“Kitab
(Al Qur’an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa
(yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan shalat, dan
menafkahkan sebahagian rezki yang Kami anugerahkan kepada mereka.” (QS. Al
Baqarah (2) : 2-3)
Ayat
di atas jelas menerangkan pada kita bahwa Alquran tidak ada yang bisa diragukan
lagi. Segala yang ada di dalam Alquran adalah sudah pasti benar. Kebenaran
Alquran ini telah banyak terbukti oleh ilmu pengetahuan manapun. Bahkan banyak
persoalan pada suatu ilmu pengetahuan yang baru terpecahkan dari Alquran. Tidak
hanya ilmuwan muslim yang mengeksplor Alquran dan menjadikannya rujukan ilmu
pengetahuan dan sains, tapi juga ilmuwan-ilmuwan barat yang mengembangkan
teori, hukum, dan fenomena-fenomena alam yang tidak bisa dipecahkan. Alquran
adalah mukjizat terbesar sepanjang masa, karena manfaatnya akan dirasakan oleh
semua manusia sampai akhir jaman.
Alquran
diturunkan kepada seorang Rasul yang buta huruf dan pada negeri yang cukup
tertinggal dari ilmu pengetahuan. Tidak masuk akal jika menyebutkan bahwa
Alquran adalah buatan Muhammad. Hal ini dikarenakan kandungan Alquran yang luar
biasa banyak yang menjelaskan ilmu pengetahuan dan sains yang baru terungkap
oleh alat-alat canggih jaman sekarang.
Salah
satu yang Alquran jelaskan adalah mengenai teori penciptaan manusia. Bagaimana
ketika manusia pertama diciptakan dan bagaimana mekanisme terbaik pembentukan
jasad manusia di rahim ibunya, pembentukan ovum, sperma, dan lain sebagainya
telah dijelaskan secara rinci dan detail. Pembentukan manusia ini baru terbukti
oleh sains pada akhir-akhir abad ini oleh teknologi mutakhir.
Maka
tidak ada yang bisa diragukan dari Alquran, termasuk mengenai teori penciptaan
manusia pertama yaitu Adam adalah tidak melalui proses evolusi seperti yang
dilontarkan oleh Darwin. Alquran bukan yang harus dibuktikan oleh sains dan
teknologi, tapi sains dan teknologi lah yang harus dibuktikan oleh Alquran,
karena Alquran sudah pasti benar.
Prapenciptaan
“Ingatlah
ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: “Sesungguhnya Aku hendak
menjadikan seorang khalifah di muka bumi.” Mereka berkata: “Mengapa Engkau
hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan
padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji
Engkau dan mensucikan Engkau?” Tuhan berfirman: “Sesungguhnya Aku mengetahui
apa yang tidak kamu ketahui.” (Albaqarah: 30)
Malaikat
adalah makhluk Allah yang paling patuh terhadap segala perintahNya. Sebelum
manusia pertama atau Adam diciptakan, malaikat sudah diciptakan terlebih
dahulu. Suatu ketika saat Allah memberikan pengumuman berupa rencana akan
menciptakan suatu makhluk yang akan menjadi khalifah di muka bumi. Namun,
makhluk yang dipilih Allah itu adalah manusia. Mengetahui hal ini malaikat
sedikit “protes” pada Allah. Kita harus ingat bahwa malaikat itu makhluk yang
paling taat dan patuh pada segala perintah dan keputusanNya. Akan tetapi satu
hal ini yang membuat malaikat “angkat bicara” kepada Allah berkenaan dengan
akan adanya penciptaan manusia ini.
Seperti
yang dijelaskan oleh ayat di atas, malaikat tahu bahwa manusia yang akan
diciptakan Allah tersebut akan membuat kerusakan di muka bumi. Padahal Allah
menciptakan manusia dengan tujuan menjadi khalifah di muka bumi. Allah
pun menjawab “protes” para malaikat dengan kalimat “Sesungguhnya Aku mengetahui
apa yang tidak kamu ketahui” disini kita bisa melihat bahwa Allah lah sang
perencana segalanya, Allah lah sang maha pencipta yang paling mengetahui
ciptaannya. Ada sesuatu dibalik skenario yang dibuat Allah. Pasti ada sejuta
hikmah dari jawaban Allah tersebut.
