orang yang memiliki pengetahuan tentang petunjuk serta mengenalinya, namun lemah dan tak berdaya untuk menjalankan dan mengajak kepada petunjuk yang benar. Seperti inilah kondisi orang mukmin yang lemah, padahal orang mukmin yang kuat itu lebih baik dan lebih dicintai Allah daripada orang mukmin yang lemah. 
Golongan keempat adalah orang yang mempunyai kekuatan, tekad, dan niat, tetapi lemah pengetahuannya dalam agama sehingga ia tidak bisa membedakan antara wali Allah dan wali setan. Mereka menganggap setiap yang hitam itu kurma, setiap yang putih itu lemak, penyakit tumor itu gemuk, dan obat manjur itu racun. Tidak ada di antara mereka yang pantas menjadi pemimpin agama. Sedangkan, yang layak menjadi pemimpin agama hanyalah golongan pertama. 
Allah Swt. berfirman:
"Dari, Kami jadikan di antara mereka itu pemimpin pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami ketika mereka sabar dan mereka meyakini ayat-ayat Kami.( As-Sajdah [32] :24)'' 
Allah memberitahukan bahwa sesungguhnya, mereka men¬dapat kedudukan sebagai pemimpin agama karena kesabaran dan keyakinan. Mereka adalah golongan orang-orang yang dikecualikan oleh-Nya dari golongan orang-orang yang merugi. Adapun selain mereka adalah orang-orang yang merugi. Allah Swt. berfirman: 
"Demi masa, sesungguhnya, manusia itu benar-benar dalam kerugian kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shalih dan yang saling menasihati untuk menaati kebenaran dan saling menasihati untuk menetapi kesabaran (Al-Ashr [103] : 1-3)." 
Mereka tidak cukup hanya mengetahui kebenaran dan bersabar atasnya, namun mereka juga saling menasihati, menunjukkan, dan mendorong kepada kebenaran satu sama lain. Jika selain dari golongan mereka termasuk orang-orang yang merugi, tentu karena maksiat dan dosa-dosa telah membutakan mata hati dan melemahkan ketajamannya sehingga ia tidak mampu menangkap kebenaran sebagaimana mestinya dan juga tidak sanggup untuk bersabar dalam kebenaran. 
Terkadang kebenaran itu selalu datang dalam hati, namun sering kali dipahami secara terbalik sehingga yang batil dianggap sebagai kebenaran, yang benar dianggap sebagai kebatilan, dan yang baik dianggap sebagai yang mungkar,yang mungkardianggap sebagai yang "baik. Hati menjadi terbalik fungsinya sehingga ia kembali dari perjalanannya kepada Allah dan akhirat menuju nafsu batil yang senang dengan kehidupan dunia, lalai terhadap- Nya dan ayat-ayat-Nya, serta meninggalkan persiapannya untuk bertemu dengan-Nya. Sebenarnya, ini semua sudah cukup menjadi hukuman atas dosa-dosa hingga menjauhinya. 
Sebaliknya, ketaatan dapat menerangi, mencerahkan, menghaluskan, menguatkan, dan memantapkan hati sehingga ia menjadi seperti cermin yang sangat bening dan cemerlang dipenuhi dengan cahaya. Bila setan akan masuk ke dalam hati, ia akan terkena cahayanya seperti jin yang ingin mencuri kabar dari langit lalu ia terkena hantaman meteor. Dalam kondisi seperti ini, setan menjauhi hati lebih dari serigala yang menjauhi singa. Bahkan, hati yang seperti ini dapat membuat setan tersungkur sehingga membuat para setan berkumpul dan saling bertanya, 'Ada apa dengan dia?" Kemudian, ada yang menjawab, "Dia terkena cahaya manusia." 
Duhai pandangan hati yang panas bercahaya 
Hampir saja setan terbakar karena cahayanya 
Jelas tidak sama, hati yang bercahaya dengan hati yang gelap penuh bayang-bayang nafsu, tempat setan bercokol sambil berkata: "Aku telah menebus orang yang pasti tidak selamat dunia dan akhiratnya." 
