Termasuk dampak buruk maksiat adalah dapat membutakan hati. Andai tidak
membutakannya, maksiat bisa melemahkan nata hati. Telah dijelaskan
sebelumnya bahwa maksiat dapat nelemahkan pandangan hati.
Sudah barang tentu, jika hati telah buta atau lemah undangannya, ia akan
sulit untuk mengenali petunjuk. Kekuatannya untuk melaksanakan petunjuk
tergantung dengan seberapa ajam pandangannya.
Dua hal pokok yang menentukan kesempurnaan manusia idalah pengetahuannya
tentang yang benar dan yang batil, serta sikapnya dalam mengutamakan
yang benar. Tidak ada yang nembedakan kedudukan makhluk di sisi Allah
Swt. di dunia dan ikhirat kecuali dua perkara itu. Allah memuji para
nabi-Nya atas lua perkara tersebut:
"Dan, ingatlah hamba-hamba Kami: Ibrahim, lshaq dan Ya'qub yang
mempunyai perbuatan-perbuatan yang besar dan ilmu-ilmu yang tinggi(Shad
[38] : 45).
Yang dimaksud dengan perbuatan besar adalah kekuatan dalam menjalankan
yang benar. Adapun pengetahuan yang tinggi adalah pengetahuan dalam
agama. Allah menggambarkan mereka dengan kesempurnaan dalam menangkap
dan menjalankan kebenaran.
Dalam hal ini, manusia terbagi menjadi empat tingkatan.
Golongan para nabi adalah golongan termulia dari seluruh makhluk.
Golongan kedua adalah yang sebaliknya, yakni mereka yang tidak
berpengetahuan dalam hal agama dan tidak memiliki kekuatan untuk
menjalankan yang benar. Mereka adalah yang paling banyak di antara
manusia. Mereka adalah orang-orang yang jika dilihat, merusak mata,
menutup jiwa, menyakitkan hati, menyempitkan dunia, menyulitkan harga,
dan tidak ada yang bergaul dengan mereka kecuali orang-orang hina dan
tercela.
Golongan yang ketiga adalah orang yang memiliki pengetahuan tentang
petunjuk serta mengenalinya, namun lemah dan tak berdaya untuk
menjalankan dan mengajak kepada petunjuk yang benar. Seperti inilah
kondisi orang mukmin yang lemah, padahal orang mukmin yang kuat itu
lebih baik dan lebih dicintai Allah daripada orang mukmin yang lemah.
Golongan keempat adalah orang yang mempunyai kekuatan, tekad, dan niat,
tetapi lemah pengetahuannya dalam agama sehingga ia tidak bisa
membedakan antara wali Allah dan wali setan. Mereka menganggap setiap
yang hitam itu kurma, setiap yang putih itu lemak, penyakit tumor itu
gemuk, dan obat manjur itu racun. Tidak ada di antara mereka yang pantas
menjadi pemimpin agama. Sedangkan, yang layak menjadi pemimpin agama
hanyalah golongan pertama.
Allah Swt. berfirman:
"Dari, Kami jadikan di antara mereka itu pemimpin pemimpin yang memberi
petunjuk dengan perintah Kami ketika mereka sabar dan mereka meyakini
ayat-ayat Kami.( As-Sajdah [32] :24)''
Allah memberitahukan bahwa sesungguhnya, mereka men¬dapat kedudukan
sebagai pemimpin agama karena kesabaran dan keyakinan. Mereka adalah
golongan orang-orang yang dikecualikan oleh-Nya dari golongan
orang-orang yang merugi. Adapun selain mereka adalah orang-orang yang
merugi. Allah Swt. berfirman:
"Demi masa, sesungguhnya, manusia itu benar-benar dalam kerugian kecuali
orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shalih dan yang saling
menasihati untuk menaati kebenaran dan saling menasihati untuk menetapi
kesabaran (Al-Ashr [103] : 1-3)."
Mereka tidak cukup hanya mengetahui kebenaran dan bersabar atasnya,
namun mereka juga saling menasihati, menunjukkan, dan mendorong kepada
kebenaran satu sama lain. Jika selain dari golongan mereka termasuk
orang-orang yang merugi, tentu karena maksiat dan dosa-dosa telah
membutakan mata hati dan melemahkan ketajamannya sehingga ia tidak mampu
menangkap kebenaran sebagaimana mestinya dan juga tidak sanggup untuk
bersabar dalam kebenaran.
Terkadang kebenaran itu selalu datang dalam hati, namun sering kali
dipahami secara terbalik sehingga yang batil dianggap sebagai kebenaran,
yang benar dianggap sebagai kebatilan, dan yang baik dianggap sebagai
yang mungkar,yang mungkardianggap sebagai yang "baik. Hati menjadi
terbalik fungsinya sehingga ia kembali dari perjalanannya kepada Allah
dan akhirat menuju nafsu batil yang senang dengan kehidupan dunia, lalai
terhadap- Nya dan ayat-ayat-Nya, serta meninggalkan persiapannya untuk
bertemu dengan-Nya. Sebenarnya, ini semua sudah cukup menjadi hukuman
atas dosa-dosa hingga menjauhinya.