Ayat
ini juga mengingatkan pada manusia bahwa tujuan awal kita diciptakan oleh Allah
adalah untuk menjadi khalifah di muka bumi.
a)
Proses Kejadian Manusia Pertama (Adam)
Di
dalam Al Qur’an dijelaskan bahwa Adam diciptakan oleh Allah dari tanah yang
kering kemudian dibentuk oleh Allah dengan bentuk yang sebaik-baiknya. Setelah
sempurna maka oleh Allah ditiupkan ruh kepadanya maka dia menjadi hidup. Hal
ini ditegaskan oleh Allah di dalam firman-Nya :
“Yang
membuat sesuatu yang Dia ciptakan sebaik-baiknya dan Yang memulai penciptaan
manusia dari tanah”. (QS. As Sajdah (32) : 7)
“Dan
sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia (Adam) dari tanah liat kering (yang
berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk”. (QS. Al Hijr (15) : 26)
Disamping
itu Allah juga menjelaskan secara rinci tentang penciptaan manusia pertama itu
dalah surat Al Hijr ayat 28 dan 29 .
“Dan
(ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat : Sesungguhnya Aku
akan menciptakan seorang manusia dari tanah liat kering (yang berasal) dari
lumpur hitam yang diberi bentuk. Maka apabila Aku telah menyempurnakan
kejadiannya, dan telah meniupkan kedalamnya ruh (ciptaan)-ku, maka tunduklah
kamu kepadanya dengan bersujud” (QS. Al Hijr (15) : 28-29)
Di
dalam sebuah Hadits Rasulullah saw bersabda :
“Sesunguhnya
manusia itu berasal dari Adam dan Adam itu (diciptakan) dari tanah”. (HR.
Bukhari)
“Dan
Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian
mengemukakannya kepada para Malaikat lalu berfirman: “Sebutkanlah kepada-Ku
nama benda-benda itu jika kamu mamang benar orang-orang yang benar!”
(Albaqarah:31)
“Mereka
menjawab: “Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang
telah Engkau ajarkan kepada kami; sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mengetahui
lagi Maha Bijaksana .” (Albaqarah:32)
“Allah
berfirman: “Hai Adam, beritahukanlah kepada mereka nama-nama benda ini.” Maka
setelah diberitahukannya kepada mereka nama-nama benda itu, Allah berfirman:
“Bukankah sudah Ku katakan kepadamu, bahwa sesungguhnya Aku mengetahui rahasia
langit dan bumi dan mengetahui apa yang kamu lahirkan dan apa yang kamu
sembunyikan ?” (Albaqarah:33)
“Dialah
Yang menciptakan kamu dari tanah, sesudah itu ditentukannya ajal (kematianmu),
dan ada lagi suatu ajal yang ada pada sisi-Nya (yang Dia sendirilah
mengetahuinya), kemudian kamu masih ragu-ragu (tentang berbangkit itu).”
(Alanam:2)
b)
Proses Kejadian Manusia Kedua (Siti Hawa)
Pada
dasarnya segala sesuatu yang diciptakan oleh Allah di dunia ini selalu dalam
keadaan berpasang-pasangan. Demikian halnya dengan manusia, Allah berkehendak
menciptakan lawan jenisnya untuk dijadikan kawan hidup (isteri). Hal ini
dijelaskan oleh Allah dalam salah satu firman-Nya :
“Maha
Suci Tuhan yang telah menciptakan pasangan-pasangan semuanya, baik dari apa
yang ditumbuhkan oleh bumi dan dari diri mereka maupun dari apa yang tidak
mereka ketahui” (QS. Yaasiin (36) : 36)
Adapun
proses kejadian manusia kedua ini oleh Allah dijelaskan di dalam surat An
Nisaa’ ayat 1 yaitu :
“Hai
sekalian manusia, bertaqwalah kepada Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dari
seorang diri, dan dari padanya Allah menciptakan isterinya, dan daripada
keduanya Allah memperkembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang sangat
banyak…” (QS. An Nisaa’ (4) : 1)
Di
dalam salah satu Hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim dijelaskan :
“Maka
sesungguhnya perempuan itu diciptakan dari tulang rusuk Adam” (HR.
Bukhari-Muslim)
Apabila
kita amati proses kejadian manusia kedua ini, maka secara tak langsung hubungan
manusia laki-laki dan perempuan melalui perkawinan adalah usaha untuk
menyatukan kembali tulang rusuk yang telah dipisahkan dari tempat semula dalam
bentuk yang lain. Dengan perkawinan itu maka akan lahirlah keturunan yang akan
meneruskan generasinya.
c)
Proses Kejadian Manusia Ketiga (semua keturunan Adam dan Hawa)
Kejadian
manusia ketiga adalah kejadian semua keturunan Adam dan Hawa kecuali Nabi Isa
a.s. Dalam proses ini disamping dapat ditinjau menurut Al Qur’an dan Al Hadits
dapat pula ditinjau secara medis.
Di
dalam Al Qur’an proses kejadian manusia secara biologis dejelaskan secara
terperinci melalui firman-Nya :
“Dan
sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia itu dari suatu saripati (berasal)
dari tanah. Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam
tempat yang kokoh (rahim). Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah,
lalu segumpal darah itu kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu
Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan
daging. Kamudian Kami jadikan ia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha
Sucilah Allah , Pencipta Yang Paling Baik.” (QS. Al Mu’minuun (23) : 12-14).
Kemudian
dalam salah satu hadits Rasulullah SAW bersabda :
“Telah
bersabda Rasulullah SAW dan dialah yang benar dan dibenarkan. Sesungguhnya
seorang diantara kamu dikumpulkannya pembentukannya (kejadiannya) dalam rahim
ibunya (embrio) selama empat puluh hari. Kemudian selama itu pula (empat puluh
hari) dijadikan segumpal darah. Kemudian selama itu pula (empat puluh hari)
dijadikan sepotong daging. Kemudian diutuslah beberapa malaikat untuk meniupkan
ruh kepadanya (untuk menuliskan/menetapkan) empat kalimat (macam) : rezekinya,
ajal (umurnya), amalnya, dan buruk baik (nasibnya).” (HR. Bukhari-Muslim)
Selanjutnya
yang dimaksud di dalam Al Qur’an dengan “saripati berasal dari tanah” sebagai
substansi dasar kehidupan manusia adalah protein, sari-sari makanan yang kita
makan yang semua berasal dan hidup dari tanah. Yang kemudian melalui proses
metabolisme yang ada di dalam tubuh diantaranya menghasilkan hormon (sperma),
kemudian hasil dari pernikahan (hubungan seksual), maka terjadilah pembauran
antara sperma (lelaki) dan ovum (sel telur wanita) di dalam rahim. Kemudian
berproses hingga mewujudkan bentuk manusia yang sempurna (seperti dijelaskan
dalam ayat diatas).
“
Sesungguhnya kami telah menciptakan manusia dari air mani yang bercampur” (QS.
Addahr: 2)
“Dia
telah menciptakan manusia dari segumpal darah.” (QS 96. Al-‘Alaq: 2)
Selanjutnya,
fase segumpal darah (`alaqah) berlanjut terus dari hari ke-15 sampi hari ke-24
atau ke-25 setelah sempurnanya proses pembuahan. Meskipun begitu kecil, namun
para ahli embriologi mengamati proses membanyaknya sel-sel yang begitu cepat
dan aktivitasnya dalam membentuk organ-organ tubuh. Mulailah tampak pertumbuhan
syaraf dalam pada ujung tubuh bagian belakang embrio, terbentuk (sedikit-demi
sedikit ) kepingan-kepingan benih, menjelasnya lipatan kepala; sebagai
persiapan perpindahan fase ini (`alaqah kepada fase berikutnya yaitu mudhgah
(mulbry stage)).Mulbry stage adalah kata dari bahasa Latin yang artinya embrio
(janin) yang berwarna murberi (merah tua keungu-unguan). Karena bentuknya pada
fase ini menyerupai biji murberi, karena terdapat berbagai
penampakan-penampakan dan lubang-lubang (rongga-rongga) di atasnya.
Realitanya,
ungkapan Al-Quran lebih mendalam, karena embrio menyerupai sepotong daging yang
dikunyah dengan gigi, sehingga tampaklah tonjolan-tonjolan dan celah
(rongga-rongga) dari bekas kunyahan tersebut. Inilah deskripsi yang dekat
dengan kebenaran. Lubang-lubang itulah yang nantinya akan menjadi organ-organ
tubuh dan anggota-anggotanya.
Di
dalam Al-Quran disebutkan bahwa embrio terbagi dua; pertama, sempurna
(mukhallaqah) dan kedua tidak sempurna (ghair mukhallaqah). Penafsiran dari
ayat tersebut adalah: Secara ilmiah, embrio dalam fase perkembangannya seperti
tidak sempurna dalam susunan organ tubuhnya. Sebagian organ (seperti kepala)
tampak lebih besar dari tubuhnya dibandingkan dengan organ tubuh yang lain.
Lebih penting dari itu, sebagian anggota tubuh embrio tercipta lebih dulu dari
yang lainnya, bahkan bagian lain belum terbentuk. Contoh, kepala. Ia terbentuk
sebelum sebelum bagian tubuh ujung belum terbentuk, seperti kedua lengan dan
kaki. Setelah itu, secara perlahan mulai tampaklah lengan dan kaki tersebut.
Tidak diragukan lagi, ini adalah I’jâz `ilmiy (mukjizat sains) yang terdapat di
dalam Al-Quran. Karena menurut Dr. Ahmad Syauqiy al-Fanjary, kata `alaqah tidak
digunakan kecuali di dalam Al-Quran.
“Yang
membuat segala sesuatu yang Dia ciptakan sebaik-baiknya dan Yang memulai
penciptaan manusia dari tanah. Kemudian Dia menjadikan keturunannya dari
saripati air yang hina. Kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalamnya
roh (ciptaan)-Nya dan Dia menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan
hati; (tetapi) kamu sedikit sekali bersyukur. (Assajdah:7-9)”
“Dan
orang-oranng yang beriman, dan yang anak cucu mereka mengikuti mereka dalam
keimanan, Kami hubungkan anak cucu mereka dengan mereka , dan Kami tiada mengurangi
sedikitpun dari pahala amal mereka. Tiap-tiap manusia terikat dengan apa yang
dikerjakannya. (Athuur:21)”
Interpretasi
Para
ahli dari barat baru menemukan masalah pertumbuhan embrio secara bertahap pada
tahun 1940 dan baru dibuktikan pada tahun 1955, tetapi dalam Al Qur’an dan
Hadits yang diturunkan 15 abad lalu hal ini sudah tercantum. Ini sangat
mengagumkan bagi salah seorang embriolog terkemuka dari Amerika yaitu Prof. Dr.
Keith Moore, beliau mengatakan : “Saya takjub pada keakuratan ilmiah pernyataan
Al Qur’an yang diturunkan pada abad ke-7 M itu”. Selain iti beliau juga
mengatakan, “Dari ungkapan Al Qur’an dan hadits banyak mengilhami para scientist
(ilmuwan) sekarang untuk mengetahui perkembangan hidup manusia yang diawali
dengan sel tunggal (zygote) yang terbentuk ketika ovum (sel kelamin betina)
dibuahi oleh sperma (sel kelamin jantan). Kesemuanya itu belum diketahui oleh
Spalanzani sampai dengan eksperimennya pada abad ke-18, demikian pula ide
tentang perkembangan yang dihasilkan dari perencanaan genetik dari kromosom
zygote belum ditemukan sampai akhir abad ke-19. Tetapi jauh ebelumnya Al Qur’an
telah menegaskan dari nutfah Dia (Allah) menciptakannya dan kemudian (hadits
menjelaskan bahwa Allah) menentukan sifat-sifat dan nasibnya.”
Sebagai
bukti yang konkrit di dalam penelitian ilmu genetika (janin) bahwa selama
embrio berada di dalam kandungan ada tiga selubung yang menutupinya yaitu
dinding abdomen (perut) ibu, dinding uterus (rahim), dan lapisan tipis
amichirionic (kegelapan di dalam perut, kegelapan dalam rahim, dan kegelapan
dalam selaput yang menutup/membungkus anak dalam rahim). Hal ini ternyata
sangat cocok dengan apa yang dijelaskan oleh Allah di dalam Al Qur’an :
“…Dia
menjadikan kamu dalam perut ibumu kejadian demi kejadian dalam tiga kegelapan
(kegelapan dalam perut, kegelapan dalam rahim, dan kegelapan dalam selaput yang
menutup anak dalam rahim)…” (QS. Az Zumar (39) : 6).
Inilah
teori penciptaan dalam Islam. Allah adalah Pencipta segala sesuatu dan Dia
mengendalikan alam semesta menurut kehendak-Nya sesuai fungsi dan peran yang
spesifik.
Awal
penciptaan dituturkan di dalam al-Qur’an seara logis dan tegas, dengan
menyatakan banyak fakta dalam penciptaan. Namun, seseorang yang membandingkan
penjelasan tentang awal penciptaan seperti yang disebutkan dalam al-Qur’an dan
seperti yang disebutkan dalam Kitab Kejadian itu akan dengan mudah menyimpulkan
bahwa kedua buku memiliki sumber yang sama namun al-Qur’an menjelaskannya
secara logis dan ilmiah.
Dari
al-Mu’minun: 12-16, dapat disimpulkan sebagai berikut:
- Adam diciptakan dari tanah liat secara langsung, atau secara tidak langsung dari bahan dasar lumpur. Sebelum berubah menjadi manusia, Adam menerima hembusan ruh dari Allah nafas yang memberinya kemampuan kemampuan untuk belajar dan potensi untuk mengenali.
- Hawa diciptakan dari sel atau tulang Adam. Penciptaan tersebut memberi penjelasan yang masuk akal mengenai kesamaan antara peta genetik dan jumlah chromosom pada kedua Adam dan Hawa.
Dalam
teori penciptaan dalam Islam, Allah menentukan peran bagi Hawa, seorang
perempuan diciptakan dari laki-laki, yang ditugaskan di Al-Qur’an dengan
ayat-ayat berikut:
“Dan
di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri
dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan
dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang
demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir.”
(ar-Rum: 21)
Allah
juga berfirman, ‘Allah menjadikan bagi kamu istri-istri dari jenis kamu sendiri
dan menjadikan bagimu dari istri-istri kamu itu, anak anak dan cucu-cucu, dan
memberimu rezeki dari yang baik-baik. Maka mengapakah mereka beriman kepada
yang batil dan mengingkari nikmat Allah?’ [an-Nahl: 72]
Menurut
ayat-ayat ini, teori penciptaan menurut Islam itu mencakup hal-hal berikut:
- Allah menganugerahi Adam isteri dengan sifat-sifat tertentu untuk tujuan kasih sayang dan rahmat.
- Allah memberi Hawa fitur reproduksi untuk memberikan anak laki-laki dan perempuan.
- Sesuai kehendak Allah, Adam dan Hawa merupakan bagian dari bangunan masyarakat yang lengkap, yang terdiri dari orang tua, anak, cucu, dan seterusnya.
- Allah menentukan desain fitur-fitur manusia dalam air sperma yang dipancarkan manusia dengan DNA yang spesifik, peta genetika atau jumlah chromosom bersama antara pasangan perkawinan, laki-laki dan perempuan.
- Allah menjaga sumber kelangsungan kehidupan makhluk-Nya. Karena itu, Allah mengatur kerajaan tumbuhan sebagai makhluk otonom yang menyediakan makanan yang diperlukan untuk kerajaan manusia.
- Dia mengatur siklus untuk menghasilkan air tawar untuk minuman manusia dan pengairan tanaman yang mereka makan.
- Allah mengelola pasokan energi untuk makhluk-Nya demgam proses fotosintesis yang ajaib, yang menyimpan energi dari matahari menjadi buah yang dapat dimakan.
Sebagaimana
teori evolusi nihil logika kehidupan evolusi, Biogenesis juga gagal dalam
mengasumsi awal mula kehidupan dalam zat kimia dengan regenerasi imajiner
spontan. Dalam al-Qur’an, Allah menyatakan bahwa Dia adalah Pencipta kehidupan
dan kematian.
Teori
Penciptaan dalam Islam mengenai peran Pencipta sebagai Pencipta unsur
kehidupan. Unsur seperti itu tidak diketahui sampai sekarang oleh manusia.
Teori Darwin tidak mampu menjelaskan mengenai ruh. Tanpa ruh, sebuah jasad yang
ada tidak akan berfungsi, tidak akan hidup. Ruh masih menjadi misteri dalam
sains dan teknologi. Hanya Allah yang tahu, bahkan di Alquran pun dikatakan
bahwa Allah lah yang memegang kunci rahasia alam ruh. Jiwa ditiupkan ke dalam
Adam dan juga ditiupkan ke dalam setiap manusia. Hal ini menjadi rahasia Allah
semata, tidak seorang pun bisa mendefinisikannya.
“Dan
mereka bertanya kepadamu tentang roh. Katakanlah, ‘Roh itu termasuk urusan
Tuhan-ku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit.” (al-Isra’:
85)
Allah
dalam teori Penciptaan dalam Islam tidak hanya membuat badan kita hidup, tetapi
ia juga membentuk rupa kita agar terlihat seperti rupa manusia. Allah memiliki
nama lain dalam Al-Qur’an selain al-Khaliq (Pencipta), yaitu al-Mushawwir (Yang
membentuk rupa).
“Dia-lah
Allah Yang Menciptakan, Yang Mengadakan, Yang Membentuk Rupa, Yang Mempunyai
Nama-Nama Yang Paling baik. Bertasbih kepada-Nya apa yang ada di langit dan di
bumi. Dan Dia-lah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (al-Hasyr: 24)
Dari
penjelasan singkat di atas dapat ditarik sebuah konklusi bahwa Al-Quran bukan
hanya sebagai kitab suci yang membacanya merupakan ibadah, namun ia juga
merupakan sebuah kitab yang banyak mengandung tanda-tanda ilmiah. Hal ini
semakin membuktikan bahwa Al-Quran itu benar-benar wahyu dari Allah, bukan
buatan Muhammad SAW.
Loading...
This entry was posted in Hikmah. Bookm
Tidak ada komentar:
Posting Komentar