Gubahan syair yang mengungkapkan pernyataan setan: 
Aku adalah sahabatmu di dunia dan akhirat 
Engkau dan aku selalu bersama di mana saja 
Sungguh, aku berada di tempat yang penuh celaka 
Begitu juga kalian semua tentu celaka nan hina bersamaku 
Allah Swt. berfirman:
“Barang siapa yang berpaling dari pengajaran Tuhan Yang Maha Pemurah (al-Qur’an). Kami adakan baginya setan (yang menyesatkan). Maka, setan Itulah yang menjadi teman yang selalu menyertainya. Dan, sesungguhnya, setan-setan itu benar-benar menghalangi mereka dari jalan yang benar dan mereka menyangka bahiva mereka mendapat petunjuk. Sehingga, apabila orang-orang yang berpaling itu datang kepada Kami (di hari kiamat), dia berkata, 'Duhai, semoga (jarak) antar aku dan kamu seperti jarak antara masyrik dan maghrib. Maka, setan adalah sejahat-jahat teman (yang menyertai manusia). (Harapanmu itu) sekali-kali tidak akan memberi manfaat kepadamu di hari itu karena kamu telah menganiaya (dirimu sendiri). Sesungguhnya, kamu bersekutu dalam azab itu. (Az-Zukhruf [43] : 36-39)" 
Allah Swt. menerangkan bahwa orang yang berpaling dari peringatan-Nya, yakni kitab suci yang diturunkan kepada Rasul-Nya, dan membutakan mata darinya hingga ia tidak mau me¬mahami dan memikirkan apa yang di¬maksud oleh-Nya di dalamnya maka Dia telah menjadikan setan sebagai teman yang menjadi hukuman untuknya kare¬na telah berpaling dari kitab-Nya. Setan menjadi teman yang selalu bersamanya dan bahkan menjadi tuannya, padahal setan adalah seburuk-buruk teman dan majikan. Bahkan, sebuah syair mengibaratkan hubungan itu ibarat saudara sepersusuan yang tidak akan terpisahkan. 
Allah Swt. memberitahukan bahwa setan selalu menghalangi teman dan anak buahnya dari jalan menuju-Nya dan surga- Nya, sementara mereka merasa bahwa diri mereka berada dalam petunjuk. Ketika mereka bertemu di hari kiamat, yang satu berkata kepada yang lainnya, "Seandainya jarak antara aku dan kamu sejauh timur dan barat. Sungguh, seburuk-buruk teman bagiku adalah kamu. Di dunia, kamu telah menyesatkan aku dari petunjuk kala kamu datang kepadaku, lalu menghalangiku dari kebenaran hingga aku binasa. Kini, aku sadari bahwa kamu memang benar-benar seburuk-buruk teman bagiku.” 
Ungkapan belasungkawa dari orang lain terhadap orang yang tertimpa musibah seharusnya meringankan dan menghibur, namun Allah telah memberitahukan bahwa itu tidak terjadi pada kedua makhluk itu di kala merasakan siksa yang diterima. Bahkan, tidak ada yang merasa puas di antara keduanya, meski yang lain juga mendapat siksa. Padahal, jika musibah menimpa secara merata di dunia, hal ini pasti dapat menghibur sebagaimana yang telah dikatakan oleh al-Khunsa' mengenai saudaranya Shakhar: 
Seandainya tidak banyak orang yang menangisi di sekitarku Maka, pastilah aku telah melakukan bunuh diri Tidaklah mereka menangis seperti tangis saudaraku yang dapat menghibur jitua sebab ungkapan belasungkaiva Ingatlah wahai saudaraku, Shakhar'. Aku tidak akan melupakanmu Hingga aku meninggalkan hidup ini dan mendatangi kuburku 
Allah Swt. tidak akan memberikan istirahat terhadap para ahli neraka. Dia berfirman:
"(.Harapanmu itu) sekali-kali tidak akan memberi manfaat kepadamu di hari itu karena kamu telah menganiaya (dirimu sendiri). Sesungguhnya, kamu bersekutu dalam azab itu. (Al-Zukhruf [43] : 39)"