Ringkasan Pertanyaan
Menurut al-Qur’an bagaimanakah manusia itu diuji?
Pertanyaan
Menurut al-Qur’an bagaimanakah manusia itu diuji?
Jawaban Global
,Allah
Swt dalam al-Qur’an berfirman “Aku mencipta manusia supaya Aku menguji
di antara mereka siapa yang paling baik amalnya” yang dimaksud dengan
ujian dan cobaan yang digeral Tuhan tentu berbeda dengan pelbagai ujian
yang diselenggarakan manusia.
Ujian-ujian yang diselenggarakan manusia adalah untuk mengenal lebih baik dan menghilangkan keburaman dan ketidaktahuan. Namun ujian Ilahi sejatinya adalah untuk penempaan dan tarbiyah manusia. Artinya ujian dan cobaan Ilahi adalah ruang-ruang untuk mentarbiyah, menempa dan menyempurnakan manusia.
Allah Swt menggunakan beberapa jalan dan cara untuk menguji manusia sesuai dengan kemampuannya. Terkadang melalui pelbagai kesulitan dan kepelikan hidup, terkadang dengan kebaikan dan keburukan, melalui banyaknya harta dan kekayaan, modal, anak, musibah dan lain sebagainya.
Ujian-ujian yang diselenggarakan manusia adalah untuk mengenal lebih baik dan menghilangkan keburaman dan ketidaktahuan. Namun ujian Ilahi sejatinya adalah untuk penempaan dan tarbiyah manusia. Artinya ujian dan cobaan Ilahi adalah ruang-ruang untuk mentarbiyah, menempa dan menyempurnakan manusia.
Allah Swt menggunakan beberapa jalan dan cara untuk menguji manusia sesuai dengan kemampuannya. Terkadang melalui pelbagai kesulitan dan kepelikan hidup, terkadang dengan kebaikan dan keburukan, melalui banyaknya harta dan kekayaan, modal, anak, musibah dan lain sebagainya.
Jawaban Detil
Definisi Ujian Ilahi
Apa yang disebut dalam bahasa kita sebagai “ujian” atau “cobaan” disebutkan dalam ragam redaksi dalam al-Qur’an misalnya, “ibtilâ”, “fitnah”, “tamhish.” Allah Swt dalam al-Qur’an berfirman: Aku mencipta manusia supaya Aku menguji di antara mereka siapa yang paling baik amalnya. “Yang menciptakan mati dan hidup supaya Dia mengujimu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.” (Qs. Al-Mulk [67]:2)
Yang dimaksud dengan ujian dan cobaan yang digeral Tuhan tentu berbeda dengan pelbagai ujian yang diselenggarakan manusia.
Ujian-ujian yang diselenggarakan manusia adalah untuk mengenal lebih baik dan menghilangkan keburaman dan ketidaktahuan. Namun ujian Ilahi sejatinya adalah untuk penempaan dan tarbiyah manusia.[1] Artinya ujian dan cobaan Ilahi adalah ruang-ruang untuk mentarbiyah, menempa dan menyempurnakan manusia sebagaimana para nabi Ilahi seperti Nabi Ibrahim yang ditempa dengan pelbagai ujian kesulitan dan kepelikan hidup kemudian menggondol makam-makam tertinggi.[2]
Obyek-obyek Ujian Ilahi dalam al-Qur’an
Ujian dan cobaan Ilahi untuk manusia merupakan salah satu sunnahtullah.
Al-Qur’an menyatakan, “Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan, “Kami telah beriman”, sedang mereka tidak diuji lagi? Dan sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta.” (Qs. Al-Ankabut [29]:2-3) Terkadang al-Qur’an menyebutkan satu ujian umum yang digelar untuk seluruh hamba Tuhan dengan ungkapan, “Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan, “Kami telah beriman”, sedang mereka tidak diuji lagi?” (Qs. Al-Ankabut [29]:2)
Terkadang al-Qur’an menyingkap satu jenis ujian khusus yang ditujukan untuk orang-orang dan kaum tertentu. Masalah ini yang membentuk satu jenis episode dan kisah-kisah al-Qur’an, misalnya kisah-kisah para nabi dan kaumnya.
Ayat-ayat yang berkisah tentang ujian-ujian umum lebih banyak dari apa yang dapat dikemukakan di sini. Di sini kami hanya akan menyinggung beberapa hal terkait dengan cobaan dan ujian-ujian Ilahi yang disebutkan dalam al-Qur’an:
Pelbagai kesulitan adalah tungku pembakaran yang memberikan kekuatan dan ketahanan pada besi. Demikian juga manusia dalam tempaan tungku pembakaran pelbagai kesulitan dan kepelikan akan menjadi kokoh dan kuat serta mampu untuk merobohkan pelbagai rintangan yang menghalang di hadapannya dalam upayanya meniti jalan menuju kebahagiaan.
Bencana memiliki efek edukatif dan pembinaan individu dan pembangun masyarakat. Kesulitan hidup akan membangunkan dan mengingatkan manusia yang terlelap. Kesulitan hidup adalah penggerak tekad dan kehendak manusia. Kesulitan-kesulitan hidup adalah laksana pemberi polesan terhadap besi dan baja yang semakin dekat dengan magnet akan membuat orang semakin bulat tekadnya, lebih aktif dan lebih giat. Karena tipologi hidup adalah supaya manusia bertahan di hadapan pelbagai kesulitan dan bersiaga menghadapinya. Kesulitan laksana senyawa kimia yang memiliki tipologi untuk membangkitkan kuiditas dan merubah jiwa dan kepribadian manusia.[3]
Kelompok lainnya yang karam dalam samudera anugerah dan segala fasilitas berada dalam jangkaunnya. Ujian mereka adalah apakah dalam kondisi seperti ini untuk menunaikan tugas yaitu bersyukur atas anugerah yang diberikan ini dan menolong orang-orang susah atau tenggelam dalam kelalaian, angkuh, congkak, mementingkan diri sendiri.
Apa yang disebut dalam bahasa kita sebagai “ujian” atau “cobaan” disebutkan dalam ragam redaksi dalam al-Qur’an misalnya, “ibtilâ”, “fitnah”, “tamhish.” Allah Swt dalam al-Qur’an berfirman: Aku mencipta manusia supaya Aku menguji di antara mereka siapa yang paling baik amalnya. “Yang menciptakan mati dan hidup supaya Dia mengujimu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.” (Qs. Al-Mulk [67]:2)
Yang dimaksud dengan ujian dan cobaan yang digeral Tuhan tentu berbeda dengan pelbagai ujian yang diselenggarakan manusia.
Ujian-ujian yang diselenggarakan manusia adalah untuk mengenal lebih baik dan menghilangkan keburaman dan ketidaktahuan. Namun ujian Ilahi sejatinya adalah untuk penempaan dan tarbiyah manusia.[1] Artinya ujian dan cobaan Ilahi adalah ruang-ruang untuk mentarbiyah, menempa dan menyempurnakan manusia sebagaimana para nabi Ilahi seperti Nabi Ibrahim yang ditempa dengan pelbagai ujian kesulitan dan kepelikan hidup kemudian menggondol makam-makam tertinggi.[2]
Obyek-obyek Ujian Ilahi dalam al-Qur’an
Ujian dan cobaan Ilahi untuk manusia merupakan salah satu sunnahtullah.
Al-Qur’an menyatakan, “Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan, “Kami telah beriman”, sedang mereka tidak diuji lagi? Dan sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta.” (Qs. Al-Ankabut [29]:2-3) Terkadang al-Qur’an menyebutkan satu ujian umum yang digelar untuk seluruh hamba Tuhan dengan ungkapan, “Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan, “Kami telah beriman”, sedang mereka tidak diuji lagi?” (Qs. Al-Ankabut [29]:2)
Terkadang al-Qur’an menyingkap satu jenis ujian khusus yang ditujukan untuk orang-orang dan kaum tertentu. Masalah ini yang membentuk satu jenis episode dan kisah-kisah al-Qur’an, misalnya kisah-kisah para nabi dan kaumnya.
Ayat-ayat yang berkisah tentang ujian-ujian umum lebih banyak dari apa yang dapat dikemukakan di sini. Di sini kami hanya akan menyinggung beberapa hal terkait dengan cobaan dan ujian-ujian Ilahi yang disebutkan dalam al-Qur’an:
1. Pelbagai Kesulitan dan Kepelikan
Allah Swt menguji manusia dengan perantara pelbagai kesulitan dan kepelikan. Allah Swt berfirman, “Dan
sungguh Kami akan berikan cobaan kepadamu dengan sedikit ketakutan,
kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan berikanlah
berita gembira kepada orang-orang yang sabar.” (Qs. Al-Baqarah [2]:155)Pelbagai kesulitan adalah tungku pembakaran yang memberikan kekuatan dan ketahanan pada besi. Demikian juga manusia dalam tempaan tungku pembakaran pelbagai kesulitan dan kepelikan akan menjadi kokoh dan kuat serta mampu untuk merobohkan pelbagai rintangan yang menghalang di hadapannya dalam upayanya meniti jalan menuju kebahagiaan.
Bencana memiliki efek edukatif dan pembinaan individu dan pembangun masyarakat. Kesulitan hidup akan membangunkan dan mengingatkan manusia yang terlelap. Kesulitan hidup adalah penggerak tekad dan kehendak manusia. Kesulitan-kesulitan hidup adalah laksana pemberi polesan terhadap besi dan baja yang semakin dekat dengan magnet akan membuat orang semakin bulat tekadnya, lebih aktif dan lebih giat. Karena tipologi hidup adalah supaya manusia bertahan di hadapan pelbagai kesulitan dan bersiaga menghadapinya. Kesulitan laksana senyawa kimia yang memiliki tipologi untuk membangkitkan kuiditas dan merubah jiwa dan kepribadian manusia.[3]
2. Keburukan dan Kebaikan
Sebagaimana al-Qur’an menyatakan, “Tiap-tiap
yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan mengujimu dengan keburukan
dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada
Kami-lah kamu dikembalikan.” (Qs.
Al-Anbiya [21]:35) Dengan demikian bahkan kebaikan sekali pun juga dapat
menjadi sebuah faktor ujian bagi manusia. Misalnya seseorang yang mampu
memperoleh kekayaan, harta atau tanggun jawab yang menyebabkan dirinya
dihormati dan disanjung namun ia tidak dapat memanfaatkannya dengan baik
sehingga mudah menjadi obyek tipu daya setan.
3. Melimpahnya Karunia
Ujian-ujian
Ilahi tidak selamanya dalam bentuk pelbagai peristiwa pelik dan susah
melainkan terkadang Tuhan menguji para hamba-Nya dengan karunia yang
banyak dan melimpah[4] sebagaimana al-Qur’an menarasikan kisah Nabi Sulaiman, “Tetapi)
seseorang yang mempunyai sebuah ilmu dari kitab (samawi) berkata, “Aku
akan membawa singgasana itu kepadamu sebelum matamu berkedip.” Maka
tatkala Sulaiman melihat singgasana itu terletak di hadapannya, ia pun
berkata, “Ini termasuk karunia Tuhan-ku untuk mencobaku apakah aku
bersyukur atau mengingkari (nikmat-Nya). Dan barang siapa yang
bersyukur, maka sesungguhnya dia bersyukur untuk (kebaikan) dirinya
sendiri dan barang siapa yang ingkar, maka sesungguhnya Tuhan-ku Maha
Kaya lagi Maha Mulia.”” (Qs. Al-Naml [27]:40)Kelompok lainnya yang karam dalam samudera anugerah dan segala fasilitas berada dalam jangkaunnya. Ujian mereka adalah apakah dalam kondisi seperti ini untuk menunaikan tugas yaitu bersyukur atas anugerah yang diberikan ini dan menolong orang-orang susah atau tenggelam dalam kelalaian, angkuh, congkak, mementingkan diri sendiri.
4. Anak-anak
Al-Qur’an menyebutkan, “Dan ketahuilah bahwa harta dan anak-anakmu itu hanyalah sebagai cobaan dan sesungguhnya di sisi Allah-lah pahala yang besar.” (Qs. Al-Anfal [8]:28)
5. Iman dan Kafir
Al-Qur’an
mengingatkan tentang penjaga neraka dan menyebut jumlah mereka sebanyak
sembilan belas malaikat kemudian mengimbuhkan, “Kami
tidak menjadikan penjaga neraka itu melainkan dari malaikat dan
tidaklah Kami menjadikan bilangan mereka itu melainkan sebagai cobaan
bagi orang-orang kafir supaya ahli kitab (Yahudi dan Kristen) menjadi
yakin, supaya iman orang yang beriman bertambah, supaya ahli kitab dan
orang-orang mukmin itu tidak ragu-ragu, dan supaya orang-orang yang di
dalam hatinya ada penyakit dan orang-orang kafir berkata, “Apakah yang
dikehendaki Allah dengan menjelaskan sifat-sifat neraka Saqar itu?”
Demikianlah Allah menyesatkan orang-orang yang dikehendaki-Nya dan
memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan tidak ada yang
mengetahui bala tentara Tuhan-mu melainkan Dia sendiri. Dan Saqar itu
tidak lain hanyalah peringatan bagi manusia.” (Qs. Al-Mudattsir [74]:31)
6. Ornamen dan Hiasan di Muka Bumi
Pada sebuah ayat al-Qur’an disebutkan tentang apa yang terdapat di bumi dipandang sebagai sebuah ujian. “Sesungguhnya
Kami telah menjadikan apa yang ada di bumi sebagai perhiasan baginya,
agar Kami menguji mereka siapakah di antara mereka yang terbaik
perbuatannya.” (Qs. Al-Kahf [18]:7) [IQuest]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar