MENGENAL DIRI
berkata
ahli Syufiyal muhaqiqin dengan mendasarkan pada sabda Rasulullah saw :
Man ‘arafa nafsahu faqad
‘arafa rabbahu, ‘arafa rabbahu faqad jahila nafsahu
Artinya : barangsiapa mengenal akan dirinya (dengan sebenar-benar mengenal) tentu
dia mengenal akan Tuhannya. Barangsiapa yang telah mengenal akan Tuhannya tentu
dia mengenal akan dirinya.
Adapun
langkah pertama untuk mengenal diri sendiri ialah mengetahui dari itu tersusun
dan bentuk-bentuk zhahir (yang disebut
badan atau jasad) dan bentuk-bentuk bathin (yang disebut qalbu atau jiwa) adapun yang disebut qalbu itu
bukanlah yang segumpal daging yang berada disebelah (kiri) badan dibawah susu kiri (yang
dikatan jantung ) tetapi dia adalah ruuh suci dan berpengaruh di dalam tubuh
dan dialah yang mengatur jasmani dan segenap anggota badan, dialah sebenarnya :
haqeqat insan ( diri yang sebenarnya
diri) dan dialah yang bertanggung jawab dan dialah yang di puji dan di azab
oleh Allah. Bermula jasad itu dimisalkan suatu kerajaan dan (ruuh) adalah rajanya yang berkuasa
mengatur / memerintah jasmani, dan seluruh badan jasmani akan hancur, binasa
setelah mati, tetapi haqeqat (ruuh/jiwa)
tidak mati, dia tetap tinggal dalam ilmu Allah, kalau jasad disebut kerajaan
dalam bentuk alam syahadah (alam nyata)
maka ruuh/ jiwa adalah raja dalam bentuk (alam
ghaib)
Dia
keadaannya tidak terbatas oleh ruang dan waktu tak terpisah, tidak tertentu
tempatnya didalam suatu bagian tubuh, oleh karena itu bahwa setiap orang
memerintahkan atas kerajaan kecil dalam dirinya sendiri, yang dikatakan juga :
dunia kecil dalam dirinya.
Firman
Allah Swt : yas-alunaka ‘anilr-ruuh
qulir-ruuh min amri rabbii wama utitum minal ilmi illa qaliila (al-israa-85)
Artinya
: mereka itu bertanya kepadamu (wahai Muhammad) tentang (ruuh),
katakanlah bahwa ruuh itu urusan-Ku, tidak kamu diberi ilmunya melainkan
sedikit saja.
Dan lagi firmannya : awala yadzkurul insanu annaa
khalaqnahu min qablu walam yakun syai-a (al-maryam ayat-67)
Artinya :
tiadakah manusia itu ingat bahwa kami (allah) menjadikannya
dahulu pada hal dia pada tetkala itu belum merupakan apapun.
Merupakan
Apa-pun.
Tiliklah
bahwa manusia dijadikan dari setetes (air mani) yang tidak mempunyai :
Tidak mempunyai Aqal,
Tidak mempunyia pendengaran,
Tidak mempunyai kaki
Tidak mempunyai tangan
Tidak mempunyai kepala,
Tidak mempunyai perut dan sebagainya.
Ketehuilah
bahwa tingkat kesempurnaan yang manusia dapat capai bukanlah dia yang
membuatnya, karena rambut sehelaipun takan sanggup manusia membuatnya.
Disadarilah kiranya bahwa manusia dapat menemukan dirinya dalam kejadian yang
sangat kecil bila dibandingkan dengan kekuasaan dan kasih sayang Allah yang
Maha Agung yang menjadikannya.
Bersambung..........1
Tidak ada komentar:
Posting Komentar