Sebaliknya, ketaatan dapat menerangi, mencerahkan, menghaluskan,
menguatkan, dan memantapkan hati sehingga ia menjadi seperti cermin yang
sangat bening dan cemerlang dipenuhi dengan cahaya. Bila setan akan
masuk ke dalam hati, ia akan terkena cahayanya seperti jin yang ingin
mencuri kabar dari langit lalu ia terkena hantaman meteor. Dalam kondisi
seperti ini, setan menjauhi hati lebih dari serigala yang menjauhi
singa. Bahkan, hati yang seperti ini dapat membuat setan tersungkur
sehingga membuat para setan berkumpul dan saling bertanya, 'Ada apa
dengan dia?" Kemudian, ada yang menjawab, "Dia terkena cahaya manusia."
Duhai pandangan hati yang panas bercahaya
Hampir saja setan terbakar karena cahayanya
Jelas tidak sama, hati yang bercahaya dengan hati yang gelap penuh
bayang-bayang nafsu, tempat setan bercokol sambil berkata: "Aku telah
menebus orang yang pasti tidak selamat dunia dan akhiratnya."
Gubahan syair yang mengungkapkan pernyataan setan:
Aku adalah sahabatmu di dunia dan akhirat
Engkau dan aku selalu bersama di mana saja
Sungguh, aku berada di tempat yang penuh celaka
Begitu juga kalian semua tentu celaka nan hina bersamaku
Allah Swt. berfirman:
“Barang siapa yang berpaling dari pengajaran Tuhan Yang Maha Pemurah
(al-Qur’an). Kami adakan baginya setan (yang menyesatkan). Maka, setan
Itulah yang menjadi teman yang selalu menyertainya. Dan, sesungguhnya,
setan-setan itu benar-benar menghalangi mereka dari jalan yang benar dan
mereka menyangka bahiva mereka mendapat petunjuk. Sehingga, apabila
orang-orang yang berpaling itu datang kepada Kami (di hari kiamat), dia
berkata, 'Duhai, semoga (jarak) antar aku dan kamu seperti jarak antara
masyrik dan maghrib. Maka, setan adalah sejahat-jahat teman (yang
menyertai manusia). (Harapanmu itu) sekali-kali tidak akan memberi
manfaat kepadamu di hari itu karena kamu telah menganiaya (dirimu
sendiri). Sesungguhnya, kamu bersekutu dalam azab itu. (Az-Zukhruf [43] :
36-39)"
Allah Swt. menerangkan bahwa orang yang berpaling dari peringatan-Nya,
yakni kitab suci yang diturunkan kepada Rasul-Nya, dan membutakan mata
darinya hingga ia tidak mau me¬mahami dan memikirkan apa yang di¬maksud
oleh-Nya di dalamnya maka Dia telah menjadikan setan sebagai teman yang
menjadi hukuman untuknya kare¬na telah berpaling dari kitab-Nya. Setan
menjadi teman yang selalu bersamanya dan bahkan menjadi tuannya, padahal
setan adalah seburuk-buruk teman dan majikan. Bahkan, sebuah syair
mengibaratkan hubungan itu ibarat saudara sepersusuan yang tidak akan
terpisahkan.
Allah Swt. memberitahukan bahwa setan selalu menghalangi teman dan anak
buahnya dari jalan menuju-Nya dan surga- Nya, sementara mereka merasa
bahwa diri mereka berada dalam petunjuk. Ketika mereka bertemu di hari
kiamat, yang satu berkata kepada yang lainnya, "Seandainya jarak antara
aku dan kamu sejauh timur dan barat. Sungguh, seburuk-buruk teman bagiku
adalah kamu. Di dunia, kamu telah menyesatkan aku dari petunjuk kala
kamu datang kepadaku, lalu menghalangiku
dari kebenaran hingga aku binasa. Kini, aku sadari bahwa kamu memang
benar-benar seburuk-buruk teman bagiku.”
Ungkapan belasungkawa dari orang lain terhadap orang yang tertimpa
musibah seharusnya meringankan dan menghibur, namun Allah telah
memberitahukan bahwa itu tidak terjadi pada kedua makhluk itu di kala
merasakan siksa yang diterima. Bahkan, tidak ada yang merasa puas di
antara keduanya, meski yang lain juga mendapat siksa. Padahal, jika
musibah menimpa secara merata di dunia, hal ini pasti dapat menghibur
sebagaimana yang telah dikatakan oleh al-Khunsa' mengenai saudaranya
Shakhar:
Seandainya tidak banyak orang yang menangisi di sekitarku Maka, pastilah
aku telah melakukan bunuh diri Tidaklah mereka menangis seperti tangis
saudaraku yang dapat menghibur jitua sebab ungkapan belasungkaiva
Ingatlah wahai saudaraku, Shakhar'. Aku tidak akan melupakanmu Hingga
aku meninggalkan hidup ini dan mendatangi kuburku
Allah Swt. tidak akan memberikan istirahat terhadap para ahli neraka. Dia berfirman:
"(.Harapanmu itu) sekali-kali tidak akan memberi manfaat kepadamu di
hari itu karena kamu telah menganiaya (dirimu sendiri). Sesungguhnya,
kamu bersekutu dalam azab itu. (Al-Zukhruf [43] : 39)"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar