Suatu hari Sayidina Ali, karamallahu wajhahu, misan dan menantu Nabi Suci SAW bertanya,
"Wahai (Nabi)
Muhammad, kedua orang tuaku akan menjadi jaminanku, mohon katakan padaku
apa yang diciptakan Allah Ta’ala sebelum semua makhluk ciptaan?"
Beliau menjawab : "Sesungguhnya, sebelum Rabbmu menciptakan lainnya, Dia menciptakan dari Nur-Nya nur Nabimu."
Di Hadist yang
lain, yang diiiwayatkan dari Abdurrazaq ra yang diterimanya dari Jabir
ra, bahwa Jabir pernah bertanya kepada Rasulullah saw, "Ya Rasulullah,
beritahukanlah kepadaku, apakah yang mula-mula sekali Allah jadikan?".
Rasulullah saw menjawab : "Sesungguhnya Allah ciptakan sebelum adanya sesuatu adalah nur Nabimu dari Nur-Nya."
Nur Muhammad
itu sudah ada sebelum adanya segala sesuatu di alam ini. Nur Muhammad
dianugerahi tujuh lautan : Laut Ilmu, Laut Latif, Laut Pikir, Laut
Sabar, Laut Akal, Laut Rahman, dan Laut Cahaya.
Dia
kemudian membagi Nur ini menjadi empat bagian Dari bagian pertama Dia
menciptakan Pena. dari bagian kedua lawhal-mahfudz, dari bagian ketiga
‘Arsy”.
Kini telah
diketahui bahwa ketika Allah menciptakan lawhal-mahfudz dan Pena. Pada
pena itu terdapat seratus simpul, jarak antara kedua simpul adalah
sejauh dua tahun perjalanan. Allah kemudian memerintahkan Pena untuk
menulis, dan Pena bertanya, "Ya Allah, apa yang harus saya tulis?"
Allah berfirman, “Tulislah : la ilaha illallah,Muhammadan Rasulullah”.
Atas itu Pena
berseru, "Oh, betapa sebuah nama yang indah, agung Muhammad itu bahwa
dia disebut bersama Asma Mu yang Suci, ya Allah".
Allah kemudian
berfirman, "Wahai Pena, jagalah kelakuanmu ! Nama ini adalah nama
Kekasih-Ku, dari Nurnya Aku menciptakan ‘Arsy dan Pena dan
lawhal-mahfudz; kamu, juga diciptakan dari Nurnya. Jika bukan karena
dia, Aku tidak akan menciptakan apapun”.
Ketika Allah
SWT telah mengatakan kalimat tersebut, Pena itu terbelah dua karena
takutnya kepada Allah, dan tempat dari mana kata-katanya tadi keluar
menjadi tertutup/terhalang, sehingga sampai dengan hari ini ujungnya
tetap terbelah dua dan tersumbat, sehingga dia tidak menulis, sebagai
tanda dari rahasia Ilahiah yang agung.
Kemudian Allah memerintahkan Pena untuk menulis "Apa yang harus saya tulis, Ya Allah?" bertanya Pena. Kemudian Rabb al Alamin berkata, "Tulislah semua yang akan terjadi sampai Hari Pengadilan !”.
Berkata Pena, "Ya Allah, apa yang harus saya mulai?". Berfirman Allah, "Kamu harus memulai dengan kata-kata ini: Bismillah al-Rahman al-Rahim."
Dengan rasa
hormat dan takut yang sempurna, kemudian Pena bersiap untuk menulis
kata-kata itu pada Kitab (lawh al-mahfudz), dan dia menyelesaikan
tulisan itu dalam 700 tahun.
Ketika Pena
telah menulis kata-kata itu, Allah SWT berfirman "Telah memakan 700
tahun untuk kamu menulis tiga Nama-Ku; Nama Keagungan-Ku, Kasih
Sayang-Ku dan Empati-Ku. Tiga kata-kata yang penuh barakah ini saya buat
sebagai sebuah hadiah bagi ummat Kekasih-Ku Muhammad. Dengan
Keagungan-Ku, Aku berjanji bahwa bilamana abdi manapun dari ummat ini
menyebutkan kata Bismillah dengan niat yang murni, Aku akan menulis 700
tahun pahala yang tak terhitung untuk abdi tadi, dan 700 tahun dosa akan
Aku hapuskan.”
“Sekarang
(selanjutnya), bagaian ke-empat dari Nur itu Aku bagi lagi menjadi empat
bagian: Dari bagian pertama Aku ciptakan Malaikat Penyangga Singgasana
(hamalat al-’Arsy); Dari bagian kedua Aku telah ciptakan Kursi, majelis
Ilahiah (Langit atas yang menyangga Singgasana Ilahiah, ‘Arsy); Dari
bagian ketiga Aku ciptakan seluruh malaikat (makhluk) langit lainnya.”
“kemudian
bagian keempat Aku bagi lagi menjadi empat bagian: dari bagian pertama
Aku membuat semua langit, dari bagian Kedua Aku membuat bumi-bumi, dari
bagian ketiga Aku membuat jinn dan api.”
“Bagian keempat
Aku bagi lagi menjadi empat bagian : dari bagian pertama Aku membuat
cahaya yang menyoroti muka kaum beriman; dari bagian kedua Aku membuat
cahaya di dalam jantung mereka, merendamnya dengan ilmu ilahiah; dari
bagian ketiga cahaya bagi lidah mereka yang adalah cahaya Tawhid (Hu
Allahu Ahad), dan dari bagian keempat Aku membuat berbagai cahaya dari
ruh Muhammad SAW”.
Ruh yang cantik
ini diciptakan 360.000 tahun sebelum penciptaan dunia ini, dan itu
dibentuk sangat (paling) cantik dan dibuat dari bahan yang tak
terbandingkan Kepalanya dibuat dari petunjuk, lehernya dibuat dari
kerendahan hati. Matanya dari kesederhanaan dan kejujuran, dahinya dari
kedekatan (kepada Allah). Mulutnya dari kesabaran, lidahnya dari
kesungguhan, pipinya dari cinta dan kehati-hatian, perutnya dari tirakat
terhadap makanan dan hal-hal keduniaan, kaki dan lututnya dari
mengikuti jalan lurus dan jantungnya yang mulia dipenuhi dengan rahman.
Ruh yang penuh
kemuliaan ini diajari dengan rahmat dan dilengkapi dengan adab semua
kekuatan yang indah. Kepadanya diberikan risalahnya dan kualitas
kenabiannya dipasang. Kemudian Mahkota Kedekatan Ilahiah dipasangkan
pada kepalanya yang penuh barokah, masyhur dan tinggi di atas semua
lainnya, didekorasi dengan Ridha Ilahiah dan diberi nama Habibullah
(Kekasih Allah) yang murni dan suci.
Kemudian Allah
SWT menciptakan sebuah pohon yang dinamakan Syajaratul Yaqin. Tangkainya
berjumlah empat. Kemudian diletakanlah Nur Muhammad pada pohon
tersebut. Namun, kehadiran Nur Muhammad, itu membuat pohon bergetar
hebat hingga berubah menjadi permata putih. Sedangkan Nur Muhammad
memuji bertasbih ke hadirat Allah Ta’ala 70.000 tahun lamanya. Pada
permata tersebut, Nur Muhammad mencoba bercermin. Wajahnya begitu indah
dilihat. Bentuknya seperti burung merak, dan pakaiannya demikian indah.
Dihiasi dengan berbagai perhiasan. Kemudian ia bersujud lima kali.
Allah SWT
melihatnya, membuat Nur tersebut merasa malu dan takut. Lalu keluar
keringat dari kepalanya. Dari keringat tersebut Allah SWT menciptakan
nyawa malaikat. Dari keringat wajahnya, diciptakanlah nyawa ‘Arsy,
matahari, bulan, bintang, dan apa-apa yang ada di langit. Keringat
dadanya menjadi bahan untuk menciptakan nyawa para rasul, nabi, wali,
ulama, dan orang orang shaleh. Adapun keringat yang muncul dari
keningnya, diciptakanlah nyawa orang-orang mukmin dari umat Nabi
Muhammad saw. Dari keringat kedua telinganya, diciptakan oleh Allah SWT
nyawa orang-orang Yahudi, Nasrani, dan orang-orang kafir, dan sesat.
Sedangkan keringat kakinya di antaranya menjadi isi bumi.
Pada
waktu selanjutnya Allah SWT menciptakan lentera akik yang merah yang
cahayanya menembus ke dalam dan keluar. Lalu Nur Muhammad dimasukkan ke
dalam lentera tersebut. Berada di dalamnya dalam posisi berdiri.
Sementara nyawa-nyawa yang sudah tercipta berada di luar. Seluruhnya
membaca "Subhanallaahi wal hamdulillaahi wa laa ilaaha illallaahu
wallahu akbar". 1.000 tahun lamanya nyawa-nyawa itu diperintahkan Allah
SWT untuk melihat ke diri Nur Muhammad.
Nyawa yang
berhasil melihat kepala Nur Muhammad, maka ia akan ditakdirkan menjadi
pemimpin/penguasa. Siapa yang melihat ubun-ubunnya, itulah mereka yang
akan menjadi guru/pendidik yang jujur. Siapa yang melihat matanya, ia
akan menjadi hafidz (penghapal Al Quran).
Mereka yang
memandang telinganya akan menjadi mereka yang menerima peringatan dan
nasehat. Adapun yang bisa melihat hidungngya, mereka itu akan menjadi
ahli bicara atau dokter. Sedangkan mereka nyawa-nyawa yang berhasil
melihat bibir Nur Muhammad, ia akan ditakdirkan menjadi seorang menteri.
Nyawa yang melihat bagian giginya maka wajahnya kelak akan cantik
rupawan, ia yang bisa melihat lidahnya, akan jadilah utusan/duta
raja-raja. Apabila yang dilihat lehernya, ditakdirkanlah menjadi orang
berdagang dan usahawan. Apabila tengkuk yang bisa dilihatnya, akan
jadilah seorang tentara. Mereka yang berhasil melihat kedua lengan
tangannya, maka akan jadi perwira. Jika sikut kanannya yang dilihat,
Allah SWT akan menjadikan dirinya berkehidupan dalam dunia tekstil,
sedangkan kalau sikut Kirinya, ia akan menjadi orang yang pernah
membunuh. Serta, jika dadanya yang berhasil dilihat, maka ia akan
menjadi ulama yang disegani. Bila bagian belakang, ia akan ditakdirkan
menjadi para ahli sosial kemasyarakatan. Dan jika hanya bayangannya yang
berhasil dilihat, maka ia akan menjadi orang yang berkecimpung dalam
bidang seni.
Barang
siapa melihat tenggorokannya yang penuh barokah akan menjadi khatib dan
mu’adzin (yang mengumandangkan adzan). Barang siapa memandang
janggutnya akan menjadi pejuang di jalan Allah. Barang siapa memandang
lengan atasnya akan menjadi seorang pemanah atau pengemudi kapal laut.
Siapa yang melihat tangan kananya akan menjadi seorang pemimpin, dan
siapa yang melihat tangan kirinya akan menjadi seorang pembagi (yang
menguasai timbangan dan mengukur suatu kebutuhan hidup).
Siapa
yang melihat telapak tangannya menjadi seorang yang gemar memberi;
siapa yang melihat belakang tangannya akan menjadi kolektor. Siapa yang
melihat bagian dalam dari tangan kanannya menjadi seorang pelukis; siapa
yang melihat ujung jari tangan kanannya akan menjadi seorang
calligrapher, dan siapa yang melihat ujung jari tangan kirinya akan
menjadi seorang pandai besi. Siapa yang melihat dadanya yang penuh
barokah akan menjadi seorang terpelajar meninggalkan keduniaan (ascetic)
dan berilmu.
Siapa
yang melihat punggungnya akan menjadi seorang yang rendah hati dan
patuh pada hukum syari’at. Siapa yang melihat sisi badannya yang penuh
barokah akan menjadi seorang pejuang. Siapa yang melihat perutnya akan
menjadi orang yang puas, dan siapa yang melihat lutut kanannya akan
menjadi mereka yang melaksanakan ruku dan sujud. Siapa
yang melihat kakinya yang penuh barokah akan menjadi seorang pemburu,
dan siapa yang melihat telapak kakinya menjadi mereka yang suka
bepergian. Siapa yang melihat bayangannya akan mejadi penyanyi dan
pemain saz (lute).
Semua
yang memandang tetapi tidak melihat apa-apa akan menjadi kaum
takberiman, pemuja api dan pemuja patung. Mereka yang tidak memandang
sama sekali akan menjadi mereka yang akan menyatakan bahwa dirinya
adalah tuhan, seperti Namrudz, Firaun, dan sejenisnya.
Kini semua ruh
itu diatur dalam empat baris. Di baris pertama berdiri ruh para nabi dan
rasul, a.s, di baris kedua ditempatkan ruh para orang suci, para
sahabat, di baris ketiga berdiri ruh kaum beriman, laki – laki dan
perempuan. Di baris ke empat berdiri ruh kaum tak beriman.
Semua ruh ini
tetap berada dalam dunia ruh di hadhirat Allah SWT sampai waktu mereka
tiba untuk dikirim ke dunia fisik. Tidak seorang pun tahu kecuali Allah
SWT yang tahu berapa selang waktu dari waktu diciptakannya ruh penuh
barokah Nabi Muhammad sampai diturunkannya dia dari dunia ruh ke bentuk
fisiknya itu.
Diceritakan
bahwa Nabi Suci Muhammad SAW bertanya kepada malaikat Jibril , "Berapa
lama sejak engkau diciptakan?" Malaikat itu menjawab, "Ya Rasulullah,
saya tidak tahu jumlah tahunnya, yang saya tahu bahwa setiap 70.000
tahun seberkas cahaya gilang gemilang menyorot keluar dari belakang
kubah Singgasana Ilahiah: sejak waktu saya diciptakan cahaya ini muncul
12.000 kali."
"Apakah engkau tahu apakah cahaya itu?" bertanya Nabi Muhammad SAW
"Tidak, saya tidak tahu," berkata malaikat itu.
"Itu adalah Nur ruhku dalam dunia ruh, jawab Nabi Suci SAW”.
Pertimbangkan kemudian, berapa besar jumlah itu, jika 70.000 dikalikan 12.000 !
Sakaratul Maut
Abul-Laits menwayatkan dengan sanadnya dan Albaraa* bin Aazib r.a.
berkata: "Kami bersama Nabi Muhammad SAW keluar mengantar jenazah
seorang sahabat Anshar, maka ketika sampai ke kubur dan belum dimasukkan
dalam lahat Nabi Muhammad SAW duduk dan kami duduk di sekitarnya diam
menundukkan kepala bagaikan ada burung di atas kepala kami, sedang Nabi
Muhammad SAW mengorek-ngorek dengan dahan yang ada ditangannya, kemudian
ia mengangkat kepala sambil bersabda: "Berlindunglah kamu kepada Allah
dari siksaan kubur."
Nabi Muhammad
s.a. w mengulangi sebanyak 3 kali. Lalu Nabi Muhammad SAW bersabda lagi:
"Maka keluarlah rohnya mengalir bagaikan titisan dari mulut kendi
tempat air, maka langsung diterima dan langsung dimasukkan dalam kafan
dan dibawa keluar semerbak harum bagaikan kasturi yang terharum di atas
bumi, lalu dibawa naik, maka tidak melalui rombongan malaikat melainkan
ditanya: "Roh siapakah yang harum ini?" Dijawab: "Roh fulan bin fulan
sehingga sampai ke langit, dan di sana dibukakan pintu langit dan
disambut oleh penduduknya dan pada tiap-tiap langit dihantar oleh
Malaikat Muqarabun, dibawa naik ke langit yang atas hingga sampai ke
langit tujuh, maka Allah berfirman: "Catatlah suratnya di illiyyin.
Kemudian dmembalikan ia ke bumi, sebab daripadanya Kami jadikan, dan di
dalamnya Aku kembalikan dan daripadanya pula akan Aku keluarkan pada
saatnya."
Maka
kembalilah roh ke jasad dalam kubur, kemudian datang kepadanya dua
Malaikat untuk bertanya: "Siapa Tuhanmu?" Maka dijawab: Allah Tuhanku.
Lalu ditanya: "Apakah agamamu?" Maka dijawab: "Agamaku Islam" Ditanya
lagi: "Bagaimana pendapatmu terhadap orang yang diutuskan di
tengah-tengah kamu?" Dijawab: "Dia utusan Allah". Lalu ditanya:
"Bagaimanakah kamu mengetahui itu?’ Maka dijawab: "Saya membaca kitab
Allah lalu percaya dan membenarkannya" Maka terdengar suara: "Benar
hambaku, maka berikan padanya hamparan dari sorga serta pakaian sorga
dan bukakan untuknya pintu yang menuju ke sorga, supaya ia mendapat bau
sorga dan hawa sorga, lalu luaskan kuburnya sepanjang pandangan mata."
Kemudian datang kepadanya seorang yang bagus wajahnya dan harum baunya
sambil berkata: "Terimalah kabar gembira, ini saat yang telah dijanjikan
Allah kepadamu." Lalu bertanya: "Siapakah kau?" Jawabnya: "Saya amalmu
yang baik." Lalu ia berkata: Ya Tuhan, segerakan hari kiamat supaya
segera saya bertemu dengan keluargaku dan kawan-kawanku."
Nabi Muhammad
SAW bersabda: "Adapun hamba yang kafir, jika akan meninggal dunia dan
menghadapi akhirat, maka turun kepadanya Malaikat dari langit yang hitam
mukanya dengan pakaian hitam, lalu duduk di mukanya sepanjang pandangan
mata, kemudian datang Malaikat maut dan duduk di samping kepalanya lalu
berkata: "Hai roh yang jahat keluarlah menuju murka Allah." Maka
tersebar di semua anggota badannya, mana dicabut rohnya bagaikan
mencabut besi dari bulu yang basah, maka terputus semua urat dan
ototnya, lalu diterima akan dimasukkan dalam kain hitam, dan dibawa
dengan bau yang sangat busuk bagaikan bangkai,
dan dibawa
naik, maka tidak melalui malaikat melainkan ditanya: "Roh siapakah yang
jahat dan busuk itu?" Dijawab: "Roh fulan bin fulan." dengan sebutan
yang amat jelek sehingga sampai di langit dunia, maka minta dibuka,
tetapi tidak dibuka untuknya. Kemudian Nabi Muhammad SAW membaca ayat:
"Laa tufattahu lahum abwabus samaa’i. wala yad khuluunal jannata hatta
yalijal jamalu fisamit khiyaath." (Yang maksudnya) "Tidak dibukakan bagi
mereka itu pintu-pintu langit dan tidak dapat masuk sorga sehingga unta
dapat masuk dalam lubang jarum."
Kemudian
diperintahkan: "Tulislah orang itu dalam sijjin." Kemudian dilemparkan
rohnya itu bagitu saja sebagaimana ayat "Waman yusyrik billahi fakaan
nama khorro minassama’i fatakh thofuhuth thairu au tahwi bihirrihu
fimakaanin sahiiq." (Yang bermaksud) "Dan siapa mempersekutukan Allah,
maka bagaikan jatuh dari langit lalu disambar elang atau dilemparkan
oleh angin ke dalam jurang yang curam."
Kemudian
dikembalikan roh itu ke dalam jasad di dalam kubur, lalu didatangi oleh
dua Malaikat yang mendudukkannya lalu bertanya ""Siapa Tuhanmu?" Maka
dijawab "Saya tidak tahu". Lalu ditanya: "Apakah agamamu?" Maka dijawab:
"Saya tidak tahu" Ditanya lagi: "Bagaimana pendapatmu terhadap orang
yang diutuskan ditengah-tengah kamu?" Dijawab: "Saya tidak tahu" . Lalu
ditanya. "Bagaimanakah kamu mengetahui itu?" Maka dijawab: "Saya tidak
tahu" Maka terdengar suara seruan dari langit: "Dusta hambaku, hamparkan
untuknya neraka dan bukakan baginya pintu neraka”, maka terasa olehnya
panas hawa neraka, dan disempitkan kuburnya sehingga terhimpit dan rusak
tulang- tulang rusuknya, kemudian datang kepadanya seorang yang buruk
wajahnya dan busuk baunya sambil berkata: "Sambutlah hari yang sangat
jelek bagimu, inilah saat yang telah diperingatkan oleh Allah kepadamu."
Lalu ia bertanya- "Siapakah kau?" Jawabnya: "Aku amalmu yang jelek."
Lalu ia berkata: "Ya Tuhan, jangan percepatkan kiamat, ya Tuhan jangan
percepatkan kiamat."
Abul-Laits
dengan sanadnya meriwayatkan dari Abu Hurairah r.a. berkata: "Nabi
Muhammad SAW bersabda. "Seorang mukmin jika sakaratulmaut didatangi oleh
Malaikat dengan membawa sutera yang berisi masik (kasturi) dan
tangkai-tangkai bunga, lalu dicabut rohnya bagaikan mengambil rambut di
dalam adonan sambil dipanggil: " Ya ayyatuhannafsul muthma’innatur jiila
robbiki rohmatan mardhiyah." (Yang bermaksud) "Hai roh yang tenang
kembalilah kepada Tuhanmu dengan perasaan rela dan diridhoi. Kembalilah
dengan rahmat dan keridhoan Allah." Maka jika telah keluar rohnya
langsung ditaruh di atas misik dan bunga-bunga itu lalu dilipat dengan
sutera dan dibawa ke illiyyin. Adapun orang kafir jika sakaratulmaut
didatangi oleh Malaikat yang membawa kain bulu yang di dalamnya ada api,
maka dicabut rohnya dengan kekerasan sambil dikatakan kepadanya: "Hai
roh yang jahat keluarlah menuju murka Tuhammu ke tempat yang rendah hina
dan siksaNya, maka bila telah keluar rohnya itu, diletakkan di atas api
dan bersuara seperti sesuatu yang mendidih kemudian dilipat dan dibawa
ke sijjin."
Alfaqih Abu
Ja’far meriwayatkan dengan sanadnya dari Abdullah bin Umar r.a. berkata:
"Seorang mukmin jika diletakkan di kubur maka diperluaskan kuburnya itu
hingga 70 hasta dan ditaburkan padanya bunga-bunga dan dihamparkan
sutera, dan bila ia hafal sedikit dari al-Quran cukup untuk
penerangannya jika tidak maka Allah SWT memberikan kepadanya nur cahaya
penerangan menyerupai penerangan matahari, dan di dalam kubur bagaikan
pengantin baru, jika tidur maka tidak ada yang berani membangunkan
kecuali kekasihnya sendiri, maka ia bangun dari tidur itu bagaikan masih
kurang masa tidurnya dan belum puas. Adapun orang kafir maka akan
dipersempit kuburnya sehingga menghancurkan tulang rusuknya dan masuk ke
dalam perutnya lalu dikirimkan kepadanya ular segemuk leher unta, maka
makan dagingnya sehingga habis dan sisa tulang semata-mata, lalu dikirim
kepadanya Malaikat yang akan menyiksa yaitu yang buta tuli dan bisu
dengan membawa puntung dan besi yang langsung dipukulkannya, sedang
Malaikat itu tidak mendengar suara jeritannya dan tidak melihat
keadaannya supaya tidak dikasihaninya, selain itu lalu dihidangkan siksa
neraka itu tiap pagi dan petang."
Abu-Laits berkata: "Siapa yang ingin selamat dari siksaan kubur maka harus melazimkan empat dan meninggalkan empat yaitu:
- Menjaga sholat lima waktu
- Banyak bersedekah
- Banyak membaca Al-Quran
-
Memperbanyak bertasbih (membaca: Subhanallah walhamdulillah walaa ilaha
Ulatlah waltahu akbar, walahaula wala quwata ilia billah).
Semua yang empat ini dapat menerangi kubur dan meluaskannya. Adapun empat yang harus ditinggalkan ialah
- Dusta
- Khianat
- Adu domba
- Menjaga kencing, sebab Nabi Muhammad SAW pernah bersabda:
"Bersih-bersihlah
kamu dari kencing, sebab umumnya siksa kubur itu karena kencing. (Yakni
hendaklah dicuci kemaluan sebersih- bersihnya.)
Nabi Muhammad
saw bersabda "Innallahha ta’ala kari ha lakum arba’a: Al’abatsu
fishsholaati, wallaghwu filqira’ati, warrafatsu fisshiyami, wadhdhahiku
indal maqaabiri. (Yang maksudnya) ‘Sesungguhnya Allah tidak suka padamu
empat, main-main dalam sembahyang dan lahgu (tidak hirau), dalam bacaan
qur’an dan berkata keji waktu puasa dan tertawa di dalam
(pe)-kubur-(an)’."
Ali bin Abi
Thalib r.a. berkata dalam khutbahnya: "Hai hamba Allah, berhati-hatilah
kamu dari maut yang tidak dapat dihindari, jika kamu berada di tempat,
ia datang mengambil kamu, dan bila kamu lari pasti akan terpegang juga,
maut terikat selalu di ubun-ubunmu, maka carilah jalan selamat, carilah
jalan selamat dan segera-segera, sebab dibelakangmu ada yang mengejar
kamu yaitu kubur, ingatlah bahwa kubur itu adakalanya kebun dari
kebun-kebun sorga atau jurang dan jurang- jurang neraka dan kubur itu
tiap-tiap hari berkata-kata: Akulah rumah yang gelap, akulah tempat
sendirian, akulah rumah ulat-ulat."
Tatkala mayat
akan dimandikan, menyeru lagi sebanyak tiga kali suara dari langit: "Hai
anak Adam, manakah tanganmu yang kuat. maka kini engkau menjadi lemah.
Manakah lidahmu yang fasih, maka kini engkau menjadi kelu, hai anak
Adam, manakah kekasihmu, maka kini mengapa mereka itu menjadi berpisah
darimu."
Lalu saat kain
kafan akan dibalutkan kepadanya, muncul lagi suara dari langit: "Hai
anak Adam, pergilah engkau kepada pelayaran yang tidak berbekal. Maka
keluarlah engkau dari rumahmu; tidaklah engkau akan kembali
selama-lamanya, dan berjalanlah engkau kepada rumah huru- hara."
Ketika sang
mayat tengah diusung di keranda mayat, suara itu berbunyi:
"Berbahagialah engkau jika engkau taubat, dan berbahagialah engkau jika
berpakaian yang dikasihi Allah, dan celakalah bagimu jika engkau
berpakaian yang dimurkai Allah."
Apabila orang
orang sudah mulai mensolatkannya, dikatakan: "Hai anak Adam, tiap-tiap
amat yang engkau perbuat, sesaat lagi engkau akan lihat dia, jika
terdapat amalan kebajikanmu, niscaya engkau akan lihat kebajikan itu."
Saat mayat
hendak mulai dikuburkan, seruannya adalah: "Hai anak Adam, dahulu engkau
tertawa-tawa di atasku, kini jadilah menangis di dalam perutku, dan
adalah engkau di atasku berkata-kata, maka kini jadilah engkau keluar
dari dalam perutku."
Sewaktu
orang-orang sudah meninggalkan acara pemakaman, muncul suara: "Hai
hamba-Ku, tinggallah engkau seorang diri, dan handai taulanmu
meninggalkanmu di dalam kelamnya kubur, dan bahwasanya sesungguhnya
engkau durhaka kepada-Ku. (Padahal) Aku (telah) mengasihi engkau dengan
rahmat yang ajaib-ajaib dari segala makhluk dan Aku mengasihi engkau
melebihi dari kasihnya seorang bapak kepada anaknya."
Dalam satu
hadist Rasulullah saw dikatakan bahwasanya begitu terasa sakitnya
terhadap mayat saat orang-orang hendak memandikannya, dan ditanggalkan
pakaiannya, kemudian berserulah mayat itu dengan suara yang amat nyaring
hingga didengar oleh makhluk-makhluk, kecuali jin dan manusia, katanya,
"Hai engkau (yang) memandikan, demi Allah dengan perlahan-lahanlah
kiranya engkau menanggalkan kainku. Maka bahwasanya saat itu badanku
tengah istirahat, karena bekas diambilnya nyawa oleh Malaikat Maut."
Kemudian ketika
orang-orang tengah menuangkan air ke tubuh mayat, menyerulah ia, "Hai
yang memandikan aku, jangan engkau cucurkan air yang hangat terhadap
badanku, dan hendaklah kau cucurkan air yang sejuk, karena badanku
terbakar dari bekas keluar nyawaku."
Saat kain kafan
mulai dikenakan, katanya, "Hai yang mengkafani, janganlah engkau ikat
kafan dari bagian kepalanya/wajahnya, supaya kulihat muka isi rumahku
dan anakku dan seluruh keluargaku, dan sesungguhnya inilah saat terakhir
aku melihat mereka hingga datang hari kiamat."
Dan apabila
keluar mayat dari rumahnya, maka berseru-serulah ia, "Hai para jamaahku,
demi Allah, janganlah engkau segerakan membawa aku agar aku dapat
meminta kepada rumah tanggaku dan isi rumahku dan segala budakku dan
anak cucuku."
Selanjutnya ia
menyeru lagi, "Hai para jamaahku, demi Allah, sesungguhnya kutinggalkan
istriku dan seluruh anakku menjadi yatim. Janganlah kiranya kamu sakiti
mereka itu, maka sekarang keluarlah engkau dari kampungku, dan tidaklah
selamanya hamba akan kembali."
Sewaktu diusung
jenazahnya, sang mayat berseru lagi, "Hai seluruh jama’ahku. janganlah
kiranya kamu segerakan membawa jenazahku, agar dapat didengar suara isi
rumahku dan keluargaku, bahwasanya inilar hari berkesudahan perpisahanku
dengan mereka itu "
Tatkala jenazah
sudah diantarkan oleh orang-orang, ia berbicara lagi, "Hai para
kekasihku, dan seluruh anak anak dan saudaraku, janganlah kiranya engkau
diperdayakan oleh dunia seperti diperdayakannya aku. ini Dan janganlah
kiranya engkau dimainkan-mainkan oleh dunia seperti dimainkannya aku Dan
hendaklah kamu mengambil perumpamaan dan insyaf dengan melihat
keadaanku Dan karena kamu mengusung aku, maka hendaklah kamu tanggung
dosaku juga walaupun hanya satu "
Dan saat
orang-orang telah mensolatkan jenazahnya, ia pun berkata. "Demi Allah,
hai seluruh wargaku, aku himpunkan harta yang sangat banyak, kemudian
engkau tinggalkan aku dalam keadaan tidak berharta maka janganlah engkau
melupakan berbuat amal kebajikan kepadaku, serta kuajarkan Qur’an dan
kupesankan bahwa janganlah kiranya kalian melupakan dari mendo’akanku."
Dikisahkan
bahwa apabila nyawa telah keluar dari badannya, setelah tiga hari ia
akan menghadap kepada Allah SWT, katanya "Ya Tuhanku, berilah ijin
kepada hamba-Mu hendak pergi melihat jasadku "
Allah SWT pun
mengabulkan permintaan hamba-Nya itu. Si nyawa segera pergi melihat
jasadnya. Dari jauh sudah terlihat jasadnya itu. Dari mulut dan lubang
hidungnya terlihat air mengalir, nyawa pun menangis melihatnya. Katanya,
"Hai kekasihku, engkau ingatlah tatkala hidupmu bahwa inilah tempat
yang menyeramkan, penuh rasa sakit, duka cita, kesedihan dan penyesalan.
Tidak lama
kemudian ia kembali lagi ke tempat nyawa-nyawa berada. Lima hari
kemudian, ia meminta ijin kembali kepada Allah SWT agar dapat melihat
kembali jasadnya.
Kini dari
hidung, mata, dan telinga jasadnya keluar nanah dan darah, la pun
kembali menangis yang memilukan. Katanya, "Hai jasadku yang hina dari
segala yang hina, engkau ingat pada masa hidupmu, inilah tempat duka
cita dan kepiluan, dan inilah rumah ular-ulat, dan kala. Juga telah
dimakan oleh ulat kulitmu dan badanmu."
Tujuh hari
kemudian datang lagi melihat jasadnya, setelah meminta ijin terlebih
dahulu kepada Allah. Pada kali ini, nyawa melihat jasadnya telah dimakan
ulat. Menangislah nyawa dengan sangat harunya, ucapnya "Hai tubuhku,
engkau ingatlah pada masa hidupmu dahulu, manakah orang-orang kampungmu
yang menangisimu hingga datang hari kiamat kelak "
Tempat nyawa
itu berada setelah mati diriwayatkan adalah di lubang Sangkakala.
Sehingga lubang Sangkakala berjumlah sebanyak adanya nyawa. Apabila ia
calon penghuni sorga, maka ia akan mendapat kenikmatan di dalamnya,
namun sebaliknya, apabila ia calon penghuni neraka, maka ia akan
mendapat siksa.
Adapula
diriwayatkar, bahwa nyawa orang-orang mukmin berada di dalam burung
Seriranggas yang hijau di dalam surga pada tempat yang tinggi. Akan
tetapi nyawa orang-orang kafir berada di Seriranggas atau Bukit Sijjin
yang terdapat di sisi neraka
Di lain riwayat
disebutkan pula bahwa nyawa orang beriman akan dibawa ke langit keempat
oleh malaikat Rahmat, kemudian akan dibawa lagi ke Bukit llliyin, lalu
akan dikembalikan ke bumi. Di bumi ini ia akan dikembalikan kepada
jasadnya, namun sebelumnya ia akan dibawa terlebih dahulu ke suatu
bukit. Kemudian di bumi ia akan diperlihatkan tempatnya di sorga kelak.
Sedangkan nyawa
orang kafir itu apabila berpisah dari badannya, maka ia akan dibawa
oleh malaikat azab ke langit dunia. Namun pintu langit ternyata ditutup
baginya. Kemudian akan dibalikkan kembali ke dunia, dan dikembalikan
kepada tubuhnya. Di tempat ini, ia akan diperlihatkan neraka tempat
kembalinya nanti.
Nyawa dari para
nabi berada dalam sorga Jannatu Adnan. Nyawanya bersatu dengan
badannya, tidak seperti manusia lainnya. Orang syahid berada di dalam
Seriranggas hijau di sorga. Burung ini akan pergi ke mana yang
dikehendaki.
Adapun nyawa
anak-anak orang muslim, berada di dalam Seriranggas Sifa di surga pada
Bukit Kesturi. Berada di situ hingga hari kiamat kelak. Bagi nyawa yang
masih berhutang dan orang yang telah menganiaya orang lain, maka ia akan
berada di dalam Huyar. Tidaklah ia dapat pergi ke sorga dan ke langit
hingga terbayar hutangnya dan dimaafkan oleh orang yang dianiayanya. Dan
bagi nyawa orang-orang Islam yang memiliki banyak dosanya, maka ia akan
berada di dalam kubur bersama jasadnya.
Pertanyaan Ghaib untuk Syaikh Abu Yazid Al-Busthami
Abu Yazid Al Busthami seorang ahli Sufi yang dikejutkan oleh mimpinya
supaya pergi ke gereja Samaan. Tiga kali mimpinya itu berulang. Lalu
ia bersiap-siap dengan pakaian dan cara yang diberitahu dalam mimpinya. Ia masuk ke gereja Samaan tanpa disadari oleh Pendeta-pendeta yang hadir. Dia sama-sama menanti kedatangan ketua Pendeta.
ia bersiap-siap dengan pakaian dan cara yang diberitahu dalam mimpinya. Ia masuk ke gereja Samaan tanpa disadari oleh Pendeta-pendeta yang hadir. Dia sama-sama menanti kedatangan ketua Pendeta.
Setelah ketua Pendeta datang, ketua Pendeta itu tidak dapat berkata. Dia tahu ada orang lain, orang Islam di dalam gereja itu.
Katanya, "ada orang yang percaya kepada syariat Muhammad di dalam gereja ini."
Semua pendeta
menjadi gempar dan mereka akan membunuh orang tersebut. Namun ketua
pendeta menghalanginya, sebaliknya ia meminta orang itu berdiri supaya
mereka dapat mengenalinya.
Abu Yazid Al
Busthami pun bangun, tanpa rasa takut. Ketua Pendeta berkata, "Wahai
pengikut Muhammad, saya akan mengajukan pertanyaan kepada kamu. Jika
kamu dapat menjawab semuanya dengan benar, maka saya akan mengikuti
agama kamu. Namun jika kamu tidak dapat menjawabnya, maka kami akan
membunuhmu."
Jawab Abu Yazid, "Baiklah! Tanyalah apa saja yang kamu ingin tanyakan."
Adapun isi dari dialog ketua pendeta dengan Abu Yazid Al-Bustami adalah sebagai berikut :
No
|
Pertanyaan
|
Jawaban
|
1
|
Yang satu tidak ada duanya
|
Kewujudan Allah Maha Esa. Dia Tuhan yang Tunggal tiada sekutu baginya.
|
2
|
Yang dua tiada tiganya
|
Malam dan siang. Apabila pergi malam datanglah siang dan apabila pergi siang datanglah malam.
|
3
|
Yang tiga tiada empatnya
|
Kursi, Kalam dan ‘Arasy Allah Subhanahu Wataala.
|
4
|
Yang empat tiada limanya
|
Taurat, Injil, Zabur dan Al- Quran.
|
5
|
Yang lima tiada enamnya
|
Islam telah memfardhukan solat lima waktu: Dzuhur, Ashar, Maghrib, Isya dan Subuh.
|
6
|
Yang enam tiada tujuhnya
|
Hari-hari Allah telah menciptakan langit dan bumi. Ini semua tersebut di dalam Kitab-kitab suci juga.
|
7
|
Yang tujuh tiada delapannya
|
Tujuh petala langit dan tujuh lapis bumi yang disebut di dalam Kitab Suci juga.
|
8
|
Yang delapan tiada sembilan
|
Bilangan Malaikat yang memikul ‘Arasy Allah Taala yang disebutkan di dalam Kitab Suci (artinya): dan akan memikul ‘Arasy Tuhan kamu pada hari (Kiamat itu adalah delapan Malaikat.
|
9
|
Yang sembilan tiada sepuluh
|
Bilangan kaum dari golongan manusia yang menjadi kerusakan bumi Allah, sebagaimana yang tersebut di dalam Kitab Suci (artinya): di dalam kota itu dahulu terdapat sembilan kumpulan yang menjadi perusak bumi, mereka tidak pernah melakukan yang baik.
|
10
|
Sepuluh yang sempurna
|
Kewajiban puasa sepuluh hari ke atas orang yang berihram haji sebagaimana firman Allah Taala (artinya): Maka hendaklah ia (orang yang berihram haji) berpuasa tiga hari semasa haji dan tujuh hari setelah kembali ke negerinya. Itulah dia sepuluh yang sempurna.
|
11
|
Yang sebelas
|
Saudara-saudara Nabi Yusuf Alaihissalam.
|
12
|
Yang dua belas
|
Bilangan bulan dalam setahun.
|
13
|
Yang tiga belas
|
Mimpi Nabi Yusuf Alaihissalam yang tersebut di dalam Kitab Suci: Sesungguhnya Aku melihat sebelas bintang, matahari dan bulan. Jumlahnya tiga belas.
|
14
|
Orang yang berdusta, kemudian dapat masuk Sorga
|
Mereka ialah
saudara-saudara Nabi Yusuf Alaihissalam. Mereka memberitahu ayah mereka
Nabi Ya’kub Alaihissalam bahwa Yusuf telah dimakan serigala. Mereka
membawa pakaiannya yang dilumuri dengan darah kambing. Perkara yang
mereka lakukan itu adalah suatu dusta.
|
15
|
Orang yang benar, tetapi mereka dimasukkan ke dalam neraka
|
Mereka ialah kaum Yahudi dan Nasrani, sesuai dengan firman Allah Ta’ala (artinya): telah berkata kaum Yahudi, ‘kaum Nasrani itu tidak benar’ dan berkata kaum Nasrani pula ‘kaum Yahudi itu tidak benar’.
Kedua-dua kaum itu berkata benar pada tuduhan mereka antara satu dengan
lain, namun mereka tidak mau tunduk. kepada kebenaran yang ada di
hadapan mereka yaitu mempercayai agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad
Sallallahu Alaihi Wasalam sebagai agama yang sebelumnya. Lantaran itu
mereka menduduki neraka.
|
16
|
Tempat roh
|
Roh berada di
dalam tubuh badan dalam badan manusia yang hanya diketahui hakikatnya
oleh Allah Taala karena roh adalah merupakan urusan Allah Taala juga,
berdasarkan firmannya (artinya): katakan roh itu dari perkara urusan Tuhanku.
|
17
|
Al Zariyati Zarwa
|
Nama empat macam angin.
|
18
|
Al Hamilati Wakra
|
Awan gemawan di dada langit.
|
19
|
Al Jariyati Yusra
|
Peranu-perahu yang belayar di laut.
|
20
|
Al Mukassimati Amra
|
Malaikat-malaikat yang bertugas membagi-bagikan rezeki kepada manusia pada malam Nisfu Sya’ban.
|
21
|
Yang empat belas
|
Tujuh petala langit dan tujuh lapis bumi yang sesuai dengan firman Allah Taala (artinya): "Maka
Allah berfirman kepadanya yaitu kepada tujuh petala langit dan tujuh
lapis bumi, datanglah kepada aku secara patuh terhadap perintahku
ataupun secara terpaksa Maka berkata kedua-dua langit dan bumi, kami
akan datang kepadamu secara patuh dan taat."
|
22
|
Kubur yang berjalan dengan penghuninya
|
Ikan besar yang
menelan Nabi Yunus Alaihissalam. Nabi Yunus Alaihissalam dibawa oleh
ikan ke mana-mana yang akhirnya dimuntahkan di pantai dengan izin Allah
Taala.
|
23
|
Yang bernafas, tetapi tidak mempunyai roh.
|
Waktu subuh seperti firman Allah Taala (artinya): demi subuh apabila ia terlepas.
|
24
|
Air yang tidak turun dari langit dan tidak keluar dari bumi.
|
Air yang dikirim oleh ratu Balqis kepada Nabi Sulaiman Alaihissalam di dalam botol yaitu air peluh kuda.
|
25
|
Empat yang bukan dari golongan manusia, Malaikat dan bukan dari punggung lelaki dan dari perempuan.
|
Kibas yang
dibawa Jibril Alaihissalam sebagai kurban pengganti Nabi Ismail
Alaihissalam, unta Nabi Salleh Alaihissalam yang disembelih kaumnya,
untuk Nabi Adam dan Siti Hawa Alaihissalam.
|
26
|
Satu ciptaan Allah, lalu diingkarinya sebagai satu yang buruk.
|
Suara keledai yang tidak sedap didengar, sesuai dengan firman Allah Taala (artinya): sesungguhnya suara yang paling buruk ialah suara keledai.
|
27
|
Darah yang mula-mula mengalir ke bumi.
|
Darah Habil yang dibunuh oleh saudaranya Kabil.
|
28
|
Sesuatu ciptaan Allah, lalu diangkat sesuatu yang berat
|
Muslihat kaum wanita, seperti Firman Allah SWT : sesungguhnya tipu muslihat wanita adalah suatu muslihat besar atau berat.
|
29
|
Pada mulanya sebatang kayu kemudian menjadi roh
|
Tongkat Nabi Musa Alaihissalam
|
30
|
Wanita yang paling utama.
|
Hawa, ibu sekalian manusia, kemudian Khadijah dan Aisyah, Asiah (isteri Firaun) dan Maryam Binti Imran.
|
31
|
Gunung yang paling utama
|
Gunung Tursina
|
32
|
Binatang yang paling utama.
|
Kuda.
|
33
|
Bulan yang paling utarna.
|
Bulan Ramadhan.
|
34
|
Malam yang paling utama.
|
Lailatul Qadar.
|
35
|
Tentang Atta’mah
|
Hari Kiamat.
|
36
|
Pohon yang
mempunyai 12 ranting, setiap ranting ada 30 daun, setiap daun ada lima
kembang, 2 bunga di matahari dan tiga bunga di tepi kegelapan.
|
Pohon itu "tahun" yang padanya ada 12 bulan, satu bulan ada 30 hari. Lima itu ialah lima waktu solat
|
37
|
Satu benda yang pergi haji dan tawaf di Baitullah, tetapi tidak mempunyai roh dan tidak wajib haji.
|
Bahtera Nabi Nuh Alaihissalam
|
38
|
Empat jenis air yang lain rupanya dan rasanya, tetapi sumbarnya satu.
|
Air mata, air telinga, air hidung dan air mulut. Air mata manis, air telinga pahit, air hidung asin dan air mulut tawar.
|
39
|
Nakir, fatil dan kitmir.
|
Nakir ialah
titik yang terdapat pada kulit luar benih, fatil ialah titik yang
terdapat di dalam benih dan kitmir ialah kulit yang membaluti benih.
|
40
|
Sabid dan Labad
|
Bulu kambing biri-biri dan kambing kasi.
|
41
|
Sam dan Ram
|
Makhluk yang telah ada sebelum wujud Nabi Adam Alaihissalam.
|
42
|
Maksud keledai Makwak.
|
Keledai Makwak tanda ia melihat syaitan, lalu ia berkata: Allah melaknatnya.
|
43
|
Maksud anjing menyalak.
|
Anjing menyalak maksudnya: Awas! Celaka bagi penghuni-penghunin neraka dari kemurkaan Allah Yang Maha Berkuasa.
|
44
|
Maksud jeritan kuda
|
Kuda menjerit maksudnya: Maha suci Allah Yang memeliharaku ketika tentara berpadu menyerang musuh dengan penuh semangat.
|
45
|
Maksud jeritan unta.
|
Unta menjerit membawa arti: Hasbiyallahu Wakafa BiIlahi Wakila (artinya): Memadailah Allah bagiku dan cukuplah Dia tempat aku menyerahkan diriku.
|
46
|
Maksud nyanyian burung Bulbul.
|
Nyanyian Bulbul maksudnya: Maha suci Allah pada waktu pagi dan pada waktu petang.
|
47
|
Maksud bunyi katak.
|
Bunyi katak
maksudnya: Maha suci Tuhan yang di sembah di mana-mana saja ada
makhluknya dan di tempat-tempat yang tiada penghuninya.
|
48
|
Maksud kata-kata burung Nakus.
|
Maksud
kata-katanya: Maha suci Allah sungguh-sungguh! Wahai anak Adam! Lihatlah
di barat dan di timur di dunia itu, adakah makhluk yang menongkat
langit?.
|
49
|
Kaum dari makhluk Allah yang diutus kepadanya, namun ia bukan dari kumpulan jin, manusia Malaikat.
|
Makhluk itu adalah lebih seperti Firman Allah Ta’ala (artinya): dan Tuhan kamu telah mewahyukan kepada dan lebih..!
|
50
|
Di mana malam ketika siang dan di mana siang ketika malam
|
Kedua-duanya berada di dalam ilmu Allah Ta’ala yang amat sulit.
|
Ketua pendeta itu mengemukakan 50 pertanyaan (lihat di tabel di atas). Dan Abu Yazid menjawabnya semua dengan tepat.
Kata Abu Yazid, "Saya sudah menjawab semua pertanyaan tuan. Sekarang ada lagikah pertanyaan-pertanyaan lain?"
Semua pendeta menjawab,"Tidak ada lagi."
Kemudian Abu Yazid mengemukakan pertanyaan kepada mereka, "Beritahu saya kunci sorga dan neraka langit."
Tidak seorang
pun yang dapat menjawabnya dan mereka mengaku bahwa memang mereka tidak
tahu jawabannya. Baru satu pertanyaan sudah tidak dapat dijawab
sedangkan Abu Yazid telah menjawab berpuluh pertanyaan. Mereka meminta
ketua pendeta menjawab, namun ia membisu.
Katanya, "Bukan saya tidak mau menjawab, tetapi saya takut kamu semua tidak setuju."
Mereka heran
mendengar kata-kata ketua pendeta itu. Akhirnya mereka mendesak juga dan
bersedia untuk menyetujui dan menerima kata-kata ketua mereka.
"Bahwa kunci Sorga dan kunci langit itu tidak lain ialah "LAAILAA HAILLALLAHU MUHAMMADDARRASULUULAH," tegas ketua pendeta. Mereka semua tersentak, terdiam.
Lalu Abu Yazid berkata, "Memang benar kata ketua kamu ini."
Abu Yazid menuntut janji kepada ketua pendeta dan persetujuan pengikut-pengikutnya.
"Sahabat-sahabat
sekalian percayalah bahwa apa yang saya beritahu itu adalah benar. Saya
tidak didesak oleh tekanan siapapun. Memang sudah lama saya pikirkan
hendak menyampaikan perkara ini kepada sahabat-sahabat semua, tetapi
saya bimbang sahabat-sahabat tidak akan percaya kepada saya lagi Saya
hanya menunggu waktu."
"Dari mana tuan mengetahui perkara ini?" tanya salah seorang pendeta.
"Dari ketua sebelum saya." Jelas ketua pendeta.
"Sebelum ketua
itu meninggal dunia dia telah bersumpah bahwa perkara yang dikatakan itu
adalah benar," sambung ketua pendeta itu.
"Kalau begitu, apa lagi yang kita tunggu!"
Ketua pendeta dan pengikut-pengikutnya semuanya memeluk islam disebabkan oleh Abu Yazid.
Para Penghuni Bumi Sebelum Adam
Pada saat bumi berumur delapan ribu tahun, keadaannya masih kosong. Di
sini sudah terdapat banyak biji sawi yang putih. Kemudian Allah SWT
menciptakan seekor unggas yang bernama Tabirunnasar.
Allah SWT
berfirman kepada-Nya: "Hai, unggas Tabirunnasar, makanlah olehmu biji
sawi itu. Apabila habis biji sawi itu, engkau akan Kumatikan."
Sang unggas pun
memakan biji-bijian itu. Namun, cara memakannya diatur: Pertama, sehari
satu biji yang dimakan. Setelah semakin berkurang, maka kini dimakannya
hanya satu biji sebulan. Biji sawi itu semakin berkurang saja. Oleh
karena begitu takutnya terhadap kematian, maka sang unggas hanya memakan
satu biji dalam setahun. Namun, akhirnya, habislah biji-biji sawi itu.
Tabirunnasar pun akhirnya mati.
Setelah
kematian tersebut, Aliah SWT menciptakan makhluk lain sebagai penghuni
bumi, yaitu tujuh pulun orang lelaki. Namun tidak semuanya langsung
diciptakan, melainkan satu persatu Allah SWT menciptakannya. Apabila
seorang meninggal, maka langsung diciptakan yang lain. Masing-masing
dari mereka berumur 70.000 tahun. Konon, setahun pada masa itu sama
dengan seribu tahun pada masa sekarang.
Tatkala telah mati tujuh puluh lelaki itu, kemudian Allah ciptakan jin. “Dan Dia menciptakan jin dari nyala api”.
(Q. S. 55:1 5). Sebagian dari jin-jin itu ada yang berkaki empat,
berkaki dua, dan terbang. Kemudian Allah SWT mengutus seorang yang
bernama Yusuf untuk memberikan pengajaran ilmu dan syariat agama. Namun,
jin-jin itu banyak yang mendustakan ajaran-ajaran tersebut yang
menyebabkan Allah SWT mematikan semuanya.
Penghuni bumi
berikutnya adalah suatu makhluk yang berpasangan. Rupanya seperti
binatang. Keluar dan dalam neraka. Binatang itu pun beranak, dan anaknya
dinamakan dengan Azazil.
Setelah cukup
besar, Azazil mulai melakukan peribadatan kepada Allah SWT seribu tahun
lamanya. Setelah itu, Allah SWT mengangkatnya ke langit pertama. Selama
seribu tahun, di sini pun ia tekun beribadah. Allah SWT
menganugerahkannya sayap yang terbuat dari manikam yang hijau.
Dengan ijin-Nya
maka terbanglah ia ke langit kedua. Seribu tahun lamanya pula ia
benbadah. Demikianlah, pada tiap-tiap lapisan langit ia beribadah selama
seribu tahun lamanya, hingga ke lapisan langit ketujuh.
Sementara itu,
di bumi saat itu sudah ada penghuni lainnya yaitu dari bangsa jin yang
bernama janna. 70.000 tahun lamanya hingga lahir anak-cucunya. Kata ahli
tafsir yang lain delapan belas ribu tahun mendiami bumi, yang kemudian
menjadi sombong dan kufur. Allah SWT pun mematikan Janna.
Sebagai
gantinya adalah yang bernama Banunal Janna. Ia mendiami bumi selama
delapan belas ribu tahun lamanya. Ia juga dimatikan oleh Allah SWT.
Sementara itu,
di atas langit sana, Azazil bersama para Malaikat masih khusyuk
beribadah. Azazil menjadi penghulu para Malaikat selama tujuh ribu tahun
lamanya dalam beribadah.
Hingga pada
satu waktu, Azazil mengajukan suatu permohonan kepada Allah SWT,
katanya: "Ya TuhanKu tujuh ribu tahunlah hamba-Mu ini berbuat kebaikan
pada-Mu dalam tujuh lapis langit ini. Jikalau dianugerahkan oleh-Mu,
hamba-Mu mohon hendak turun ke bawah ke langit keenam, berbuat kebaikan
kepada-Mu."
"Pergilah engkau!", tegas Allah SWT.
Turunlah Azazil
atau Iblis itu bersama tujuh ratus Malaikat pengiringnya ke langit
keenam. Setelah merasa cukup, ia pun memohon ijin lagi kepada Allah SWT
agar diturunkan ke langit kelima, Di langit kelima pun ia memohon
diturunkan ke langit yang di bawahnya, dan demikian seterusnya hingga
sampailah mereka di langit dunia.
Di langit
dunia, Azazil atau Iblis mengajukan suatu permohonan pula: "Ya Tuhanku,
hamba-Mu hendak memohon turun ke bumi dengan para Malaikat. Bahwasanya
hamba-Mu hendak beribadah kepada-Mu di bumi itu. Ya Tuhanku, betapa
Bananul Janna telah banyak berbuat kerusakan di muka bumi.
Anugerahkanlah atas hamba-Mu ini bersama para Malaikat berbuat kebaikan
ke hadirat-Mu di muka bumi itu."
Allah SWT pun
mengabulkan permohonan Azazil itu Diturunkanlah ia bersama tujuh ratus
Malaikat yang mengiringnya untuk beribadah di muka bumi, setelah
sebelumnya Banunal Janna dimatikan karena banyak berbuat kerusakan.
Setelah delapan
ribu tahun lamanya beribadah, Iblis mencoba mengemukakan ungkapan
hatinya bahwa di muka bumi inilah ia begitu betahnya, dan tidak ada
tempat lain yang membuatnya demikian betah. Dan memohon agar selamanya
ia berada di muka bumi untuk berbakti kepada Allah SWT.
Sampai pada satu waktu, Allah SWT berkehendak menurunkan suatu keterangan kepada Azazil, firman-Nya,
Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan khalifah di muka bumi". (Q.S. 2:30)
Mendengar
firman tersebut Azazil (Iblis) menjadi berduka, disebabkan dengkinya.
Mereka (para Malaikat) pun bertanya kepada Allah SWT mengenai siapa yang
akan menjadi khalifah itu. "Adam namanya," jawab Allah SWT.
Mereka berkata,
"Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang
akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami
senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau.”
Tuhan berfirman: ”Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang engkau tidak ketahui’". (Q.S. 2:30).
Dialog dengan Penghuni Kubur
Pada satu kesempatan, Nabi Isa a.s. pernah menjumpai seonggok tengkorak
di tengah jalan yang jauh di luar pemukiman manusia. Kemudian beliau
berdo’a kepada Allah SWT agar tengkorak itu dapat berbicara sehingga ia
dapat melakukan dialog dengannya. Tengkorak itu adalah bekas seorang
raja yang bernama raja Jumjumah.
Atas takdir
Allah, tiba-tiba tedengar dari mulut kepala tengkorak itu suara,
katanya, "Ya Nabi Isa, telah diperintahkan oleh Allah terhadap
tengkorang kering ini agar dapat berkata kata denganmu, maka tanyailah
apa-apa yang engkau kehendaki. Salam Allah Ta’ala kepadamu, ya Nabi Isa
Ruhullah."
Nabi Isa
berkata, "Hai tengkorak yang kering, kulit pun tidak ada padamu, maka
apa-apa yang kutanyakan kepadamu, jawablah hai tengkorak yang kering."
Ujar sang
tengkorak. "Tanyakanlah tuan apa-apa yang dikehendaki hati tuan; dengan
takdir Allah hamba akan menjawab segala pertanyaan tuan."
Mulailah pertanyaan-pertanyaan dari Nabi Isa diajukan kepada tengkorak itu,
"Hai tengkorak
yang kering, laki-laki atau perempuankah engkau, merdekakah, ataukah
seorang budak; Islam atau kafirkah engkau; berbahagia atau sengsarakah
engkau; mulia atau hinakah engkau, kaya atau miskinkah engkau, engkau
pemurah atau kikirkah; raja atau menteri?"
Tengkorak
kering itu pun menyahut, "Ya Nabi Isa ruhullah, hamba laki-laki bukan
seorang perempuan; dan hamba ini merdeka bukan budak, dan hamba orang
Islam bukan seorang kafir, dan hamba orang mulia, bukan orang hina, dan
hamba orang celaka bukan orang bahagia di akhirat; hamba orang kaya,
bukan orang miskin, dan hamba seorang pemurah bukan orang kikir, dan
hamba seorang baik, bukan seorang jahat, dan hamba seorang tua, bukan
anak muda; dan hamba berasal dari seorang raja, bukan seorang menteri”.
“Dahulu, ya
Nabi Isa Ruhullah, rupa hamba sangat baik dan juga sangat menakjubkan
lagi elok rupanya dari seluruh rupa. Sangat gemilang bercahaya.
Demikianlah keindahan paras hamba, jika siapa pun melihat melihat rupa
hamba, pastilah ia heran dan tercengang dengan postur tubuh hamba yang
gagah. Ketahuilah bahwa hambalah yang pemurah di daratan Mesir dan Syam.
“Dahulu
kerajaan hamba sangat besar. Pada waktu hamba hendak pergi berangkat
atau bertamasya pergi berburu, mungkin berjumlah enam belas ribu budak
pengiring. Belum termasuk hulubalang, menteri-menteri,
tentara-tentaranya. Sedangkan rakyat hamba tidak terhitung jumlahnya,
melainkan Allah SWT dan Rasul-Nya juga yang mengetahuinya. Gajah, kuda,
dan unta hamba tidak terhitung banyaknya pula. Enam belas ribu budak
hamba diberi pakaian yang beraneka ragam. Empat ribu orang mengenakan
pakaian seragam yang berwarna kuning. Empat ribu lainnya memakai seragam
berwarna merah. Empat ribu lainnya memakai seragam hijau. Pada pakaian
mereka dikenakan emas, perak, dan kumuda. Emas yang bertahtakan mutu
manikam. Ada pula hiasan burung rajawali dan burung merak. Di mana
bulunya tersusun dari emas. Empat ribu orangnya memegang senjata dari
emas”.
“Di sebelah
kanan seribu orang memegang pedang emas. Di sebelah kiri seribu orang
memegang keris. Di bagian belakang hamba memegang tombak. Empat ribu
orang mengendarai kuda sembrani Di sebelah kanan hamba seribu orang
penunggang kuda yang berseragam hijau. Di sebelah kiri penunggang kuda
berwarna. Di hadapan hamba kuda yang berseragam putih. Para penunggang
kuda tersebut mengenakan pakaian berwarna emas dan memegang senjata
kerajaan, ya Nabi Isa Ruhullah. Adapun tentara dan rakyat hamba itu
tidak terhitung banyaknya, melainkan Allah dan Rasul- Nya yang
mengetahui”.
“Demikianlah
kebesaran kerajaan hamba, ya Nabi Isa Ruhullah. Tidak seorang pun dari
raja-raja melakukan perlawanan terhadap hamba. Dan tidak pula
kerajaan-kerajannya menyamai kerajaan hamba dan kebesaran hamba. Dahulu,
seluruh raja pada jaman hamba berada di bawah kekuasaan hamba, serta
mereka diwajibkan memberi upeti kepada hamba. Dahulu, tiga puluh ribu
unta di bawah kekuasaanku. Gajah, unta, dan kuda tidak terhitung
jumlahnya."
Ujar Nabi Isa , "Hai Raja Jumjumah, berapa lama tuan tinggal dalam kerajaan tuan?"
Raja Jumjumah
menyahut, "Ya Nabi Isa Ruhullah, empat ratus tahun lamanya berada dalam
kerajaan hamba, ya Nabi Isa Ruhullah. Dengan dermawan hamba dalam sehari
semalam hamba (pernah) memberikan sedekah sebesar sejuta dinar dan
dirham kepada fakir miskin dan musafir. Pada waktu dahulu, setiap hari
hamba memberikan pakaian kepada para alim. Demikianlah perihal perbuatan
hamba di dunia senantiasa dilakukan”.
"Dahulu,
seluruh mesjid dan mushola yang berada di daratan Mesir dan Syam yang
perlu diperbaiki akan hamba perintahkan untuk diperbaiki. Demikianlah
perihal dari perbuatan hamba di dunia. Akan tetapi Allah Ta’ala Tuhan
semesta alam juga yang tidak disembah selain dari-Nya, hanya Dialah yang
memberikan harta pada, hamba-Nya."
Nabi Isa
bertanya lagi, "Hai Raja Jumjumah, bagaimana engkau merasakan kekurangan
di dunia, dan bagaimana engkau merasakan sakaratul maut, dan bagaimana
rasanya minum pada saat sakaratul maut, dan bagaimana merasakannya saat
berada di dalam kubur?"
Raja Jumjumah
pun menjawab, "Ya Nabi Isa Ruhullah, amat ajaib dan sangat sukar dan
menyakitkan atas seluruh hal yang tuan tanyakan kepada hamba. Sekarang
hamba akan ceritakan kepada tuan mengenai kematian hamba”.
"Pada satu
kesempatan, hamba pergi mandi ke sungai Alhamd dengan seluruh
hulubalang, menteri-menteri, tentara-tentara, dan sebagian rakyat hamba
turut serta mengiringi. Setelah mandi, hamba naik ke darat, kemudian
duduk di tepi sungai itu. Hamba pun merasakan kedinginan pada tubuh
seperti hendak demam. Hamba segera pulang ke istana Para pengiring hamba
pun terlihat berduka atas keadaan yang dialami hamba”.
“Setelah tiba
di istana, hamba berbaring di atas permadani yang bersipuhkan emas dan
bertahtakan ratna mutu manikam. Kata hamba kepada seluruh menteri dan
para budak: ’Hai kalian, pergilah kepada tabib yang telah mengobati aku,
karena selama empat hari demam masih dirasa’, dan aku pun
menghentikannya atas penyakitku ini”.
"Kemudian
datanglah orang yang akan mengobati. Namun pengobatannya dirasakan tidak
memberi manfaat. Hingga selama lima hari demam hamba semakin terasa.
Lalu hati hamba berkata, Wah badanku, akan berpisahlah nyawa dan badan,
seperti seorang yang sangat mengasihi seorang yang lainnya. Kemudian
berpisahlah keduanya, rasanya adalah bagaikan kehilangan kesadaran, dan
terbakarlah hati keduanya. Dan apa pun yang dilakukan, bagi hamba tidak
akan menjadikan penghibur, karena sangat cintanya kepada sang kekasih
dan selalu teringat terhadap perpisahannya tersebut”.
"Demikianlah
cintanya kepada nyawa hamba, saat berpisah dengan badan hamba. Dari
kehendak yang memiliki kehendak itu, maka ridhalah hamba akan
kehendaknya ini. Kemudian hamba pun berpikir dalam hati, Oh, niscaya aku
akan mati juga, karena terlihat muka aku menjadi pucat tidak seperti
biasanya, dan berduka citalah hamba”.
“Sesaat
kemudian terdengar suatu bunyi, katanya, ‘Kenalkah engkau terhadap
siksaan orang durhaka, karena ia tidak beribadah kepada Allah Ta’ala
Tuhan semesta alam (sebagaimana mestinya)’. Dan hamba lihat seorang
laki-laki amat besar datang ke hadapan hamba. Kemudian ditikamnya dada
hamba begitu sakitnya hamba merasakan hal demikian”.
"Tersentaklah
diri hamba dan lemah lunglailah dirasakan. Selanjutnya didengar lagi
suara, ‘Keluarkanlah nyawa orang yang durhaka ini’. Maka seluruh tubuh
hamba terasa seperti bercerai-berai. Seluruh sendi-sendi tulang hamba
terbaring di atas bantal. Ketika itu, anak isteri dan keluarga hamba
begitu menangisi karena cintanya kepada hamba. Oh, aku ini akhirnya mati
juga pada hari ini, saat ini telah datang ajalku”.
“Waktu itu,
tidak ada seorang pun yang dapat menolong hamba, dan tidaklah dapat
menyertai hamba. Hamba pun melihat seluruh anak isteri dan seluruh
keluarga hamba Maka hamba melihat seluruh anak isteri dan keluarga hamba
menangis dengan sangat berdukanya, karena sayangnya kepadaku”.
"Pada saat itu,
tidak seorang pun dapat memberikan faedah dan manfaat kepada hamba,
melainkan karena apa apa yang telah diberikan kepada para ulama dan
fakir miskin dahulu itulah yang menolong hamba. Sedangkan apa-apa baik
kenikmatan, makanan yang dimakan, pakaian yang terbuat dan emas yang
dipakai dahulu, kini ia menjadi siksaan dan azab kepada hamba”.
"Kemudian
datanglah Malaikat Maut kepada hamba dengan bunyinya yang berat. Kepala
dan kakinya berada pada tujuh lapis langit hingga ke tujuh lapis bumi,
serta sebelah sayapnya merupakan azab dan sayap lainnya adalah rahmat.
Ketika itu, mukanya ada enam, ya Nabi Isa Ruhullah. Kesatu dari atas;
kedua muka kanan; ketiga muka kiri; keempat di bagian depan; kelima di
bagian belakang; dan keenam di bagian bawah."
Bertanyalah kembali Nabi Isa, "Hai Raja Jumjumah tengkorak kering, apa yang Anda pertanyakan kepada malaikat maut."
Jawab sang
Raja, "Ada pertanyaan yang diajukan, yaitu, ‘Hai Malaikat, apa sebabnya
mukamu itu ada enam. Sahut malaikat, Hai Raja Jumjumah, orang durhaka
celaka. Ketahuilah olehmu, bahwasanya mukaku dari atas kerjanya
mengambil nyawa seluruh nyawa anbiya. Mukaku dari depan, akan mengambil
nyawa seluruh umat Nabi Muhammad SAW. Muka di bagian belakang berperan
dalam mengambil nyawa orang-orang kafir. Mukaku di bagian kanan
mengambil nyawa penghuni wilayah Masyrik dan sebelah kirinya mengambil
nyawa penghuni wilayah Maghrib. Dan Mukaku di sebelah bawah mengambil
nyawa segala jin dan setan”.
Nabi Isa mengajukan pertanyaan berikut, "Hai Raja Jumjumah, bagaimana kau merasakan kedatangan kematian?"
Raja Jumjumah
berucap, "Ya Nabi Isa Ruhullah, pada satu waktu, datanglah Malaikat maut
kepada hamba, la datang mengambil nyawa hamba. Lalu kulihat ia beserta
dengan tiga puluh malaikat yang disuruhnya untuk memegang lidah hamba
agar jangan menjerit akibat dari rasa takut yang dahsyat, dan
mendengarkan suara mereka, tulang belulang hamba lemah lunglai rasanya.
Jika para penghuni wilayah Maghrib mendengarkan suara itu yang seperti
halilintar yang membelah. Demikianlah suaranya itu”.
"Selanjutnya,
ketiga puluh malaikat tersebut diperintahkan oleh Allah untuk memegang
kaki hamba agar jangan bergerak. Kemudian diperintahkan oleh Allah untuk
melontarkan tembaga ke dada hamba yang kemudian hancur. Begitu sangat
sakit dan panasnya terasa di dada hamba. Sekali lagi . diperintahkan
oleh Allah Ta’ala seorang malaikat untuk memegang leher hamba serta
dipakaikannya rantai dan belenggu pada leher hamba, dan dipakaikannya
tali kekang terbuat dari api pada mulut hamba oleh malaikat, dan
disiksanya hamba. Begitu menderita hamba akibat sakitnya itu, maka ucap
hamba kepada malaikat yang menyiksa hamba,’lepaskanlah hamba dari siksa
ini, sebagai upahnya akan kuberikan seluruh harta, anak isteri, segala
budak hamba’.
“Setelah
mendengar perkataan hamba tadi maka disapunya mulut hamba oleh
Mala’katul Maut dan dirasakannya oleh seluruh anggota tubuh seperti
hancur lebur rasanya. Malaikat itu berkata, ‘Hai orang durhaka yang
celaka, ketahuilah olehmu bahwa kami ini bukan (akan) mengambil upah
dari kamu, karena kami mengerjakan perintah dari Tuhan kami dengan
sesungguhnya. Begitulah kami yang akan mengerjakan dengan
sebenar-benarnya. Kami bukanlah seperti kamu manusia yang bersaksi
dengan dusta dan bersumpah dengan tidak sebenarnya, dan meninggalkan
perintah Allah Ta’ala, serta mengerjakan larangan-larangannya. Oleh
karena itu, laknat Allah kepada kamu, dan azab Allah yang menyiksa
dengan tiada berkesudahan hingga hari kiamat’."
Pertanyaan
berikut yang dilontarkan oleh Nabi Isa, "Hai Raja Jumjumah, ketika
nyawamu lepas, bagaimana kau merasakan rasa sakitnya, dan tatkala
tubuhmu terlentang setelah ditinggalkan nyawanya, bagaimana juga rasa
sakitnya?"
Dijawab oleh
Raja Jumjumah, "Ya Nabi Isa Ruhullah, ketika nyawa hamba diambil oleh
malaikat maut, beribu-ribu sakitnya dirasakan oleh hamba melebihi
seperti ditikam dengan senjata, dan melebihi sakitnya daripada kambing
hidup yang dikuliti, dan seperti kain yang teramat tipis lalu dimasukkan
ke dalam air, kemudian dibuang ke atas duri-duri, setelah itu ditarik
oleh pemilik kainnya, maka luluh lantaklah rasanya ketika nyawa hamba
diambil oleh Malaikat Maut, dan setelah itu badan hamba merasakan
sakitnya, ketika nyawa sudah diambil oleh Malaikat Maut, dan
terbaringlah tubuh hamba di atas tikar. Apabila bergerak lantai rumah
hamba, dirasakanlah kembali rasa sakitnya. Ketika diangkat untuk
dimandikan oleh orang-orang, dan ketika digosok-gosok saat memandikan,
hamba merasakannya begitu sakit. Setelah itu, dikafanilah hamba,
kemudian diangkat untuk dimasukkan ke dalam keranda. Sambil ditanggung, diantarlah ke kubur. Dimasukkanlah aku ke dalam liang lahat, lalu bergoncanglah tanah kuburnya, dan dirasakan oleh aku begitu sangat sakitnya dan pedih dirasakan seperti hancur lebur daging ini. Berpisahlah seluruh persendian tulang dan habislah tak tersisa hilang rasanya, ya Nabi Isa Ruhullah."
kemudian diangkat untuk dimasukkan ke dalam keranda. Sambil ditanggung, diantarlah ke kubur. Dimasukkanlah aku ke dalam liang lahat, lalu bergoncanglah tanah kuburnya, dan dirasakan oleh aku begitu sangat sakitnya dan pedih dirasakan seperti hancur lebur daging ini. Berpisahlah seluruh persendian tulang dan habislah tak tersisa hilang rasanya, ya Nabi Isa Ruhullah."
"Hai Raja
Jumjumah, bagaimana rasanya ketika masuk ke bumi dan (mendengar) suara
dari pertanyaan Munkar dan Nakir?" tanya Nabi Isa kembali.
Raja Jumjumah
menyahut, "Ya Nabi Isa Ruhullah, setelah selesai hamba dikuburkan oleh
jama’ah, kemudian datanglah dua malaikat, pertama bernama Munkar, dan
yang kedua bernama Nakir yang diperintahkan oleh Allah untuk menanyai
orang-orang di dalam kubur. Kemudian kata kedua malaikat tersebut kepada
hamba. Hai orang durhaka yang celaka, tutiskan olehmu perbuatan yang
telah engkau perbuat di dalam dunia, baik jahat maupun baik semuanya.
Seluruhnya tuliskan olehmu; jangan kau sembunyikan, agar di hadirat
Allah semuanya itu dibalas”.
"Kata hamba,
untuk menulis itu, apa tintanya, kalamnya, dan kertasnya untuk hamba.
Ujar Malaikat itu, ‘Hai orang durhaka yang celaka, sebagai tintanya
adalah air mulutmu, kalamnya adalah telunjukmu, dan kertasnya itu adalah
kain kafanmu. Maka seluruh perbuatanmu yang baik dan jahat; dosa besar
dan dosa kecil seluruhnya tuliskan olehmu; segeralah kautuliskan.
Mengapakah, hai orang durhaka yang celaka, dirimu diam, apakah itu
keinginanmu?’. Oleh karenanya, ditulislah oleh hamba”.
"Dalam pikiran
hamba mengatakan bahwa ternyata banyaklah dosa hamba, dan sedikit saja
pahala hamba. Ah, tidak akan kutulis dosa-dosanya. Malaikat berkata.
‘Hai orang durhaka yang celaka, tuliskan seluruh dosamu yang kauperbuat.
Dari dosa besar maupun dosa kecil jangan engkau sembunyikan.
Selanjutnya hamba tuliskan semuanya baik jahat maupun baik. Kata hamba,
‘Wah, sekarang dosaku sangat banyak tidak terhitung lagi, ya Nabi Isa
Ruhullah. Segala hal perbuatannya tidaklah dapat hamba katakan kepada
tuan, melainkan Allah SWT juga yang amat mengetahuinya”.
"Tiba-tiba ada
dua malaikat yang sangat hitam, amat tinggi dan besar seperti pohon
kurma. Dari mulutnya keluar api yang menyala-nyala. Kemudian berkata
kepada hamba, katanya, ‘Hai orang durhaka yang celaka, siapa Tuhanmu,
siapa nabimu, apa agamamu, siapa imammu, apa kiblatmu, dan siapa
saudaramu”?
"Lalu sahut hamba, ‘Engkaulah Tuhanku”.
"Setelah
didengar jawaban tersebut oleh malaikat, ia sangat marah. Kemudian
dipecut dengan cemetinya yang bercabang-cabang. Setiap cabangnya keluar
api yang menyala. Kalau saja cemeti yang bercabang itu dipukulkan ke
atas bumi ini, maka akan ratalah ia atau bukit pun akan rata dan
terlihat hancur.
"Demikianlah,
hamba dipukulnya, yang menyebabkan tubuh hamba hancur.
Persendian-persendian tulang pun cerai-berai. Dagingnya juga
hancur-lebur. ibarat awan yang ditiup angin kencang. Demikianlah
rasanya; dipukul tiga kali berturut-turut. Malaikat berkata lagi, ‘Hai
bumi, jepitlah orang durhaka yang celaka itu. Makanlah olehmu dagingnya
sebagai suatu rejeki, karena ia orang yang durhaka kepada Allah Ta’ala’.
Setelah itu, dijepitlah hamba oleh bumi. Habislah luluh lantaklah tubuh
hamba, serta daging pun hancur tercerai-berai. Persendian-persendian
tulang juga hancur-remuk. Ujar bumi, ‘Hai orang durhaka yang celaka,
tatkala engkau tinggal di atasku. seluruh keinginanmu yang durhaka
kaulakukan di atasku, seperti zina, dan lain-lainnya yang dilarang oleh
Allah SWT”.
"Setelah
dijepit oleh tanah tersebut, bumi berkata kembali, ‘Hai orang celaka
yang durhaka, sekarang engkau masuk ke dalam perutku, maka akulah rupa
yang buruk, dan akulah rumah yang berisi siksaaan akulah juga rumah yang
berisi seluruh bau busuk dan anyir”.
"Selanjutnya,
hamba melihat dua orang yang sangat hitam rupanya. Kepalanya sangat
besar seperti bukit di negeri Syam. Kedua orang itu yang ternyata adalah
malaikat, kemudian membawa hamba”.
"Setibanya di
bawah ‘Arsy Allah Ta’ala, terdengarlah oleh hamba satu suara, yang
mengatakan, ‘Hai Malaikat-Ku, bawalah orang durhaka yang celaka itu ke
dalam neraka. Buanglah ia ke dalam siksa yang sangat menyiksa itu’.
Kemudian hamba dibawa oleh malaikat itu ke neraka. Sesampainya di pintu
neraka, hamba diserahkan kepada Malaikat Zabaniyah, seraya mengatakan,
Hai Malaikat Zabaniyah, masukkan orang yang celaka ini ke dalam neraka
Siksalah dia dengan siksaan yang sangat menyiksa”.
"Setelah itu,
hamba pun dimasukkan ke dalam neraka yang amat sangat menyiksa itu.
Terlalu banyak macamnya siksaan dan azab yang hamba lihat. Hamba sering
menangis dan mengerang menyaksikan keadaan siksa neraka itu. Ucap hamba,
‘Oh, siapa lagi yang hamba harapkan, dan siapa lagi yang akan mengasihi
hamba. Oh, bagi hamba sangat diharamkan sekali-kali untuk berbuat dosa,
seandainya hamba berada di dalam dunia hanya sesaat saja lamanya”.
"Pada waktu
itu, hamba tidak mengetahui lagi bagaimana nasib hamba selanjutnya.
Namun, kemudian hamba melihat empat buah kursi tersimpan di kanan dan
kiri ‘Arsy Allah Ta’ala. Lalu hamba menanyakan kepada malaikat yang
menyiksa hamba mengenai siapa yang mendapatkan anugerah Allah Ta’ala Al
Karim itu. Jawab Malaikat, Adapun satu kursi itu adalah dianugerahklan
kepada Nabi Muhammad Rasulullah. Satu kursi berikut adalah untuk Nabi
Ibrahim khalilullah. Satu kursi lagi untuk Nabi Isa Ruhullah Dan satu
kursi sisanya adalah bagi Nabi Musa Kalamullah”.
"Pada saat itu,
hamba lihat seorang tua duduk di atas satu kursi dan dari hidungnya
senantiasa keluar api. Beberapa malaikat diperintahkan oleh Allah Ta’ala
untuk memasukkan orang tua itu ke dalam neraka, serta dirantai yang
membelenggu dan tali. Setelah selesai menjalani segala macam siksaan,
hamba lihat ia dibawa ke atas mimbar. Bawalah ia ke dalam neraka dan
rantailah serta belenggulah dan kekanglah pada lehernya. Sesungguhnya
orang ini durhaka yang celaka tidak mau menuruti perintah Allah Ta’ala
dan Rasul-Nya’.
"Dalam
menjalani siksaan, rambut hamba habis terlepas dari kulit. Tulang hamba
pun hancur dan patah-patah. Bibir hamba seperti bukit Haliyah besarnya.
Tubuh hamba besarnya seluas seperti jauhnya orang yang mengendarai kuda
sembrani selama tiga hari tiga malam. Seperti jarak itulah besarnya.
Jika orang lari dengan kuda sembrani yang sangat tangkas selama tiga
hari tiga malam, maka tebal bibir atas bawahnya sama seperti itu. Hidung
hamba pun seperti bukit besarnya. Sementara mata dan telinga menjadi
hamba tuli”.
"Hamba juga
dikenakan pakaian yang terbuat dari kulit api neraka. Di dalam baju itu
terdapat macam-macam binatang, seperti ular, kalajengking, dan lipan
yang tercipta dari api neraka. Jika saja binatang-binatang itu
diturunkan ke bumi, maka seluruh isi bumi dapat ditutupi oleh karena
besar tubuhnya. Dan dengan marahnya binatang-binatang itu menggigit
tubuh hamba”.
"Awalnya perut
hamba diikat dengan tali dari api neraka, dan diikatkan kepada satu
pohon yang tercipta dari api neraka juga. Selanjutnya kaki hamba
disimpan di atas. Sedangkan kepala disimpan di bawah, seperti orang yang
digantung sungsang andai saja penghuni dunia menyaksikan penyiksaan
itu, niscaya seluruhnya akan sangat terkejut dan takut karena
kedahsyatan siksaan itu. Setelah selesai dari tempat ini, hamba dibawa
kepada saksi lain. Kemudian diserahkanlah hamba kepada Malaikat
Zabaniyah”.
"Hamba disuruh
untuk memakai suatu sepatu terbuat dari api yang panjangnya sepuluh gaz
(+110 meter) dan tingginya empat puluh gaz. Apabila dipakai ke kaki
sepatu itu, maka timbullah rasa hangus di dalam dada dan sangat meruyak
hingga serasa hancur lebur. Asapnya naik sampai ke otak hamba. Ya Nabi
Isa Ruhullah, makanan hamba dari tembaga dan timah yang melebur”.
“Setelah
selesai menjalani siksan di tempat ini, kemudian hamba dibawa ke satu
bukit api neraka Hamba lihat beribu-ribu bukit dari api neraka. Di atas
bukit-bukit itu, terdapat batu-batu dari api neraka juga. Ada pula
pepohonan yang tercipta dari api neraka pula, serta binatang-binatangnya
yang terbuat dan api neraka juga”.
"Pada satu
bukitnya, terdapat siksaan beribu-ribu macam, dan beribu-ribu macam
api. Terdapat pula sungai-sungai api yang airnya berasal dari tembaga,
timah, dan besi yang telah melebur. Ada juga airnya yang berasal dari
darah dan nanah yang berbau sangat anyir dan busuk.”
"Tiap-tiap
sungai, airnya berputar-putar, dan bunyinya bagaikan guruh dan
halilintar yang membelah angkasa. Demikianlah yang hamba dengar,
terdengar hingga seribu tahun perjalanan manusia”.
“Ketika hamba
sampai di atas bukit. Binatang-binatang itu disuruh oleh malaikat
Zabaniyah menyiksa hamba beratus-ratus kali. Andai saja anak dari dari
seekor ular di antaranya yang terjatuh ke bumi, maka hancurlah bumi
karena bisanya”.
“Lalu hamba
dibawa ke dalam sungai. Seluruh anggota badan dan persendian tulang
rasanya seperti hancur lebur. Tiga ratus kali hamba digigit, kemudian di
bawah bukit beribu-ribu siksaan dan azab Allah Ta’ala hamba rasakan
lagi, dan tubuh hamba diikat dengan tali dan api dan dirantai yang
terbuat dari api juga. Hamba pun diikatkan kepada sebuah pohon yang
terbuat dari api neraka juga. Sedangkan rantai membelenggu hamba dan
dililitkan pula kepada pohon itu. Hanguslah tubuh hamba dan hancurlah
daging hamba rasanya”.
"Hamba sendiri
ketika hidup kembali tidaklah ada bandingannya siksaan-siksaan yang
telah dialami itu, ya Nabi Isa Ruhullah. Begitu menderitanya, hamba pun
menangis dengan menjadi-jadi serta berseru-seru kepada Allah Azza wa
Jala, ‘Ya Ilahi, Ya Robbi, Ya Saidi, Ya Maulayya, Ya Tuhanku, telah
hanguslah segala tubuh hambamu dan hancur leburlah daging hamba, serta
meluruh dari kulitnya hamba rasakan ya Tuhanku, perut hamba pun jadi
melorot ke bawah, hingga hamba dapat duduk di atasnya’. Demikianlah
seruan hamba ke hadirat Allah Ta’ala. ya Nabi Isa Ruhullah”.
"Hamba kemudian
lihat banyak orang yang mendapat siksa, dan datanglah ular,
kalajengking, dan lipan dari api menggigit mereka sama seperti yang
menggigit tubuh hamba. Mereka pun meraung-raung karena terlalu sangat
sakitnya. Dan menangis begitu memilukan. Hamba katakan, ‘Hai Malaikat
Zabaniyah, apakah dosanya dari orang-orang itu hingga disiksa dengan
yang demikian itu?”.
"Malaikat
Zabaniyah menjawab, Hai orang durhaka yang celaka, ketahuilah olehmu
bahwasanya orang itu tidak mau mandi junub serta tidak suci dirinya
ketika ia pergi ke mesjid, demikianlah dosanya orang itu."
Raja Jumjumah
berkata, "Ya Nabi Isa Ruhullah, hamba lihat orang-orang yang matanya
dituangi dengan api yang menyala-nyala, la terbaring dan tergantung
seraya berseru kepada Allah SWT. Hamba pun bertanya kepada Malaikat
Zabaniyah, mengenai hal itu. la menjawab bahwa sesungguhnya orang itu
ketika di dalam dunia sering mengintip aurat isteri orang lain, serta
berusaha menggodanya.
"Ya Nabi Isa
Ruhullah, hamba juga melihat seorang perempuan yang tengah muntah-muntah
dengan lidahnya yang menjulur hingga ke kakinya. Dari
mulutnya keluar nanah dan darah yang menggumpal-gurnpal. Kemudian
disuapinya dengan daging dari api, serta digantung secara sungsang.
Kepalanya di posisi bawah sedangkan kakinya berada di atas. Dan di
bawahnya ada api yang menyala-nyala, la menyeru-nyeru dengan tangisannya
yang sangat memilukan; suaranya begitu ramai menyayat. Hamba pun
bertanya kepada Malaikat Zabaniyah, ‘Apakah dosa dari orang itu’? Malaikat menyahut, ‘Mereka itulah yang telah melakukan aborsi”.
“Sebagian yang
hamba lihat lehernya tergantung pada rantai dari api yang menyala-nyala,
dan hamba bertanya lagi kepada Malaikat Zabaniyah, Apa dosanya orang
itu?’ ‘Orang itu tidaklah sekali-kali mau mengambil air untuk,
sembahyang ketika hidupnya di dalam dunia’, ujar Malaikat Zabaniyah."
“Seluruh
persendian hamba pun lemah dan letih rasanya. Tubuh hamba pun
bergemetar, karena kedahsyatan dan ketakutan hamba menyaksikan azab
Allah Ta’ala tersebut, ya Nabi Isa Ruhullah. Lalu hamba pun bertanya
kepada Malaikat Zabaniyah, Siapa yang mandi dan siapa pula yang meminum
air sungai tersebut? “
"Dijawab oleh
Malaikat Zabaniyah, Hai orang durhaka yang celaka, adapun yang mandi dan
minum air sungai itu adalah orang-orang yang disiksa di dalam neraka”.
"Ya Nabi Isa
Ruhullah, hamba lihat di dalam neraka itu beribu-ribu selokan dari api
neraka, dan dari selokan tersebut terdapat beribu-ribu rumah; dari satu
rumah, terdapat beribu-ribu pintunya; dan dari satu pintunya, terdapat
beribu-ribu bilik dan beribu-ribu bangku; dan dari satu bangku terdapat
beribu-ribu ambalan; dan dari satu ambalan, terdapat beribu-ribu
hamparan dan bantal dan beribu ribu azab Allah Ta’ala; dan seluruh
siksaan tersebut, berasal dari api juga”
“Nabi
Isa Ruhullah, hamba lihat di dalam neraka itu ada mahligai dari api dan
pada satu mahligainya terdapat beribu-ribu pintu, dan pada satu pintu
terdapat beribu-ribu bilik dan bangku; dan dari satu bangku terdapat
beribu-ribu hamparan dan bantal. Bahwasanya pada tiap-tiap barang
tersebut, kainnya berasal dari api neraka”.
"Ya Nabi Isa Ruhullah, hamba lihat di dalam neraka itu ada bermacam-macam
binatang, ada yang seperti gajah, kuda, singa, keledai, kalajengking, lipan, burung, babi, anjing, dan kucing. Seluruhnya berasal dari api yang bermacam-macam. Sesungguhnya seluruh binatang tersebut kerjanya adalah untuk menyiksa penghuni neraka”.
binatang, ada yang seperti gajah, kuda, singa, keledai, kalajengking, lipan, burung, babi, anjing, dan kucing. Seluruhnya berasal dari api yang bermacam-macam. Sesungguhnya seluruh binatang tersebut kerjanya adalah untuk menyiksa penghuni neraka”.
"Sesudah hamba
merasakan dan melihat berbagai macam siksaan neraka, hamba dibawa oleh
malaikat Zabaniyah ke atas bukit yang bernama bukit Sakuna. Sampai ke
atas bukit tersebut dapat ditempuh oleh manusia biasa adalah selama
70.000 tahun. Dan terdapat 70.000 tempat pemberhentian. Terdapat pula
70.000 macam siksa di tempat itu, ya Nabi Isa Ruhullah”.
"Di bukit
Sakuna terdapat 70.000 malaikat yang pekerjaannya adalah menghancurkan
tembaga, timah, dan besi sebagai bahan untuk menyiksa orang yang tidak
mau menuruti akan perintah Allah Ta’ala dan Rasul Nya, juga menyiksai
hamba di bukit itu Hamba rasakan tidak ada sesuatu pun yang menyamai
azab tersebut”.
"Ya Nabi Isa
Ruhullah, seluruh siksaan yang ada di dalam dunia, tidak ada satu pun
yang sama dengan siksaaan yang ada di akhirat. Di bukit itu hamba lihat
dan hamba dengar, penuh dengan ular dan kalajengking, dan
binatang-binatang buas isinya”.
Ucap Raja
Jumjumah, "Ya Nabi Isa Ruhullah, adalah bermacam-macam siksaan yang
hamba lihat yang tidak mungkin habis hamba ceritakan kepada tuanku
mengenai siksaan itu. Setelah selesai hamba menjalani siksaan-siksaan,
maka datanglah seorang malaikat untuk menyampaikan amanat dari Allah
kepada Malaikat Zabaniyah bahwa Allah Ta’ala telah mengampuni dosaku.
Allah Ta’ala telah menganugerahi kasihnya. Penyiksaan kepadaku dilakukan
karena perintah Allah semata. Dan kini aku telah diampuni oleh Allah
Ta’ala terhadap seluruh dosaku."
Nabi Isa
berbicara, "Hai Raja Jumjumah, berbahagialah tuan telah begitu besar
dianugerahi Allah SWT telah melepaskan azab. Sesungguhnya segala
perbuatan jika tidak benar niatnya, maka sembahyang dan ibadahnya pun
tidak akan memberinya manfaat apapun”.
"Hai Raja
Jumjumah, ceritakanlah oleh Tuan seluruh siksaan yang telah dialami
kepada orang-orang agar mereka menjadi takut dan bertobat setelah
mendengarkannya."
Kata Raja
Jumjumah, "Ya Nabi Isa ruhullah, tidaklah hamba dapat merasakan
penderitaan lagi, dan tidaklah pula dapat menceritakan lagi mengenai
siksaan siksaan dan azab Allah Ta’ala. Karena tuan adalah Ruhullah,
hamba mohonkan kepada Allah SWT agar dapat hidup kembali dan masuk ke
dalam perut ibu hamba supaya dapat berbakti ke hadirat Tuhan
RobbulArsyil Azim, maka semoga dapat terlepas dari siksaan yang telah
hamba rasakan, dan hamba telah melihatnya juga. Akan tetapi terhadap kerajaan hamba, janganlah tuan mohonkan hamba untuk kembali lagi berkuasa."
Setelah Nabi
Isa Ruhullah mendengar permohonan tersebut, ia segera mengambil
segengggam tanah. Kemudian dibasuhkanlah kepada kepala tengkorak dan
ditutupnya dengan kain putih.
Selanjutnya,
Nabi Isa melaksanakan sholat dua rakaat. Lalu berdo’a kepada Allah agar
keinginan dari Raja Jumjumah dapat terkabul. Allah SWT pun mengabulkan
permohonan Rasul-Nya itu.
MUKJIZAT NABI MUHAMMAD SAW
Disini dikisahkan beberapa dari sekian banyak mukjizat yang diberikan oleh Allah SWT kepada Mabi muhammad saw.
Dipotongnya Rambut Nabi SAW
Ketika Nabi Muhammad saw sedang membaca Al Qur’an pada malam Senin di rumahnya, datanglah Malaikat Jibril menemuinya.
Jibril segera
berbicara kepada Rasulullah saw, "Aku membawa perintah dari Tuhan Yang
Mahasuci, bahwa rambut Anda harus dipotong, dan jangan khawatir."
Nabi saw
berkata, "Hai Jibril, siapakah yang akan menghadapiku nanti. Dan siapa
yang mencukurnya. Dari mana pakaiannya yang akan kupakai nanti."
Malaikat Jibril
menyampaikan pertanyaan tersebut kepada Allah SWT. Katanya, "Ya
Tuhanku, aku datang akan mengabarkan bahwa kekasihmu benar-benar telah
rela atas perintah keharusan dipotong rambut. Tetapi sekarang ini, ya
Tuhan, ada permohonannya, bahwa siapa yang mendapat ijin menyaksikan
ketika kekasihmu dipotong. Siapa yang memotongnya, dan juga dari mana
Allah akan memberi pakaiannya."
Allah berfirman
kepada Jibril bahwa yang akan memotongnya adalah Jibril, yang berdiri
di hadapannya adalah cahaya Sang Pencipta langit dan bumi sedangkan
pakaiannya diambil dari sorga, selembar daun pohon Tuba yang berwarna
hijau dengan cahayanya yang bening. Anugerah Allah kepada Nabi Muhammad
saw melebihi atas semua nabi dan rasul.
Jibril segera
mengambil kain dari selembar daun pohon Tuba yang suci. Yang bercahaya
begitu terang bagaikan sinar sang surya. Yang akan diberikannya kepada
Rasul saw sebagai penutup badannya saat bercukur. Difirmankan dari Allah
SWT bahwa daun Tuba itu sebagai anugerah dari Allah atas kenabian
Muhammad saw.
Setelah tiba di
hadapan Rasulullah saw, beliau kembali menanyakan pertanyaan-pertanyaan
yang pernah diajukan sebelumnya. Malaikat Jibril pun menjawab
pertanyaan-pertanyaan tersebut.
Jibril mulai memotong rambut Rasulullah saw pada hari senin tanggal 19 Ramadhan di hadapan para sahabatnya. Sesuatu yang menakjubkan bahwa helaian rambut beliau tidak ada yang jatuh ke tanah.
Nabi saw pun menanyakan hal itu, "Hikmah apa yang terkandung bahwa rambutku tidak ada yang jatuh satu helai pun ke atas tanah?"
Jibril
menjawab, "Demi banyaknya rambut ini, jumlah rambutmu yang berada di
kepalamu aku telah menghitungnya 126.666. Sementara itu,
Bidadari-bidadari turun dari sorga untuk meminta rambutmu atas perintah
Yang Agung."
Allah berfirman
kepada para bidadari, "Kalian seluruh Bidadari, cepatlah turun ke
dunia, Nabi-Ku sedang dipotong rambut. Kalian semua masing-masing
mintalah rambut satu lembar. Hormatilah olehmu rambut Rasulullah.
Ikatkan dengan baik rambut itu sebagai azimat agar diampuni dosamu,"
Bidadari-bidadari
itu segera turun ke bumi untuk mengambil rambut Rasulullah saw.
Kemudian mereka mengikatkannya ke jari kelingking kanannya
masing-masing.
Nabi Muhamad Saw Menyusuri Langit
Bersama Jibril,
Rasulullah saw mikraj menemui Allah SWT melalui tangga emas yang
dihiasi mutiara dan permata yang berasal dari sorga. Perjalanan akan
melalui langit yang tujuh lapis. Namun pada setiap anak tangga, mereka
berdua telah menjumpai pemandangan-pemandangan yang menakjubkan bagi
Rasulullah saw. Pada anak tangga pertama, Rasulullah saw melihat tujuh
ribu barisan malaikat yang seluruhnya mengenakan mahkota emas seraya
mengucapkan: ‘Subhanallah Wabihamdihi’.
Di anak tangga
yang kedua dilihatnya pula barisan malaikat bermahkotakan emas, namun
ada perbedaannya dengan malaikat-malaikat tadi, yaitu di dahinya
tertulis ‘Subhanallahi Wabihamdihi, Subhanallahi Malikul Quddusi’.
Selanjutnya di
anak tangga yang ketiga, mereka menjumpai malaikat yang berjumlah
300.000 berpakaian penuh ragamnya dan bermahkotakan emas pula. Dari
mulutnya terpancar cahaya. Nabi Muhammad saw bertanya kepada Jibril
mengenai mereka.
Dijawab oleh Jibril ‘alaihissalam, "Siapa saja umatmu yang membaca seperti yang dibaca oleh para malaikat itu yang berbunyi ‘Astaghfirullaah’, apabila mereka menguap, maka begitu pula cahaya yang akan keluar dari mulutnya”.
Pada anak
tangga yang keempat, dijumpai malaikat-malaikat yang begitu banyak
jumlahnya, yang hanya Allah saja mengetahui berapa banyak jumlahnya.
Mereka senantiasa mengucapkan ‘La Ilaha lila Huwal Mubin’. Bacaaan itu, menurut malaikat Jibril, berfaedah menjadikan orang yang membacanya diampuni dosa-dosanya.
Di anak tangga kelima, mereka melihat para malaikat yang raut wajahnya bagaikan bulan purnama. Masing masing mengucapkan ‘Asyhadu An Laa llaha lllallaah Wa Asyhadu Anna Muhammadan Rasuulullaah’. Dan juga senantiasa mengucapkan tahmid (Alhamdulillah).
Di sini, Rasulullah saw juga melihat dua cahaya yang berdampingan
bagaikan dian yang tak kunjung padam. Gemerlapnya begitu dahsyat.
Rasul saw pun menanyakan mengenai hal itu, "Wahai Jibril, cahaya apakah gerangan yang kulihat itu. Dua berdampingan."
Jibril a.s.
menjawab, "Wahai Muhammad, itulah tempatnya nyawa. Pada bagian sebelah
timur, itulah yang disebut Baitul Mukmuran, yaitu tempat bersemayamnya
nyawa yang tidak digunakan di dunia, adapun nyawa yang sudah digunakan,
itulah yang dinamakan Jabatul Hannanu, yaitu tempat nyawa-nyawa yang
sudah digunakan di dunia Kemudian tinggal tergantung di ‘Arsy."
Dalam sekejap
mata seperti juga yang terjadi pada perjalanan sebelumnya mereka berdua
telah sampai di anak tangga keenam. Lalu pada yang ketujuh. Anak tangga ini berjumlah tidak kurang dari 50 buah hingga langit ketujuh.
Kini, sampailah
Rasulullah saw di langit yang pertama. Setelah meminta ijin terlebih
dahulu kepada malaikat penjaganya, mereka berdua masuk ke langit ini.
Para malaikat menghaturkan sujud penghormatan bagi makhluk mulia, Nabi
Muhammad saw. Di sini, Jibril mengajak Rasulullah saw berjalan-jalan
melihat keadaan sekitar. Di tempat ini, terlihat bintang-bintang yang
gemerlapan di angkasa luas. Kemudian Jibril mengumandangkan adzan untuk
melaksanakan shalat. Dengan diimami oleh Rasul saw, para malaikat
bermakmum shalat sunat dua rakaat. Di langit pertama ini juga dilihat
bulan oleh Rasulullah saw.
Kemudian
perjalanan dilanjutkan ke langit kedua. Di langit ini, para malaikat
mengucapkan shalawat ketika mengetahui kedatangan makhluk utama, Nabi
Muhammad saw. Di langit kedua ini juga dilaksanakan shalat sunat.
Pada lapisan
langit yang ketiga, Rasul SAW menjumpai seorang lelaki yang tengah duduk
di atas kursi cahaya dengan dikelilingi oleh para malaikat yang
bermahkotakan emas.
Nabi SAW pun
mengucapkan salam kepada lelaki itu. Namun, ia tidak langsung
menjawabnya, melainkan bertanya terlebih dahulu kepada Jibril, "Siapa
yang memberiku salam?"
Jibril menjawab, "Tidakkah kamu mengetahui Muhammad, orang pilihan Allah Ta’ala serta diberi keselamatan."
Orang itu
adalah Nabi Adam. Beliau sangat gembira mengetahui siapa yang memberi
salam tadi. Segera Rasul saw dihampiri dan diciumnya. Rasulullah SAW
belum mengetahui siapa orang yang tengah dihadapinya, dan ditanyakanlah
kepada Jibril.
Nabi Adam a s.
itu akan menangis ketika duduk kemudian menengok ke sebelah kiri, karena
menyaksikan anak cucunya yang berada di dalam neraka. Dan akan tertawa,
apabila melihat ke sebelah kanan, karena dilihatnya anak cucunya berada
di sorga. Di tempat ini, Rasul SAW juga melaksanakan shalat sunat
bersama para malaikat dan Nabi Adam a.s.
Kini perjalanan
dilanjutkan kembali menuju langit keempat. Di langit ini mereka
menjumpai seekor ayam berbulu putih. Mulut, mata, dan kakinya berwarna
kuning. Di lidahnya dihiasi dengan permata yang berasal dari sorga. Di
matanya dihiasi intan. Potoknya berwarna emas murni.
"Ayam apa gerangan itu, wahai Jibril," tanya Nabi saw.
Jibril
menjawab, "Itulah ayamnya ‘Arsy. Kalau berkokok di sepertiga terakhir
malam, akan mengikuti pula ayam-ayam yang ada di bumi. Kokoknya
mengatakan, Wahai segenap yang tidur, bangunlah kalian semua. Lalu
sampaikan puji-pujian kepada Allah Ta’ala, agar kamu semuanya diberi
rahmat Allah Ta’ala di akhirat’."
“Adapun bunyi
kokoknya di siang hari ialah, ‘Sadarlah kalian seluruhnya atas keesaan
Allah Ta’ala’ Mudah-mudahan kamu semua tidak dimasukkan-Nya ke dalam
neraka."
Di tempat lain,
mereka menjumpai malaikat yang tengah duduk di atas kursi yang
bercahaya api, dalam keadaan yang sangat marah seraya memegang sabuk
yang berasal dari api neraka. Pada setiap sabuknya ada delapan puluh
orang yang mendapat hukuman. Apabila sabuk itu disimpan di atas bumi,
akan hancurlah bumi ini.
Nabi Muhammad
saw menyampaikan salam kepada malaikat tersebut. Namun, ia tidak
menanggapinya. Maka Allah Ta’ala pun mengingatkannya, "Wahai malaikat si
penjaga neraka. Kenapa engkau tidak sudi menyahuti salam orang yang
Kurahmati. Sesungguhnya Aku tidak menciptakan engkau bersama dengan
neraka dan sorga beserta seluruh isinya, kalau bukan karena Muhammad.
Maka dialah yang kuinginkan mendapat kebesaran dan kemuliaannya."
Bergetarlah
malaikat penjaga neraka menerima teguran dari Allah Ta’ala tersebut.
Berkata Malaikat Jibril a.s., "Wahai Malaikat, tidakkah engkau mengenal
orang yang dirahmati Allah Ta’ala di dua dunia."
Malaikat
Penjaga Neraka itu berkata, "Wahai Muhammad, mohon kiranya dengan sangat
engkau memaafkanku. Sebab saya ditakdirkan oleh Allah Ta’ala berwajah
pemarah yang kutunggu ialah umatmu yang tidak mengikuti kelakuanmu. Akan
Kuambil seluruh perlakuan buruknya yang sudah dilakukannya di dunia." Kemudian Nabi saw meminta untuk dibukakanya pintu neraka.
Malaikat Penjaga Neraka itu berkata, "Wahai Muhammad, tidak akan kubiarkan pintu neraka dibuka sebelum dunia kiamat."
Namun tiba-tiba
terdengar suara yang berbunyi, "Bukakanlah pintu neraka, sebab tidaklah
kuciptakan dunia itu bersama isinya kalau bukan karena Muhammad."
Akhirnya pintu
neraka itu pun dibukakan untuk Nabi Muhammad saw. Seandainya neraka
bocor sebesar lubang jarum saja, maka akan gelaplah langit dan bumi.
Rasul saw dan
Jibril a.s. masuk ke dalamnya. Pertama yang dijumpainya adalah seorang
laki-laki yang tengah disiksa dengan cara direbus di dalam dulang api
neraka lalu dikait dengan besi. Lidahnya terjulur hingga ke tanah.
Ketika Rasul saw menanyakan kepada Jibril perihal orang itu, maka
dijawabnya, "Itulah umatmu yang menganiaya sesamanya, dan ia tidak
bertobat sampai meninggalnya."
Kemudian
dilihat ada sebuah rumah di dalam neraka. Di dalamnya terdapat tujuh
puluh orang yang tengah disiksa. Ada lagi seorang laki-laki yang tengah
dirantai kakinya. Rantainya membara karena terbuat dan api neraka. Kedua
matanya ditusuk dengan besi. Mulutnya dituangi dengan timah panas yang
meleleh. Tulang-belulangnya terkelupas terbakar api dan seraya
terpangganglah ia di atas api neraka. Nabi saw bertanya, "Siapa gerangan
yang disiksa sedemikian itu?"
Jawab Jibril bahwa itu adalah umat Nabi saw yang selalu bertikai dan saling konflik di antara mereka.
Terlihat pula
sekelompok orang yang tengah disiksa dengan cara kepalanya berada di
bawah, wajahnya terbalik menghadap ke belakang. Mukanya diserupakan
dengan wajah babi. Sementara kedua tangannya terpotong. Tiba-tiba ia
terlontar ke dalam api neraka yang tengah menyala-nyala. Jelas Jibril
bahwa itu adalah umat Nabi saw yang sering mangambil hak milik sesama,
serta busuk hatinya terhadap sesamanya juga.
Di tempat lain,
Nabi SAW menyaksikan seorang penghuni neraka yang meraung-raung yang
suaranya terdengar hingga ke langit ke tujuh, la adalah orang muda yang
mati tidak bertobat.
Ada juga orang
yang disiksa mulutnya dikait dengan besi yang lidahnya menjulur ke
tanah, la adalah orang yang durhaka kepada orang tuanya hingga matinya.
Disaksikan pula
seorang wanita yang berada di tengah api neraka. Wajahnya menghadap ke
belakang. Lidahnya dituangi dengan cairan timah yang yang sedang
mendidih. Mulutnya ditusuk dengan besi yang membara. "Itulah umatmu yang
berkunjung ke tetangganya (pergi ke luar) tanpa mengenakan kerudung
(jilbab)," jelas Jibril.
Dilihatnya juga
seorang wanita yang tengah berada di atas, sedangkan kemaluannya
ditusuk dengan besi dan menembus hingga ke mulutnya. Sementara itu kedua
tangannya memegang erat bara api. la disiksa demikian karena sering
pergi ke luar rumah tanpa seizin suaminya.
Peninjauan di
dalam neraka dirasa sudah cukup. Mereka berdua pun keluar. Selanjutnya
didirikanlah shalat sunat bersama para malaikat.
Kini mereka
pergi menuju ke langit kelima. Di langit ini mereka menjumpai seorang
laki-laki berada di tempat yang terbuat dari besi bersama para malaikat
yang bermahkotakan emas "Siapakah itu wahai Jibril," tanya Nabi saw.
"Itulah Nabi Isa alaihiasalam," ujar Jibril a.s.
Nabi saw pun
menghampiri untuk menyalaminya. Namun, Nabi Isa belum menanggapinya, dan
bertanya kepada Jibril mengenai siapa orang yang menghampirinya itu.
Ketika mengetahui siapa yang tengah berada di hadapannya, Nabi Isa
segera mencium Nabi Muhammad saw. Lalu mereka melaksanakan shalat sunat.
Kini,
perjalanan mikraj sudah berada di langit keenam. Di sini mereka
menjumpai seorang laki-laki yang duduk di atas kursi cahaya. Dikelilingi
oleh para malaikat. Ia adalah Nabi Musa ‘alaihiasalaam.
Nabi Musa
menanyakan orang yang ada di hadapannya tersebut "Itulah orang yang
dirahmati oleh Allah Ta’ala. la hendak naik ke langit menjumpai
Tuhannya," ucap Jibril.
Dihampirilah
Nabi Muhammad saw oleh Nabi Musa a s. seraya berpesan bahwa apabila
telah kembali dari ‘Arsy, hendaklah singgah terlebih dahulu di
tempatnya. Agar diketahui mengenai apa-apa yang disaksikan dan diberikan
oleh Allah Ta’ala kepada Rasul saw.
Kemudian Jibril mengumandangkan adzan tanda akan didirikannya shalat bersama Nabi Musa dan para malaikat.
Perjalanan pun
dilanjutkan kembali. Menyeberangi lautan-lautan yang begitu luas dan
daerah-daerah yang penuh cahaya terang benderang. Melewati pula
daerah-daerah yang gelap. Tiap macamnya dipisahkan oleh jarak 500 tahun
perjalanan, la melewati tabir-tabir keindahan, kesempurnaan, rahasia
keagungan. Di balik itu, terdapat 70.000 kelompok malaikat yang tengah
bersujud. Mereka akan sujud dan tidak meninggalkan tempat, hingga hari
akhir kelak.
Nabi Muhammad
saw dan Malaikat Jibril kini berada di langit ketujuh Mereka menjumpai
sebuah pohon yang sangat besar. Selembar daunnya saja masih lebih lebar
dari planet bumi ini. Rasul saw meminta buah pohon tersebut kepada
Malaikat penjaganya, namun ia menolaknya karena takut kepada Allah yang
menugaskan menjaga pohon tersebut.
Jibril menegur
Malaikat penjaga itu, "Wahai Malaikat, kenapa engkau enggan memberikan
buah pohon Katubi itu. Tidakkah engkau mengenal orang yang dirahmati
Allah Ta’ala ini."
Jibril pun
mengambil buah pohon tersebut. Ternyata, di dalam buah itu
terdapat.seorang anak bidadari. Seorang wanita yang mengenakan pakaian
yang beragam coraknya. Bidadari itu akan dianugerahkan juga oleh Allah
Ta’ala kepada umat Nabi Muhammad saw yang mengikuti akhlak beliau.
Setelah
diperintahkan oleh Rasul saw, bidadari itu pun masuk kembali ke buahnya.
Setelah itu mereka berdua melanjutkan perjalanannya kembali. Di suatu
tempat, dijumpai banyak malaikat yang berada di sekitar sebuah pohon.
"Pohon apakah itu, wahai Jibril," tanya Nabi saw.
"Itulah yang dinamakan pohon Sidratul Muntaha," kata Jibril.
Dan
sesungguhnya Muhammad telah melihat Jibril itu (dalam rupanya yang asli)
pada waktu yang lain, (yaitu) di Sidratil Muntaha. Di dekatnya ada
sorga tempat tinggal. (Muhammad melihat Jibril) ketika Sidratul Muntaha
diliputi oleh sesuatu yang meliputinya. (Q.S. 53:13-16)
Pada
daun-daunnya ditulis mengenai umur setiap yang bernyawa. Nabi saw
menghampiri seorang malaikat yang menjaga pohon tersebut, dan memberinya
salam. Namun malaikat tersebut tidak menyahutnya. Jibril segera menegur
malaikat tersebut. Mengetahui mengenai keberadaan Nabi saw malaikat itu
pun segera a menjawab salamnya.
"Wahai Malaikat, apakah engkau yang menjaga (pohon) Sidratul Muntaha?" tanya Nabi saw.
"Sayalah Malaikat Maut," ujar sang Malaikat.
"Betapa banyak
orang yang meninggal dunia dalam sehari semalam. Engkaukah yang
mengambil nyawa mereka seluruhnya," tanya Nabi saw.
"Wahai
Muhammad, itulah sebabnya ada sebanyak 700.000 pimpinan laskar malaikat
pencabut nyawa. Sedangkan tiap-tiap pimpinan itu membawahi 700.000
malaikat. Saya hanya tinggal memperhatikan dedaunan itu. Jika tulisannya
tanggal, Aku perintahkan malaikat pergi menjemput nyawanya si fulan di
negeri anu," kata Malaikat Maut. "Jika
saya ingin melihat seluruh isi dunia, hanya bagaikan sebuah cangkir
yang kulihat di hadapanku. Tidak satu pun isi dunia yang luput dari
penglihatanku."
Mereka berdua
menjumpai pula sekelompok malaikat. Malaikat-malaikat tersebut disapa
oleh Nabi saw, namun mereka tidak menjawabnya. Kemudian Allah menegur
mereka. Teguran itu menghentakkan hati para malaikat tersebut. Pintanya
kepada Nabi Muhammad saw. "Mohon dengan sangat, sudikah engkau memaafkan
diriku. Sebab saya sudah ditakdirkan untuk tidak berkata-kata sebelum
dunia kiamat."
Ada lagi
kelompok malaikat yang berjumlah tujuh ribu orang. Setelah diperhatikan
oleh Nabi saw, mereka terdiri atas empat jenis wajah. Ada yang berwajah
mirip kerbau, ayam, manusia, dan macan.
Malaikat
berwajah mirip kerbau adalah kelompok malaikat yang bertugas untuk
menyebarkan rezeki bagi setiap ternak yang dimakan dagingnya. Kelompok
malaikat yang berwajah mirip manusia bertugas untuk menyebarkan rezeki
bagi setiap manusia. Malaikat yang berwajah mirip ayam bertugas untuk
menyebarkan rezeki bagi setiap hewan unggas. Sedangkan malaikat yang
berwajah mirip macan menyebarkan rezeki bagi semua binatang buas.
Di tempat lain,
Nabi saw melihat malaikat yang kepalanya berjumlah tujuh ribu. Setiap
kepala memiliki tujuh ribu rupa. Setiap rupa memiliki tujuh ribu mulut
Setiap mulutnya memiliki tujuh ribu lidah. Di dalam satu lidahnya
memiliki tujuh ribu bahasa yang dikuasainya, seluruhnya senantiasa
memuji Allah Ta’ala. Malaikat
ini selalu mendoakan keselamatan bagi orang yang berangkat menunaikan
shalat, orang yang tengah menuntut ilmu, dan mereka yang berpuasa di
bulan Ramadhan.
Kini perjalanan
sudah sampai pada tujuannya. Bumi dan langit menjadi terlihat satu, dan
hampir tidak dapat dilihat. Berada di depan hadirat Allah Ta’ala.
Jibril membawakan usungan dari sorga untuk membawa Nabi saw. Tidak
memiliki tiang dan tidak ada gantungannya. Dindingnya terpasang sutera.
Beralaskan ambal. Kemudian Rasul saw menaikinya untuk pergi ke ‘Arsy
tempat bersemayamnya Allah SWT.
Beliau harus
melewati delapan puluh dinding cahaya. Ada pula beraneka ragam cahaya
lainnya yang dapat disaksikan. Yang membuat Rasulullah saw terkesima.
Tujuan pun telah sampai. Di sini tidak ada timur dan barat; tidak
diketahui pula utara dan selatan. Merendah dirilah Sang Nabi SAW di
hadapan Allah SWT.
Firman Allah
Ta’ala berfirman kepada Nabi Muhammad SAW, "Wahai Muhammad, Aku sudah
berada di hadapanmu. Tidak ada sesuatu yang mengantarai kita. Sama
halnya dekatnya padi pada batangnya”.
Rasa takut
mulai menyelimuti diri Rasul SAW, karena dirinya kini telah ada di
hadapan Raja Segala Raja Alam Semesta. Beliau memuji Allah, "Attaahiyaatul Mubaarakaatuh Asshalawaatu Lillaah."
Allah Ta’ala berfirman, "Assalaamu ‘Alaika Ayyuhannabiyyu Warahmatullaahi Wa Barakaatuh”.
"Wa alaa Ibaadillaahis-Shaalihiina. AsyhaduAn Laa llaaha Ilallaah," ujar Nabi saw.
"WaAsyhadu Anna Muhammadan Rasuusullaahi. Kuberikan kepadamu shalat delapan puluh waktu sehari semalam. Bersama Qul Huwallaahu Ahad, QulA’uudzu, kedua-duanya, bawakanlah kepada umatmu”.
"Kujadikan alam
beserta isinya hanya karena engkau, wahai Muhammad. Banyak sekali nabi
yang Kuciptakan. Engkaulah yang paling Kukasihi. Engkau pulalah
pengganti-Ku. Adapun Jibril, hanya Kujadikan utusan. Sedangkan engkau,
wahai Muhammad, Engkaulah yang mewujudkan kemuliaan-Ku serta
Kebesaran-Ku," firman Allah Ta’ala.
Pertemuan Tuhan
dengan Makhluk-Nya itu pun berakhir. Beliau keluar dari lingkungan
‘Arsy. Usungan tadi membawa kembali dengan sendirinya kehadapan Jibril.
Nabi Muhammad saw mempersiapkan kembali perjalanannya untuk pulang ke bumi.
Dalam
perjalanan pulang itu, Nabi saw menjumpai sebuah kota. Beliau mencoba
melihat-lihat keadaan di dalamnya. Di sana dilihat ada sebuah rumah yang
dindingnya terbuat dari emas dengan berhiaskan permata yang beraneka
ragam. Tiangnya terbuat dari mutiara, dan Rasul saw mencoba melihat
rumah tersebut dari atasnya. Ada sebuah gelas yang unik. Gelas itu tidak
ada penyangganya, sedangkan di dalamnya terdapat seorang perempuan yang
cantik jelita. Badannya bercahaya lebih terang daripada sinar matahari,
apalagi bulan.
Setelah dijelaskan oleh sang perempuan itu, diketahuilah bahwa ia adalah bidadari yang dipersiapkan untuk para syuhada.
Dari tempat
ini, Nabi Muhammad saw beranjak ke suatu tempat yang di dalamnya
terdapat sebuah rumah besar. Dindingnya terbuat dari cermin yang
beralaskan batu permata merah. Dan bubungannya terbuat dari permata
zamrud. Kemudian ditemuinya pula empat buah sungai. Sungai madu,sungai
susu, sungai tuak, dan sungai air bening. Di pinggir-pinggir sepanjang
sungai tersebut berhamburan permata. Tidak lama kemudian ada seorang
malaikat yang mengambil secangkir dari setiap air sungai itu. Kemudian
dibawakan ke hadapan Rasulullah saw untuk dipilih sebagai minumannya.
Rasulullah saw
pun memilih secangkir susu. Lalu diminumnya hingga tersisa setengah
cangkir. Kemudian didengarlah ada suara yang mengatakan, "Wahai
Muhammad, seandainya engkau meminum susu itu sampai habis, maka seluruh
umatmu (akan menjadi) penghuni sorga."
Segera setelah
mendengar suara itu, Rasulullah saw akan meminumnya kembali. Namun kata
malaikat tadi, "Wahai Muhammad, sungguh sudah tidak diridhai Allah
Ta’ala."
Suara tak
berwujud itu terdengar lagi, "Sekiranya tuak itu yang engkau minum, maka
umatmu berada dalam genggaman setan Wahai Muhammad, sekiranya madu itu
yang engkau minum lebih dulu, maka umatmu akan lebih besar perhatiannya
kepada dunia daripada akhiratnya."
Dari tempat
itu, mereka berdua berjalan lagi dan menjumpai lagi komplek perumahan
yang sangat banyak jumlahnya. Dinding-dindingnya terbuat dari cermin Di
dalam setiap rumah itu terdapat empat puluh kamar. Setiap kamarnya ada
empat puluh anak bidadari yang tengah menari-nari. Menurut Jibril, itu
semua diperuntukkan bagi umat Nabi Muhammad SAW yang memiliki iman yang
tebal. Yang senantiasa memuliakan alim ulama. Serta berakhlak mulia
terhadap sesama muslim dan manusia lain.
Selanjutnya
Nabi SAW dan Jibril menyaksikan jenis tumbuh-tumbuhan yang memiliki
empat puluh rupa. Setiap rupanya berbuah empat puluh butir. Setiap
buahnya memiliki empat puluh rasa.
Rasul saw penasaran mencoba menanyakannya kepada Jibril, "Rumah apa namanya itu, sedemikian banyak tanamannya."
"Itulah
nantinya yang bakal dijanjikan untuk menjamu mereka vang mencintai
agamanya. Serta senantiasa melaksanakan shaum di bulan Ramadhan. Serta
murah hatinya terhadap sesama makhluk ciptaan Allah," jawab Jibril.
"Ceritakanlah kepada kaummu, sepanjang yang engkau lihat."
"Niscaya tidak akan percaya orang-orang Arab itu," ujar Rasul saw.
Menyahutlah Jibril, "Walaupun orang-orang Arab tidak akan mempercayaimu, dan biarkanlah pula kaum Nasrani itu mendustakanmu.”
Akhirnya mereka
berdua turun ke langit berikutnya. Di tengah perjalanan, mereka bertemu
kembali dengan Nabi Musa a.s Beliau bertanya, "Apa saja yang diberikan
Tuhan kepadamu”.
Nabi saw menjawab “Shalat delapan puluh kali sehari semalam, bersama Quran sebanyak tiga puluh Juz dan (termasuk) Al Fatihah."
"Hai Muhammad,
umatmu tidak akan mampu menunaikan shalat delapan puluh kali sehari
semalam," sahut Nabi Musa as.. "Mintalah yang ringan dalam shalat."
Mendengar saran
dari Nabi Musa itu, Rasul saw menyetujuinya dan kembali lagi ke hadirat
Allah untuk mengajukan permohonan keringanan, Allah SWT berkenan untuk
mengurangi jumlah rakaat shalat menjadi lima puluh rakaat.
Dalam
perjalanan turun kembali, mereka berdua bertemu lagi dengan Nabi Musa
a.s., dan ia menanyakan mengenai hasilnya. Setelah diberitahu, Nabi Musa
as. menyarankan lagi kepada Rasul saw, agar diberi keringan lagi,
karena umatnya masih akan tetap belum sanggup. Rasul saw lagi-lagi
menerima usulan tersebut. Dan naiklah kembali ke ‘Arsy.
Di ‘Arsy, Allah
SWT kembali menerima tuntutan keringanan jumlah rakaat shalat yang
diajukan oleh Nabi saw. Saat itu rakaat shalat menjadi 45 rakaat. Namun
ada tambahan perintah, yaitu puasa di bulan Ramadhan, puasa sunat enam
hari di bulan Syawal, dan beribadah haji.
Setelah itu,
Rasul saw kembali turun hendak meneruskan perjalanannya ke bumi. Namun,
ketika berjumpa dengan Nabi Musa a.s., dan mengetahui jumlah rakaat yang
telah diterima oleh Rasulullah saw, beliau menyarankan lagi agar minta
keringanan kembali. Akan tetapi Nabi saw merasa malu untuk kembali
meminta keringanan.
Kemudian terdengar suara, "Wahai hamba-Ku, sudah layaklah ditunaikan oleh umatmu shalat lima waktu dalam sehari semalam."
Dalam
perjalanan pulang, mereka bertemu lagi dengan Nabi Adam a.s. dan Nabi
Isa a.s. Para Nabi itu meminta kepada Nabi Muhammad saw agar
menceritakan apa-apa yang telah dialaminya itu.
TUMPAHNYA AIR LANGIT
Banjir Merendam Dunia
Nabi Nuh a.s. nama aslinya adalah Syakirin bin Malik bin Manuskah bin
Idris. Beliau hidup setelah 1056 tahun wafatnya Nabi Adam Dinamai Nuh
karena sangat seringnya ia menangis menyaksikan kaumnya yang menyembah
berhala dan penolakannya terhadap ajaran-ajaran Allah SWT yang
dibawanya. Berhala-berhala sesembahan itu ada yang bernama Wadd, Suwa,
Yaghuts, Ya’uq dan Nashr. Pada umur empat puluh tahun, ia dikaruniai
nubuat (kenabian) Selama beberapa tahun hanya seratus laki-laki dan
perempuan yang mau mengikuti seruannya untuk masuk agama Islam.
Nabi Nuh a.s.
diperintahkan oleh Allah SWT agar pada setiap pagi selalu menyeru kepada
kaumnya di Kufah. "Hai kaumku yang lalai dengan dunia dan permainan,
katakan olehmu ‘Laa ilaaha illallaahu wahdahuu laa syariikalah”, Tidak
ada Tuhan selain Allah, dan tidak ada sekutu bagi Dia’," demikian ucap
sang Nabi. “Sesungguhnya ketetapan Allah apabila telah datang tidak
dapat ditangguhkan, kalau kamu mengetahui" (Q.S. 71: 2-4).
Namun dakwah
Nabi Nuh a.s. tersebut malah menimbulkan keheranan di kalangan kaumnya,
sebab selama ini mereka hanya mengikuti keyakinan yang diterimanya
secara turun-temurun dalam menyembah berhala. Ketika Nabi Nuh a.s.
tengah berdakwah, sebagian dari kaumnya malah menutup telinganya,
sebagian dari mereka menutupi kepalanya dengan kain, dan sebagian yang
lainnya berlarian menghindari ajakan dakwah sang Nabi. Bahkan pernah di
satu kesempatan dakwahnya, Nabi Nuh a.s. dihantam dengan palu oleh salah
seorang kaumnya.
Tatkala
sadar, ia pun berucap, "Hai seluruh manusia yang durhaka, ucapkanlah
oleh kamu sekalian bahwasanya Allah Ta’ala Tuhan Yang Esa yang tiada
sekutu baginya dan bahwasanya aku dijadikan oleh Alah Ta’ala sebagai
nabi yang memberi tahu kamu terhadap siksa neraka. Dan kenikmatan sorga
bagi seluruh manusia yang mengikuti seruanku, dan disiksa oleh Allah
Ta’ala terhadap kamu yang tidak mengikutiku. Dan bahwa namaku Nuh bin
Malik."
Perkataannya
itu ternyata ditanggapi oleh kaumnya dengan hantaman palu lagi. Nabi Nuh
a.s. pun jatuh pingsan, sehari semalam lamanya.
Setelah sadar,
ia pulang ke rumahnya. "Ya Tuhanku, bahwasanya Engkau juga yang lebih
mengetahui terhadap keadaan hambamu. Di mana setiap hari kusuruh kepada
mereka untuk percaya padaku dengan mengerjakan pengabdian kepada-Mu,
supaya Kau ampuni segala dosa mereka. Mereka (malah) menutup telinganya
dengan jarinya, karena tidak mau mendengarkan perkataanku. Dan sebagian
dari mereka berlari menghindariku. Kemudian
kusuruh kepada mereka dengan perlahan-lahan, namun mereka memalingkan
mukanya dariku, katanya, engkau ya Allah, bukanlah sebenarnya Tuhanku.
Di lain kesempatan kukatakan kepada mereka bawa imanlah kamu kepada
Tuhan Yang Esa. dan kepada nabi kamu supaya diampuni oleh Allah Ta’ala
dosa kamu, maka mereka menutupi telinganya dengan jarinya. Dan sebagian
lagi menutup mukanya dengan kainnya. Hambamu pun pada malam hari telah
menyerukan kepada mereka dengan kubukakan rahasianya bagi mereka
mengenai perkataanku bahwa percayalah kamu kepada Tuhan kamu yang
bernama Allah Ta’ala. Dialah Tuhan yang sebaik-baiknya memelihara kamu
sekalian. Maka larilah mereka dariku dengan keluarga mereka."
Firman Allah
SWT kepada Nabi Nuh, "Sesungguhnya Tuhan kamu (mengetahui) bahwa seluruh
kaum itu tidaklah akan membawa iman kepadamu, melainkan segala yang ada
yang menyertaimu itulah yang mendengar perkataanmu."
Pada suatu
hari, Nabi Nuh a.s. melihat kaumnya yang tengah mengadakan jamuan di
suatu tempat. Nabi Nuh a.s pun mengingatkan kepada mereka bahwa itu
semua merupakan anugerah Allah SWT kepada mereka. "Namun kalian tidaklah
bersyukur terhadap Tuhan kamu yang menganugerahkan seluruh makanan itu
kepadamu Katakanlah olehmu bahwa Allah Ta’ala juga Tuhan kamu yang Esa
yang tidak ada sekutu bagi- Nya. Dan bahwasanya aku ini nabi kamu yang
menceritakan kepada kamu mengenai pahala sorga, dan akan disiksa di
dalam neraka jika kamu tidak percaya terhadap Dia. Dan jika kamu
bersyukur akan nikmat-Nya dan kamu beribadah kepada Dia, niscaya akan
dianugerahkan oleh Allah Ta’ala kepada kamu di dunia ini dengan
kenikmatan selama hidupmu. Dan di akhirat,,diampuni oleh Allah segala
dosamu dan kamu akan dimasukkan ke dalam sorga; kenikmatannya itu kekal;
tidak lagi berkesudahan. Ya kaumku, tidak kupinta kepadamu upah atau
sesuatu manfaat terhadap diriku dalam menyampaikan perintah Allah
Ta’ala, melainkan kepada Allah yang amat tahu terhadap keadaanku.
Bahwasanya aku ceritakan kepada kamu siksaan yang amat pedih, juga akan
didatangkan kepada kamu jika tidak percaya kepada Dia," tutur Nabi Nuh
a.s. kepada kaumnya.
Kemudian,
setelah kaum kafir mendengarkan penuturan Nabi Nuh itu, mereka
menghantam sang Nabi dengan palu, dan memerintahkan budak-budaknya untuk
melempari Nabi dengan batu.
Untungnya, pada
saat insiden itu, isteri Nabi Nuh datang dan berusaha menolong
suaminya. "Jangan kamu palu dia, karena ia itu orang gila, apakah akan
didengarkan kata-katanya?" katanya.
Orang-orang
kaya dari kaum Nuh berkata, "Jika Engkau kasihan terhadap suamimu,
enyahkanlah ia dari pertemuan ini, dan bencilah ia apabila mendengarkan
kata-katanya yang tidak berguna itu." Dan salah seorang dari mereka
berkata. "Sesungguhnya dia itu orang gila. Ingkarilah oleh kalian
terhadap dia."
Nabi Nuh as. sedih terhadap perkataan isterinya yang mengatakannya gila. Nabi Nuh pun mengadu kepada Allah SWT, "Ya Tuhanku, bahwasanya Engkau juga Tuhan yang amat mengetahui terhadap keadaan hamba-Mu yang teraniaya oleh kaumku, maka aku meminta pertolongan kepada-Mu. Engkau juga Tuhan yang sebaik-baik pemberi pertolongan."
Nabi Nuh a.s.
kemudian didatangi oleh Jibril a.s., katanya kepada sang Nabi, "Hai Nabi
Nuh, kembalilah engkau dari mereka; pulanglah ke rumahmu bahwa Tuhan
semesta alam menyampaikan salam kepadamu. Yang dipinta oleh hamba-Nya
itu telah diperkenankan. Inilah anugerah Tuhanmu kepada kamu. Biji pohon
di dalam sorga ini tanamlah olehmu. Sebelah cabangnya nanti adalah
zamrud."
Nabi Nuh a.s.
pun menuruti apa yang diperintahkan oleh Malaikat Jibril itu. Dan
memang, sebagian dari cabang pohon yang telah ditanamnya tumbuh zamrud
yang hijau warnanya,
Selama empat
puluh tahun Nabi Nuh a.s. selalu berada di dalam rumahnya; tidak lagi
berdakwah terhadap kaumnya. Lalu setelah itu, pohon itu pun tumbuh
sekitar seratus gaz’ panjangnya dan besar pohon itu pun hampir sama
panjangnya. Tumbuhnya pohon unik itu menjadi buah bibir di kalangan kaum
Nuh a.s.
Mereka pun bertanya kepada Nabi Nuh a.s., "Dari mana engkau peroleh benih pohon ini".
Nabi pun
menyahut, "Pohon inilah yang akan melepaskan kami dari siksaan Allah
Ta’ala yang akan diturunkan terhadap kamu sekalian, karena karnu tidak
percaya terhadap Dia." Mereka pun tertawa-tawa mendengar penjelasan dan Nabi Nuh a.s. ini.
Sementara itu,
di muka bumi komunitas orang-orang kafir semakin meluas; di belahan bumi
barat dan timur. Sang Nabi mengadu kepada Allah SWT, "Ya Tuhanku, telah
penuhlah atas bumi ini dari orang-orang kafir, kemudian mereka
memainkan ajaran yang aku diberikan, dan tidaklah mereka menuruti
seruanku. Makin bertambah saja kekafiran mereka kepada-Mu. Dan setelah
ia melalaikan dari jalan kebenaran, maka janganlah Kau tinggalkan di
bumi ini seorang juga dari orang-orang kafir itu. Ya Tuhanku, Engkau
juga Tuhan yang menyiksa orang-orang kafir dan melepaskan orang-orang
mukmin dari siksaan. Dan ampuni oleh-Mu dan seluruh hamba-Mu yang
percaya kepada-Mu dan aku sebagai nabi."
Jibril kemudian
mendatangi Nabi Nuh a.s., dan mengatakan, "Salamullah atasmu ya Nuh,
firman-Nya kepadamu, yaitu buatlah olehmu sebuah bahtera".
"Siapakah yang akan membuatnya, dan bagaimana cara membuatnya?" tanya Nabi Nuh.
"Tuan carilah
orang yang tahu mengenai pelayaran. Maka pohon kayu yang Tuan tanam
itulah yang akan Tuan buat sebagai bahan. Dan cabangnya yang dari zamrud
itu jadikanlah sebagal tiang-tiangnya," ujar Jibril.
Allah SWT
mendatangkan tukang-tukang pembuat perahu yang berjumlah empat orang
kepada Nabi Nuh. Keempat orang ini sanggup mengerjakan pembuatan
bahtera. Namun, mereka mensyaratkannya agar dinikahkan terlebih dahulu.
Nabi Nuh menyanggupi permintaan mereka. Di lain pihak, sang Nabi cukup
bingung untuk mencarikan calon isteri-isteri mereka, karena Nabi Nuh
hanya memiliki seorang anak perempuan saja. Sebagai tanda persahabatan,
keempat orang tukang itu dijamu oleh Nabi untuk makan terlebih dahulu
sebelum dipersilakan pulang. Dan beliau meminta kepada mereka untuk
datang lagi dua hari kemudian. Setelah beres acara makan-makan itu,
pulanglah tamu-tamu Nabi Nuh a.s. ke rumahnya masing-masing. Nabi
mengantar mereka hingga ke luar rumah.
Aneh, Nabi
masuk kembali ke dalam, dilihat di dalam rumahnya ada empat orang wanita
muda yang sangat cantik, dan semua wajahnya mirip wajah anak perempuan
Nabi Nuh. Beliau sendiri tidak tahu yang mana anak perempuannya yang
sebenarnya. Semuanya mengaku sebagai anak Nabi Nuh as. Sementara itu,
hewan-hewan peliharaannya, seekor keledai, kuda dan kucing, lenyap entah
ke mana.
Pada hari yang
dijanjikan, keempat tukang pembuat perahu datang ke rumah Nabi Nuh.
Mereka senang sekali permintaannya untuk dapat menikah dapat terlaksana.
Setelah masuk agama Islam, Nabi Nuh a.s. menikahkan mereka. "Kita akan
membuat bahtera yang tidak pernah ada orang yang membuat sebelumnya baik
dahulu maupun di masa datang. Adakah kalian dapat merencanakannya?"
ucap Nabi a.s. memulai pembahasan perencanaan bahtera. Para tukang itu
pun menyanggupinya.
Pembuatan
bahtera pun mulai dilakukan. Jibril sendiri yang memberikan
arahan-arahan kepada Nabi Nuh mengenai bentuk bahtera yang akan dibuat.
Pada tiap-tiap papannya dinamakan dengan nama-nama Nabi hingga ada empat
ribu tiga ratus empat puluh nabi. Tinggi bahtera itu adalah seribu gaz,
lebarnya empat ratus gaz, tujuh tingkat tingginya, dan pintunya ada
seratus buah. sedangkan layarnya berjumlah lima puluh buah.
Akhirnya, selesailah pembuatan bahtera tersebut. Bahtera yang masih terhampar di daratan itu menjadi tontonan kaum Nabi Nuh.
Allah SWT
berfirman kepada Nabi, "Hai Nuh, katakan kepada mereka bahwa kalian
permainkanlah Kami nanti pada waktunya, akan datang kepada kalian
bencana yang amat besar dari Tuhan kamu."
Kaumnya menyahut, "Hai Nuh. kau buat bahtera ini sebagai tempat menetapmukah di sini, ataukah kau bawa terbang ke udara?"
"Sesungguhnya
Tuhanku yang menyuruhku membuat bahtera ini, dan bahwasanya janji
Tuhanku akan menenggelamkan kamu sekalian. Sebentar lagi akan datang
siksaan itu kepada kamu," ujar Nabi Nuh a.s.. Mereka pun tertawa
terbahak-bahak mendengar perkataan dari sang Nabi itu.
Waktu berlalu,
hingga tibalah masanya persiapan untuk menaiki bahtera. Namun, ternyata
masih ada beberapa bagian dari bahtera itu yang belum dilengkapi. Dan
harus ditambah persediaan kayu lagi, akan tetapi bahannya sudah habis.
Nabi Nuh pun
mengadukan kepada Allah SWT mengenai hal tersebut. "Ya Nuh, suruhlah
dari anak cucumu pergi mengambil (kayu) untuk membuat papan itu. Ada
sebuah pohon yang sangat besar di tepi Sungai Nil. Tumbangkanlah,
kemudian olehmu perintahkan (supaya) dibawa untuk menarik bahtera itu,"
jawab Allah SWT.
Nabi Nuh lalu
menawarkan kepada anak cucunya, siapa yang sanggup menebang pohon itu.
"Siapa di antara kamu yang dapat membawakan kemari pohon, kayu yang
berada di tepi Sungai Nil?".
Namun tidak ada
seorang pun yang menyanggupinya. Seorang di antara mereka mengatakan
kepada Nabi bahwa cobalah menyuruh Ajal untuk menebang pohon itu. Ketika
ditanyakan kepada Ajal, oleh Nabi Nuh, ia pun menyanggupinya. Meskipun
ia akan diberi upah, namun Ajal hanya meminta barang sekadar makanan
saja. Nabi Nuh pun memberinya tiga buah kue (semacam) apem sebagai
bekal.
Diberi kue
sebanyak itu, Ajal malah tertawa, katanya, "Ya Nabi Allah, makanan hamba
untuk sehari lima puluh buah apem banyaknya, maka apa jadinya tiga buah
apem yang akan diberikannya itu padaku. Tentunya tidak akan
mengenyangkan perutku."
"Hai Ajal,
jangan engkau ringankan mengenai apem ini yang kekuatannya lebih dari
tiga ratus apem, makanlah olehmu apem itu, tetapi hendaklah engkau sebut
terlebih dahulu ‘BismiIlahir-Rahmaanir-Rahiim’," Nabi Nuh meyakinkan.
Benar saja, baru saja sebuah kue yang dimakan oleh Ajal, ia pun langsung
kenyang. Lalu pergilah ia untuk mengemban tugas dari Nabi Nuh ini.
Di pinggir
Sungai Nil, Ajal mulai menebang kayu. Hasil tebangannya, ia bawa sendiri
ke hadapan Nabi Nuh. Dalam perjalanan normal, perjalanan itu dapat
ditempuh selama sebulan, namun Ajal bisa menempuhnya hanya dalam waktu
lima hari.
Selesailah
sudah dengan sempurna bahtera raksasa Nabi Nuh. Orang-orang kafir tidak
hanya menertawakan bahtera tersebut, bahkan mereka membuang kotorannya
di atas bahtera. Nabi Nuh tidak kuasa melarang mereka, karena sangat
banyaknya mereka yang membuang hajat di situ.
Suatu hari, ada
seorang yang cacat dan berpenyakit yang hendak membuang hajat di atas
bahtera Nuh. Sambil merangkak, ia menaiki bahtera. Ketika sudah sampai
di atas bahtera,, ia terjatuh, dan terjerembab tepat di atas kotoran
tinja. Atas kehendak Allah SWT, orang itu sembuh. Kini ia dapat berjalan
normal kembali, dan kulitnya pun menjadi bersih.
Setelah
kejadian itu, gemparlah negeri Nabi Nuh dengan munculnya isu mengenai
‘khasiat’ dari kotoran manusia yang berada di atas bahtera Nabi Nuh.
Berbondong-bondonglah orang mendatangi bahtera itu untuk mengambil
kotoran manusia bagi penyembuhan penyakit-penyakit mereka.
Di satu hari, empat orang tukang pembuat bahtera datang bertamu ke rumah. Nabi Nuh a.s..
Nabi menanyakan
mengenai perangai isteri- isteri mereka. "Ya Nabi Allah, adapun anak
Tuan itu sangat indah parasnya, tetapi tingkahnya seperti keledai,"
jawab salah seorang di antara mereka.
"Ya Nabi Allah,
anak Tuan itu terlalu indah rupanya, tetapi kalau marah tingkahnya
seperti tingkah kucing, hendak menampar dan menggigit," jawab seorang
yang lain.
"Ya Nabi Allah,
anak Tuan itu terlalu baik parasnya, lagi amat bijaksana, namun ketika
ia marah, ia akan menendang dan menggigit seperti perangai kuda," jawab
yang lainnya.
"Ya Nabi Allah, anak Nabi itu sempurna akalnya lagi sabar dan murah. Satu pun tidak tercela," kata yang terakhir
"Jika demikian,
yang terakhir itulah anakku, dan yang tiga orang lainnya itu dengan
kudrat Allah Ta’ala-lah yang menjadikannya sebagai seorang manusia,"
ucap Nabi Nuh a.s.
Beberapa bulan
kemudian, turunlah firman Allah SWT kepada Nabi Nuh a.s. yang berisi
perintah kepadanya untuk mengunjungi Baitul Makmur. Disebabkan, Allah
akan mengangkat Baitul Makmur tersebut ke langit untuk menghindarkannya
dari terendam banjir.
Di tempat
ibadah ini, Nabi dan kaumnya menangis pilu kepada Allah SWT. Jibril
mendatangi Nuh a.s. untuk menyampaikan firman Allah SWT, Katanya,
"Salamullah atasmu ya Nabi Allah, firman-Nya, rawatlah oleh Tuan
sakinah Adam, dan bawalah ke bahteramu, yaitu pakaian Nabi Adam, Hawa,
Nabi Syis dan Nabi Idris serta seluruh bekas perkakas rumahnya yang
masih ada. Itu semua ditaruh di dalam suatu peti besar yang dinamakan
tabut sakinah. Ya Nuh, himpunkan olehmu segala bibit pohon yang ada di
bumi, binatang liar, dan binatang jinak, naikkaniah ke atas bahteramu."
Pada lantai
pertama dari bahtera Nuh, disediakan untuk rerumputan, lantai kedua
untuk manusia, binatang jinak pada lantai ketiga, binatang liar pada
lantai keempat, binatang buas pada lantai kelima, dan biji-bijian
disimpan di lantai ketujuh. Persiapan pelayaran terus dilakukan. Nabi
Nuh memasak makanan apem sebagai bekal di perjalanan. Saat makanan
tengah dimasak, terdengar bunyi mendidihnya yang keras, konon, itulah
pertanda bencana banjir yang akan segera datang.
Kini seluruh
binatang, biji-bijian, rerumputan, seluruhnya amat sangat banyaknya, dan
orang-orang mukmin siap menaiki bahtera Nuh. Ada satu binatang yang
tidak naik, yaitu Khar. Binatang ini sebenarnya adalah Iblis. Namun nabi
Nuh menyuruhnya untuk naik juga, ia pun bersedia naik ke bahtera.
Isteri Nabi Nuh, Wafilah, dan anaknya, Kan’an, juga disuruh untuk
menaiki bahtera, namun sayang, mereka enggan pergi bersama ayahnya dan
orang-orang mukmin.
Keduanya
menyahut, "Tidaklah kami akan menaiki bahtera beserta Anda , kami akan
naik ke atas bukit, niscaya terpeliharalah kami dari terendam air."
Hujan yang
sangat deras mulai mengguyur bumi. Bumi terbelah mengeluarkan air yang
begitu derasnya pula. Saat itu adalah tanggal 9 Rajab. Dan pada waktu
Nabi Nuh berumur 600 tahun.
"Maka Kami
bukakan pintu-pintu langit dengan (menurunkan) air yang tercurah. Dan
Kami jadikan bumi memancarkan mataair-mataair, maka bertemulah air-air
itu untuk satu urusan yang sungguh telah ditetapkan. Dan Kami angkut Nuh
ke atas (bahtera) yang terbuat dan papan dan kayu.” (Q.S. 54: 11-13).
Dalam Surat
yang lain dinyatakan: "Disebabkan kesalahan-kesalahan mereka, mereka
ditenggelamkan lalu dimasukkan ke neraka, maka mereka tidak mendapat
penolong-penolong bagi mereka selain dari Allah.” (Q.S. 71:25).
Ajakan dari
Nabi Nuh itu tetap ditolak oleh anaknya Kan’an. "Aku akan naik dengan
mereka ke atas bukit, maka terhindarkanlah aku dan terendam air," kata
Kan’an.
Gelombang besar
telah memisahkan mereka. Akhirnya, air sudah mencapai puncak bukit dan
kemudian menenggelamkannya Menyaksikan kejadian itu, Nabi Nuh menyesali
diri.
Munajatnya
kepada Allah SWT, “Ya Tuhanku, sesungguhnya janji Mu-lah yang
sebenarnya. Telah menyesallah hatiku menyaksikan keadaan anak cucuku
yang telah tenggelam. Maka tidaklah dapat bersabar hamba-Mu, ya Tuhanku.
Ya Tuhanku, jika kiranya Engkau kembalikan penghuni rumahku, dan
isteriku, dan anak cucuku kepadaku maka sesungguhnya janji-Mu juga yang
sebenarnya dan Engkau juga yang Maha Benar dan Engkau Tuhan vang Maha
Pemberi Hukuman dan segala yang menghukum yakni yang Maha Tahu dari
segala yang mengetahui."
Allah SWT
menjawab, "Hai Nuh, bahwasanya mereka itu adalah bukan dari penghuni
rumahmu, sesungguhnya mereka melakukan pekerjaan yang tidak baik, maka
bukanlah ia dari anak cucumu. Adapun mereka yang percaya terhadap Aku
itulah, yang merupakan termasuk anak cucumu. Maka janganlah kautanyai
kepada-Ku terhadap apa-apa yang tidak engkau ketahui tentang hal itu.
Dan Kuciptakan engkau, (maka) hendaklah engkau jangan termasuk orang
yang bodoh”.
Nabi Nuh a.s. merasa bersalah atas munajatnya tersebut, ia pun memohon ampunan. “Bismillaahi majreha wa mursaha inna Rabbi laghafuururrohiim”.
Riwayat Lahirnya Babi, Tikus, dan Kucing
Bahtera yang
membawa orang-orang mukmin dan makhluk-makhluk lainnya berlayar dengan
tempat tujuan yang belum pasti. Sementara itu disebabkan oleh banyaknya
makhluk hidup di atas bahtera, dan pengaturan pembuangan kotoran manusia
dan binatang yang tidak memadai, akhirnya di atas bahtera dipenuhi oleh
kotoran para penumpangnya. Nabi Nuh pun memohon kepada Allah SWT untuk
menghilangkan kotoran yang menumpuk itu.
Melalui Jibril,
Allah SWT memerintahkan kepada Nabi Nuh untuk menyapu dahi seekor
gajah. Setelah diikuti perintah itu, keluarlah dari belalai tersebut
sepasang babi. Oleh binatang itu, kotoran-kotoran di dalam bahtera
dimakannya. Para pengikut Nabi Nuh keheranan menyaksikan takdir Allah
yang demikian. Namun oleh Iblis, yang ikut di dalam bahtera itu, bagian
belakang dari babi itu disapunya. Lalu muncullah dari hidung babi
tersebut sepasang tikus Tikus-tikus itu ternyata menggerogoti
papan-papan bahtera dan barang-barang yang ada. "Dari mana sebab
datangnya semua ini dihabisi seluruh isi bahtera ini," ujar Nabi Nuh
heran.
Jibril
mendatangi beliau, dan mengatakan, "Iblislah yang empunya kerjaan itu.
Disapunya bagian belakang babi, kemudian keluarlah binatang itu, ya Nuh.
Sapulah oleh Tuan bagian belakang harimau itu, niscaya dikeluarkan oleh
Allah Ta’ala binatang yang membunuh tikus itu”.
Benarlah,
tatkala Nabi mengusap bagian belakang harimau, maka keluarlah sepasang
kucing yang kemudian segera memburu tikus-tikus sebagai makanannya.
Demikianlah, sejak kejadian itu, tikus dengan kucing menjadi bermusuhan.
Nabi Nuh a.s.
penasaran terhadap perbuatan Iblis, maka ia pun bertanya kepadanya, "Apa
sebabnya engkau sapu bagian belakang babi itu, adakah firman Allah
terhadap hal yang demikian itu?"
Iblis menyahut,
"Kulihat Tuan menyapu belalai gajah, maka dikeluarkan oleh Allah Ta’ala
sepasang babi. Maka kusapu pula bagian belakang babi, maka Allah
mengeluarkan tikus. Bahwa kehendak Tuan pun dikabulkan, dan kehendak aku
pun dikabulkan juga oleh Allah Ta’ala."
"Siapa yang menyuruh engkau naik ke atas bahtera ini beserta kami?" tanya Nabi Nuh kepada Iblis.
"Bahwasanya
yang menyuruhku itu keinginan diriku sendiri juga. Telah berpuluh-puluh
laksa2 kaumu hingga tidak terbilang banyaknya, dan mereka, menurutku,
mereka dibinasakan oleh Allah Ta’ala karena sebab Tuan. Maka keinginan
hamba hendak membinasakan seluruh isi bahtera ini., padahal hamba
mengetahui tidaklah dapat melewati takdir Allah Ta’ala," jawab Iblis.
Nabi Nuh marah
dan mengusir iblis ketika mendengar pengakuannya. "Mengapa sekarang Tuan
mengusir, sedangkan dahulu Tuan suruh naik kepada binatang khar itu?"
sergah iblis.
Nabi Nuh berada
di dalam bahtera dimulai tanggal 9 Rajab hingga 10 Muharam. Di bulan
Muharam itu, datanglah Jibril kepada Nabi Nuh, dan mengatakan,
“Salamullah atasmu ya Nuh, telah jauhlah engkau dari orang- orang kafir,
dan telah sejahteralah engkau terhadap kebinasaan seperti firman Allah
Ta’ala: ‘Hai Bumi telanlah olehmu air itu. Dan, hai langit, tahanlah
olehmu air itu’."
Maka redalah
air hujan. Kemudian bahtera bertawaf, tujuh keliling di Ka’bah. Setelah
selesai, rombongan melaju ke arah wilayah Syam. Daerah-daerah perbukitan
yang ada di bumi telah dilaluinya. Bahtera kini berada di atas bukit
Yudiy (Yudiy adalah salah satu bukit yang terletak di wilayah Armenia
bagian selatan, berbatasan dengan Mesopotamia). Perlahan-lahan air pun
mulai surut.
Firman Allah
kepada Jibril, “Hai Jibril, belahlah olehmu bumi supaya cepat surut
airnya, karena hamba-Ku, Nuh, dengan orang-orang yang menyertainya itu
bertahan di dalam bahtera”.
Jibril pun
menuruti apa yang Allah perintahkan itu. Dengan sayapnya ia membelah
bumi sehingga terbentuklah tujuh samudera lautan yang sangat dalam
hingga ke lapisan ketujuh dari bumi. Kemudian sampai kepada tempatnya
ikan Nun yang bernama Bahrul Qudrat. Beberapa hari kemudian air pun
mulai surut. Ketika air sudah, surut, Bahtera Nuh berlabuh di atas bukit
Yudiy.
Mengapa Itik Tidak Bisa Terbang dan Burung Merpati Jinak?
Nabi Nuh
menyuruh hewan itik agar melihat keadaan surutnya air. Sang itik sangat
senang mendapat perintah demikian. Namun ia hanya terbang kesana-kemari
tidak karuan, sehingga si itik melupakan perintah dari Nabi Nuh a.s.
Sementara itu, Nabi tetap bersabar menanti kedatangan itik, namun hewan
ini tidak juga datang. Kemudian Nabi pun menyuruh burung merpati untuk
memeriksa surutnya air.
Tatkala merpati
melihat merah kakinya yang direndam di air, barulah ia dapat mengetahui
bahwa air sudah surut. Lalu dilaporkanlah apa yang sudah diperiksanya
itu.
Nabi senang
atas kerja dari burung merpati, ia pun memanjatkan do’a kepada Allah "Ya
Tuhanku, kiranya Kaujinakan burung itu kepada manusia, dan manusia pun
mengasihi kepadanya, dan peliharalah burung itu oleh mereka."
Sementara itu,
beberapa hari kemudian datanglah itik kepada Nabi Nuh. Nabi cukup marah
melihat kedatangan itik, ucapnya, "Hai hewan itik, kiranya akan diambil
oleh Allah kekuatan sayapmu untuk terbang dan adalah engkau mencari
kehidupanmu pada tempat-tempat yang kotor di tempat bawah manusia."
Oleh karena itu, sejak saat itulah itik tidak lagi bisa terbang tinggi, sedangkan burung merpati menjadi jinak.
Pembuatan Khamar Pertama oleh Iblis
Dengan surutnya
air, rombongan Nabi Nuh mulai turun dari bahtera. Kemudian Jibril
datang, dan berujar, "Ya Nabi Allah, keluarkanlah oleh Tuan segala benih
pohon buah-buahan itu, kemudian tanamlah oleh tuan."
Seluruh biji
pohon sudah dikumpulkan, namun Nabi Nuh tidak mendapati biji anggur.
Ketika ditanyakan kepada Jibril mengenai kehilangan itu, dijawabnya
bahwa biji tersebut telah dicuri oleh iblis, dan Nabi Nuh disuruh
mengambilnya kembali.
Nabi Nuh pun
menemui Iblis dan memintanya kembali biji anggur yang telah dicurinya.
Namun Iblis mengelak dari tuduhan itu. Nabi sendiri bersikukuh bahwa
iblislah yang mencuri anggur, karena Allah-lah yang memberitahunya
Akhirnya Iblis pun mengakuinya.
Setelah minta
perjanjian kepada Nabi Nuh agar ia ikut menyiram (memanen)-nya setelah
Nabi menyiramnya dua kali, maka ia akan mengembalikan barang curian itu.
Nabi pun menyanggupinya. Nabi Nuh menanam benih anggur yang sudah
dikembalikan oleh iblis, dan menyiramnya (memanen) dua kali.
Giliran Iblis
yang mengurusi pohon anggur selanjutnya. Namun iblis menyirami pohon
anggur itu dengan air kencingnya sebelum tumbuh, dan dengan darah babi
dan anjing setelah mulai tumbuh tinggi. Oleh karenanya, orang yang
meminum anggur yang memabukkan, maka perangainya seperti babi dan
anjing. Sehingga orang yang meminum arak, dirinya akan menjadi sombong
dan menjadi jahat. Oleh karena itulah, Allah mengharamkan meminum arak.
Setelah selesai
keinginan Iblis untuk memanen anggur dengan ‘gayanya’ sendiri, ia
menghadap kepada Nabi Nuh. Nabi Nuh mengajukan pertanyaan, "Ya Iblis,
dengan air apa kausiramkan pohon anggur itu?" Iblis menyahut,
"Ya Nabi Allah,
telah kusiramkan dengan darah babi dan anjing. Bahwasanya keinginan
Nabi Allah pun dilaksanakan, dan kehendakku pun terlaksana, yaitu dengan
dikabulkannya seperti sekarang, dan tiadalah dapat berdusta hamba
kepada tuan. Maka tanyalah kepada hamba apapun yang Tuan inginkan, dan
tidak dapat tidak hamba akan katakan apapun yang sebenarnya”.
Iblis Membuka Rahasianya
"Hai
Laknatullah, apa kesalahanku kepadamu maka engkau mendengki kepadaku,
dan kepada anak cucu Nabi Adam, karena kulihat engkau ini lain dari apa
yang diucapkan, dan hendak menimpakan kejahatan seperti orang yang
mendengki," kata Nabi Nuh.
Iblis menyahut,
"Bahwasanya aku tidak dapat durhaka kepada engkau, dan tidak berhasil
tipu dayaku terhadap engkau dan para nabi Allah. Hanya saja, selain dari
itu, dapat kuceritakan bahwa orang yang tidak berhasil terpedaya olehku
adalah orang yang sangat ikhlas dan takut hatinya kepada Allah Ta’ala.
Sesungguhnya telah kupinta do’a kepada Allah Ta’ala, dan telah
dikabulkan Allah Ta’ala permohonanku itu hingga hari kiamat, dan telah
berapa ratus ribu dari makhluk-makhluk yang dimatikan oleh Allah Ta’ala
tetap dalam kekafirannya agar penuh neraka dengan mereka ini. Demikian
itulah yang dikehendaki olehku."
Nabi Nuh a.s.
menangis ketika diceritakan hal itu. Beliau menangisi nasib umatnya
kelak yang akan banyak dijerumuskan oleh iblis ke dalam neraka. Iblis
kembali berkata, "Hai Nuh, engkau bernama Syakirin yang artinya pandai
bersyukur, itulah maka tidaklah dapat aku mendekatimu dan tidak dapat
aku berdusta kepadamu, karena engkau bapak dari segala anbiya
‘alaihimussalaam."
Nabi Nuh
menanggapinya, “Hai laknatullah Ta’ala atas kepalamu, kutukannya
kepadamu oleh karena apa? Sehingga engkau bekerja membuat bencana
terhadap anak cucu Nabi Allah Adam ‘alaihissalam, dan karena apa engkau
mengajak kepada Nabi Adam a.s. sedangkan tidak seorang nabi pun yang
berbuat jahat kepadamu. Kemudian kau tipu Nabi Adam, dan kau suruh ia
memakan buah pohon yang dilarang untuk memakannya oleh Allah Ta’ala.
Sehingga menjadi turunlah ia ke bumi dari tempat sebelumnya yang mulia.”
Iblis menyahut,
"Tidakkah Tuan mengetahui bahwa oleh sebab Adamlah maka aku terkena
laknat Allah. Oleh sebab itulah maka kuminta kepada Allah Ta’ala empat
perkara yang kukenakan kepada anak cucu Adam. Pertama, saling mendengki
di antara mereka. Kedua, tamak dan mengambil harta sesamanya dengan cara
yang tidak benar. Ketiga, membesarkan dirinya, dan mengangkat dirinya
dengari sikap takabur dan dusta. Keempat, kikir; karena sikap inilah
yang terbanyak akan memenuhi api neraka."
Nabi Nuh
berujar, "Hai Iblis, sesungguhnya engkau dimurkai Allah Ta’ala itu
dikarenakan engkau mengabaikan perintah Tuhanmu Yang Maha Tinggi dan
Maha Besar. Dan tidak karena perbuatan Nabi Adam atau perintahnya,
sedemikian sehingga engkau menjadi kena laknat. Jika ada yang lain
sebelumnya dari hal ini, katakan olehmu kepadaku supaya dapat
kuketahui."
Iblis menjawab,
"Ketahuilah olehmu Nuh, beberapa ratus tahun aku berbakti kepada Allah
Ta’ala hingga kemudian aku sampai ke langit lapisan ketujuh. Kemudian
aku bermohon pula kepada Allah Ta’ala untuk turun ke bumi untuk berbuat
kebaktian bersama malaikat yang menyertaiku”.
"Beberapa ratus
tahun aku sujud kepada Allah Ta’ala dengan segenap pengabdianku dan
sikap takutku kepada Dia. Kemudian aku beserta para malaikat yang
menyertaiku, diperintahkanlah oleh Ta’ala untuk sujud kepada Adam.
Kemudian datang bencana bagiku bahwa di dalam hatiku tidak mau sujud
kepada Adam. Maka dimurkailah aku oleh Allah Ta’ala dengan turunnya
laknat. Akulah yang pertama yang mendengki dan akulah yang pertama
kalinya pula menyombongkan diri terhadap Adam. Sehingga kulalaikan
perintah Allah Ta’ala dengan tidak mau sujud kepada Adam disebabkan oleh
sikap takaburku. Kukatakan terhadap diriku bahwa aku melebihi daripada
Adam. Maka sejak hari itulah jatuh laknat atas kepalaku, disebabkan oleh
perkataanku kepada Tuhanku, ‘Kauciptakan aku dari cahaya api, dan
Kauciptakan Adam dari tanah. Sehingga tidaklah harus cahaya bersujud
kepada yang kelam itu!”.
"Dalam
perkataanku menyatakan bahwa akulah yang terbaik daripada Adam, kemudian
tiba-tiba jadilah aku lebih jahat darinya dengan memperoleh murka dan
laknat, sebab menyombongkan diriku kepadanya dan mendengki terhadap dia.
Oleh sebab itulah, maka aku dikeluarkan oleh Allah dari kelompok para
malaikat yang banyak itu. Demikianlah, tidak ada dosaku satu pun kepada
Allah Ta’ala yang lain kecuali itu. Selanjutnya kuperbuat bencana kepada
Adam dengan kutipu dia. Kusuruh memakan buah khuldi pohon yang dilarang
oleh Allah Ta’ala kepada Adam untuk memakannya. Kataku kepada Adam
bahwa jika engkau memakan buah pohon ini, niscaya kekallah engkau di
dalam sorga ini, kemudian diturutinya perkataanku itu”.
"Setelah
dimakan buah itu oleh Adam dan Hawa, disebabkan oleh rakusnya untuk
mengharapkan tidak mati sekalipun, maka keluarlah ia dari dalam sorga.
Kemudian ditemui oleh mereka duka cita dan kejahatan serta kematian di
dalam dunia ini. Dan telah diturunkan ketetapan terhadap aku bahwa
neraka sebagai tempatku selama-lamanya”.
"Ketika Allah Ta’ala menciptakan sorga Jannatul Firdaus
dengan segala tanaman dan sungainya dan berbuahlah seluruh pepohonan
itu dengan tidak berkesudahan. Maka firman Allah Ta’ala kepada sorga,
‘Sesungguhnya Kudapatkan engkau haram atas semua orang yang kikir dan
takabur masuk kepadamu, dan enggan (merindukan) kepadamu’. Oleh karena
itulah yang terbanyak masuk ke dalam neraka itu orang yang kikir dan
takabur’.
Setelah menjawab pertanyaan-pertanyaan dari Nabi Nuh itu, Iblis pun memberi salam dan pergi meninggalkan Nabi.
Mendengar
pengakuan dari Iblis itu, semakin mendalamlah kesedihan Nabi Nuh.
Kemudian turun firman Allah kepadanya, melalui Jibril, "Hai Nuh,
turunlah engkau dari bahteramu penuh dengan kesejahteraan, dan Kami beri
berkah atasmu dan umat yang menyertaimu, dan seluruh umat yang kemudian
dari golonganmu akan Kami anugerahi mereka kesenangan. Kemudian, akan
Kami rasakan kepada mereka siksaan yang amat pedih di negeri akhirat
(jika mereka durhaka). Hai Nuh, buatlah olehmu sebuah mesjid sebagai
tempatmu beribadah kepada Aliah Ta’ala dari kayu bahteramu itu".
Mesjid pun
segera dibuat oleh Nabi dan delapan puluh orang laki-laki yang
menyertainya. Diceritakan bahwa tiga orang putra Nabi Nuh. Yafiah
menurunkan anak cucunya menjadi bangsa Habsyah dan Hindustan; Syam
menjadi bangsa ‘Azam, Masqulan, dan Turki; sedangkan Ham menjadi bangsa
Romawi dan Arab.
Pada umur 1000
tahun, Nabi Nuh wafat. Sebelum wafatnya, beliau berwasiat kepada anak
cucunya, "Hai seluruh anak cucuku, bahwasanya kulihat dunia ini seperti
suatu rumah juga, kita masuk dari satu pintu, kemudian kita akan keluar
dari satu pintu (lainnya). Hanya saja, janganlah engkau ubah janji Allah
Ta’ala yang telah mengikat janji dengan kalian. Sesungguhnya Allah
Ta’ala tidak mengubah janji-Nya dengan kamu."
Setelah
kepergiannya ke Rahmatullah, semakin menyebarlah anak cucunya ke penjuru
dunia. Beberapa lama kemudian, banyak dari mereka yang berbuat durhaka
kepada Allah Ta’ala.
Kisah Keluarnya Adam-Hawa dari Surga
Masuknya Iblis ke dalam sorga untuk memperdaya adam.
Setelah Adam dinobatkan sebagai khalifah, beliau kemudian tinggal dalam
sorga Janatul Firdaus bersama istrinya Hawa. Adam
berpikir bahwa seluruh pintu sorga begitu kokohnya; tidak mungkin dapat
dimasuki oleh Iblis. Di samping itu, katanya dalam hati, bahwa apa
kesalahannya terhadap Iblis, lagi pula Iblis sangat jauh dengan dirinya
yang berada di bumi, dan Adam as. di sorga.
Iblis
senantiasa mencari jalan ingin memperdayakan Adam a.s., hingga
membinasakannya. Iblis mulai mencari kesempatan untuk menyesatkannya.
Iblis pun pergi dari bumi lapis pertama, menuju sorga yang melalui tujuh
lapis langit.
Singkat cerita,
iblis telah tiba di depan pintu sorga. Dengan sabar ia menanti
terbukanya pintu itu. Tiba-tiba datang ke dekat pintu sorga seekor
burung merak. Merak melihat ke luar melalui celah-celah dinding sorga,
karena didengarnya ada suara tangisan di sana.
"Siapa engkau ini?" tanya merak.
"Aku ini seorang malaikat di antara para malaikat yang banyak. Dan aku sangat ingin bertemu dengan engkau," jawab Iblis.
"Mengapa engkau duduk di sini. Apa dayamu hendak bertemu dengan aku ini?" tanya merak lagi.
"Marilah engkau
berdiri di pintu sorga ini, agar diajari padamu suatu do’a. Dan adalah
do’a yang hendak kuajarkan ini tiga hal khasiatnya akan dianugerahkan
oleh Allah Ta’ala kepada siapapun yang mengamalkannya. Pertama, muda
selama-lamanya; kedua, tidak mati selama-lamanya; dan ketiga, ia tidak
akan keluar sorga selama-lamanya," ujar Iblis.
"Aku tidak dapat membuka sorga, pintu sorga ini dikunci oleh Malaikat selama Adam di dalam sorga," tandas merak.
“Bicarakan juga olehmu mengenai (caranya) membuka pintu sorga," kata Iblis lagi.
Kemudian burung
merak itu berlalu untuk memberitahukan kepada penghuni sorga yang lain
mengenai kejadian yang telah dialaminya itu. Kebetulan makhluk pertama
yang ditemuinya adalah ular. Setelah diberitahu, ular pun segera
menghampiri ke dekat pantu sorga. Ternyata di luar, Iblis tengah
menangis, maka ular pun menengokkan kepalanya ke luar melalui
celah-celah dinding.
Melihat ada
yang memperhatikan tingkah Iblis, ia pun bicara, "Hai ular, pelajarilah
olehmu apa-apa yang berasal dari aku (berupa) do’a ini, agar engkau
terhindar dari bahaya kejahatan, serta aku minta janji darimu untuk
membawaku ke dalam sorga ini."
Ular
menegaskan, "Aku tidak dapat membuka pintu sorga ini selama Adam berada
di dalamnya, karena sorga ini dikunci oleh Malaikat, dan kuncinya berada
pada dia."
"Aku tidak bisa
menjejakkan kakiku (ke dalam) sorga, melainkan (hanya) pada pintu sorga
ini. Tetapi bukalah mulutmu supaya aku dapat masuk ke dalam mulutmu,"
kata Iblis.
Gumam ular dalam hatinya, "la tidak akan dapat masuk ke dalam mulutku."
Ular pun
akhirnya mau mengangakan mulutnya. Iblis segera melompat masuk ke dalam
mulut ular. Iblis meminta kepada ular, "Hai ular, bawalah aku olehmu ke
pohon khuldi itu."
Setelah sampai
di tujuan, Iblis segera ke luar, dan duduk di pohon itu. Untuk menarik
perhatian penghuni sorga, ia menangis dengan kerasnya. Terkejutlah para
penghuni sorga yang mendengar suara tangisan tersebut. Disebabkan tidak
pernah ada sebelumnya yang menangis di dalam sorga. Para Bidadari yang
mendengarnya segera mendekati ke arah suara tangisan. Hawa, dari
kejauhan melihat para Bidadari tengah berkerumun, ia pun mendekati
mereka, seraya berkata, "Ada apa dengan kaiian berkerumun seperti ini?"
Sahut
bidadari’itu, "Pada ular ini terdapat seseorang di dalam mulutnya.
Siapakah ia, tidak ada seorang pun dari kami yang mengetahui."
Mengetahui ada Hawa di depannya, Iblis memalingkan wajahnya ke arah Hawa.
Hawa bertanya kepada Iblis, "Hai Orang Tua, siapa Engkau, dan dari mana datangmu, dan apa yang Engkau tangiskan itu?"
Jawab Iblis,
"Hai Orang Muda, sesungguhnya aku ini (berasal) dari malaikat, dan yang
aku tangiskan itu karena engkau akan dikeluarkan oleh Allah Ta’ala dari
dalam sorga ini. Jika engkau hendak kekal di dalam sorga ini, makanlah
olehmu buah pohon ini, niscaya tidaklah engkau akan keluar lagi di dalam
sorga ini selama-lamanya." Lanjutnya, "Aku yang menunjukkan tempat
pohon itu. Makanlah olehmu buahnya. Sesungguhnya jika engkau makan itu,
niscaya kekallah engkau di dalam sorga ini. Tidaklah engkau ke luar dari
dalamnya."
Tegas Hawa,
"Aku dilarang oleh Allah Ta’ala dan memakan buah pohon itu. Bagaimana
engkau ini, menyuruh aku untuk memakan buah pohon itu?"
"Ketahuilah
olehmu bahwa itulah hikmah Allah hendak mengeluarkan engkau ke dunia
lagi Engkau akan dijadikan tua oleh-Nya, jadi buruklah rupamu. Jika kau
makan buah pohon itu, tidaklah engkau (akan) merasakan kejahatan lagi,"
bujuk Iblis mulai berupaya menyesatkan bangsa manusia. Seraya bersumpah
dengan nama Allah dan beberapa sumpah yang besar-besar.
Hawa mulai
luntur keyakinannya terhadap perintah Allah untuk tidak memakan buah
khuldi. la mulai berpikir bahwa orang ini telah bersumpah dengan nama
Allah Ta’ala yang Maha besar, tentunya karena ingin menunjukkan jalan
kebaikan kepadanya. Dan dia (iblis) bersumpah kepada keduanya,
Sesungguhnya saya adalah termasuk orang yang memberi nasehat kepada kamu berdua". (Q.S. 7:21)
Akhirnya, Hawa
pun berhasil dibujuk oleh iblis. Diambilnya tiga buah pohon khuldi yang
dilarang itu. Satu telah dimakannya, sedangkan sisanya akan diberikan
kepada suaminya, Adam a.s.
Tatkala diberikan kepada Adam as., ia pun bertanya: "Buah apa ini"
Sahut Hawa, "Inilah buah dari pohon yang dilarang oleh Allah Ta’ala itu. Tuan hamba, makanlah satu (saja). Hamba makan sebuah"
Adam bertanya lagi, "Bagaimana rasanya buah ini?"
"Amat baik cita rasanya," jawab Hawa.
"Aku tidak mau memakannya," ujar Nabi Adam a.s..
“Hamba sudah makan itu. Mengapa Tuan hamba tidak mau memakannya," bujuk Hawa.
"Karena aku
sudah bersetia dengan Tuhanku, tidak boleh, bahwa aku dilarang memakan
buah pohon itu, maka tidaklah aku mau mengabaikan perintah Tuhanku,"
tegas Nabi Adam a.s.
Dan
sesungguhnya telah Kami perintahkan kepada Adam dahulu, maka ia lupa
(akan perintah itu), dan tidak Kami dapati padanya kemauan yang kuat.
(Q.S. 20:115)
Hawa mencari
akal agar Nabi Adam a.s. dapat memakan buah khuldi. Dicobanya satu cara
yang dianggapnya bakal berhasil, yaitu dengan memberi khamar’ kepada
Nabi Adam a.s.. Setelah diminum oleh Adam a.s., membuatnya menjadi lupa
terhadap janji setianya kepada Tuhan mengenai larangan memakan buah
khuldi. Hatinya pun tertutup. Mulailah diambil buah khuldi itu dari
tangan Hawa. Adam a.s pun memakannya. Namun, baru saja sampai di
kerongkongannya, maka terlepaslah mahkota yang dikenakan di kepalanya;
jatuh, lalu terbang. Selurun perhiasan Adam dan Hawa pun tiba-tiba
terlepas dan tubuh keduanya, lenyap tidak berbekas. Kursi kebesaran adam
yang terbuat dari emas dengan bertahtahkan ratna-mutumanikam pun lenyap
Lalu tubuh mereka kini tanpa busana sama sekali.
Maka keduanya
memakan dari buah pohon itu. lalu nampaklah bagi keduanya aurat-auratnya
dan mulailah keduanya menutupinya dengan daun-daun (yang ada di) sorga,
dan durhakalah Adam kepada Tuhan dan sesatlah ia. (Q.S. 20:121)
Lalu keduanya
berlari-lari melihat kepada satu pohon yang akarnya terbuat dari zamrud,
dan seluruh cabangnya dari emas, dedaunannya terbuat dari sundusin dan
astabraqin. Adam pun berdo’a, "Ya Tuhanku, baik sekali pohon ini, indah
nian rupanya. Kau anugerahkanlah kiranya kepada hamba-Mu ini."
Namun Allah SWT
belum memperkenankan permintaannya itu. Lalu Adam mencari pohon lagi.
Kali ini ia menjumpai sebuah pohon yang bernama Al-Jabbar. Namun, pada
saat akan mengambil daunnya, si pohon tersebut tiba-tiba meninggikan
dirinya. Ada lagi pohon yang bernama Ud. Adam meminta kepada pohon itu
dedaunannya. Pohon Ud pun memberikan sebagian dedaunannya. Namun,
terdengar suara: "Hai pohon-Ku, Ud, pertolonganmu itu akan sia-sia,
karena yang kau tolong itu (telah) mengabaikan perintah-Ku."
Pohon Ud pun
meninggikan dirinya. Sedangkan Adam dan Hawa berlari-lari di dalam sorga
karena sangat kalutnya Ketika Adam dan isterinya tengah berlari-lari
ketakutan, terdengar suara menyahutnya, "Hai Adam."
Namun Adam tidak menanggapinya. Dua kali lagi sahutan suara itu muncul. Lalu Jibril menyeru kepada Adam, "Hai Adam. Tuhanmu memberi firman kepadamu. Mengapa engkau tidak menyahut."
Lalu muncul lagi suara lain: "Larilah engkau dari-Ku."
Adam memelas sedih, "Malu sekali hamba ke hadirat-Mu, ya Tuhanku."
Allah
berfirman, "Adam. tidakkah sudah Kutegaskan padamu bahwa jangan kau
makan buah dari pohon itu. Tidakkah Kuajari kepadamu bahwa Iblis itu
musuhmu yang nyata. Maka Adam berucap lirih:
Keduanya
berkata, "Ya Tuhan kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri dan
jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami,
niscaya pastilah kami termasuk orang-orang yang merugi" (Q.S. 7:23)
Adam dan Hawa Diturunkan ke Bumi
Allah SWT
kemudian memerintahkan kepada Jibril untuk mengeluarkan Adam dan
isterinya, merak, ular, dan Iblis yang masih berada di dalam sorga ke
dunia
Mengetahui akan dikeluarkan dari sorga, Adam berdiri dan menyeru-nyeru sambil menangis, karena akan berpisah dengan tempat yang dicintainya itu. Namun apa mau dikata, takdir berbicara lain. Inilah awal dari perjalanan kehidupan manusia selanjutnya yang sangat berliku-liku dan begitu ragam corak dan dinamikanya hingga datang hari kiamat kelak. Sejarah kehidupannya menjadi pelajaran bagi anak cucunya. Kini ia dan isterinya akan diturunkan ke muka bumi. Pada mulanya pun, di bumi akan diangkat sebagai khalifah pengganti Iblis adalah Adam. Namun tentunya, pada mulanya Tuhan berkehendak prosesnya tersebut sesuai dengan harapan-Nya. Namun, sejarah berbicara lain: Adam ‘dipaksa’ segera menempati bumi, karena kekhilafannya sendiri. Jika Adam tidak memakan buah khuldi, mungkin saja proses turunnya ke dunia tidak akan secepat itu, dan tragedi perpisahan yang sangat lama mungkin tidak akan terjadi.
Mengetahui akan dikeluarkan dari sorga, Adam berdiri dan menyeru-nyeru sambil menangis, karena akan berpisah dengan tempat yang dicintainya itu. Namun apa mau dikata, takdir berbicara lain. Inilah awal dari perjalanan kehidupan manusia selanjutnya yang sangat berliku-liku dan begitu ragam corak dan dinamikanya hingga datang hari kiamat kelak. Sejarah kehidupannya menjadi pelajaran bagi anak cucunya. Kini ia dan isterinya akan diturunkan ke muka bumi. Pada mulanya pun, di bumi akan diangkat sebagai khalifah pengganti Iblis adalah Adam. Namun tentunya, pada mulanya Tuhan berkehendak prosesnya tersebut sesuai dengan harapan-Nya. Namun, sejarah berbicara lain: Adam ‘dipaksa’ segera menempati bumi, karena kekhilafannya sendiri. Jika Adam tidak memakan buah khuldi, mungkin saja proses turunnya ke dunia tidak akan secepat itu, dan tragedi perpisahan yang sangat lama mungkin tidak akan terjadi.
Sebagai
kenang-kenangan dari sorga, ia mengambil sepenggal kayu sebagai tongkat –
yang konon, tongkat ini nantinya akan menceritakan sangat banyak
mukjizatnya tersendiri. Berjalanlah mereka keluar dari sorga. Adam
paling depan, menyusul Hawa, kemudian merak serta ular di belakangnya,
dan terakhir adalah Iblis. Adam diturunkan di Sarandeep (India). Hawa di
Jeddah, merak di laut, ular di Isafahan, dan iblis di Basrah (Irak).
Dengan
diturunkannya ke bumi, Adam selalu menangis, karena penyesalannya telah
melanggar perintah Allah SWT. Konon, sampai dua ratus tahun atau tiga
ratus tahun lamanya ia menangis. Seraya mengucapkan do’a pengampunan:
‘Robbanaa zolamnaa an fuusanaa wa Ham taghfirlaanaa wo tarhamnaa lankkuunanna mi nal khoosiriin’.
Begitu banyak
air matanya yang mengalir, terbentuklah menjadi aliran-aliran sungai.
Dan tebing-tebing sungai itu terbentuk pula kurma, delima, gahru,
ababar, cendana, kayu, dan qarnafal. Seekor binatang yang bernama
Tha’irun-nassar melihat Adam menangis, ia ikut pula menangis.
Binatang-binatang lain yang mengetahuinya ikut pula menangis. Sementara
itu, Hawa pun sama pula menangis. Dari air matanya, jadilah celak dan
hinai. Sedangkan yang mengalir ke laut menjadi mutiara yang nantinya
menjadi perhiasan.
Hingga pada
satu hari, Jibril datang kepada Nabi Adam a.s., dan berkata: "Hai Nabi
Allah Adam, hajja qobla minal maut, naik hajilah engkau terlebih dahulu
sebelum mati."
Begitu mendengar kata mati, Nabi Adam as. bergetar ketakutan. "Ke mana jalanku Jibril?" tanya Nabi Adam.
"Ka’bah Allah Ta’ala” jawab Jibril
Menerima
perintah itu, Nabi Adam a.s. pun berangkat menunaikan ibadah haji.
Konon, wilayah yang menjadi tempat pemberhentian Nabi Adam a.s., kelak
akan menjadi negeri yang makmur.
Berapa waktu
lamanya Adam a.s. mengadakan perjalanan. Akhirnya, sampai juga di Baitul
Makmur. Di sana Adam a.s. berjumpa dengan banyak Malaikat. Mereka
berkata kepada Adam as., "Ya Nabi Allah, Adam, dua ribu tahun tahun
lamanya kami Thawaf pada Baitul Makmur ini."
Datang pula ke
Padang Arafah, lalu ke Jabal Rahmah. Di sini dia duduk seraya melihat ke
arah Padang Arafah. Dari kejauhan terlihat ada seseorang yang tengah
berjalan ke arahnya. Semakin dekat wajahnya semakin dikenal. Ternyata
yang dilihatnya adalah Hawa, isterirya. Digandengnya Hawa ke sampingnya.
Keduanya pun menangis haru, takut terhadap Allah SWT, dan sedih telah
meninggalkan sorga. Para Malaikat di langit yang menyaksikan kejadian
tensebut, turut pula menangis haru.
Allah SWT pun
berkenan menyingkapkan hijab dari penglihatan Nabi Adam a.s. untuk
melihat ‘Arsy Allah. Di tiang ‘Arsy itu Nabi Adam a.s melihat tentera
kalimat "Laa ilaha illallaah Muhammadan rasuulullah."
Sembah Nabi
Adam a.s., "Ya Tuhanku, demi kemuliaan nama-Mu yang tersurat pada tiang
‘Arsy itu, hamba bertobat kepada Mu, dan bukakan pintu tobat kepada
hamba-Mu ini."
Firman Allah
SWT turun melalui Jibril, "Ya Adam, telah diperkenankan oleh Tuhanmu
terhadap tobatmu itu. Hai Adam, jika tatkala engkau di dalam sorga itu
minta syafaat kepada yang empunya nama itu, niscaya tidaklah engkau akan
dikeluarkan dari dalam sorga. Ketika dikerjakan oleh mereka amal saleh,
maka mereka itu Kumasukkan ke dalam sorga. Dan barangsiapa tidak
percaya terhadap Aku, dan rasul-Ku, di samping itu menyembah kepada
selain Aku, maka sesungguhnya akan Kumasukkan dia ke dalam neraka. Hai
Adam, tidakkah dahulu telah Kularang terhadap engkau bahwa hendaklah
jangan kau dekati pohon khuldi itu, dan hendaklah kau ambil Iblis itu
sebagai musuh bagi kamu berdua? Namun, kamu tidak ikut terhadap
perkataan-Ku, maka jadilah engkau sekarang bersama-sama dengan dia di
dalam dunia ini.
"Hai Adam.
tidaklah Aku akan mencegah seseorang tatkala ia berbuat durhaka
kepada-Ku, karena telah Kularang kepada dia sebelumnya. Hai Adam,
sekarang pun Kuingatkan engkau, jangan diperdayakan oleh iblis
sebagaimana halnya diperdayakannya engkau tatkala ada di dalam sorga,
dan lagi akan diperdayakannya anak cucumu seperti diperdayakannya
engkau."
Bergetar
ketakutan Nabi Adam a. s. dan Hawa mendengar firman Allah SWT tersebut.
Bersujudlah mereka ke hadirat Allah SWT seraya menangis. Menghiba-hiba,
"Ya Tuhanku, Engkau juga Tuhan yang Maha Pengampun terhadap dosa kami,
dan mengasihi kami maka peliharalah oleh-Mu kami dari bencana Iblis
alayhi laknat itu Dan jauhkanlah kami darinya"
Lalu Allah SWT memanggil Malaikat-Nya. yaitu Hajarul Aswad, "Mana Hajarul Aswad?"
Mendapat
panggilan itu, Hajarul Aswad pun datang bersembah kepada Allah SWT.
“Pergilah engkau berjanji setia dengan Adam ke bumi, tuliskan olehmu seluruh janji-Ku dan janji Adam dan anak cucunya," perintah Allah SWT.
Hajarul Aswad
pun turun ke bumi. Dituliskanlah seluruh anak cucu Adam yang kemungkinan
akan mengisi sorga dan neraka. Setelah selesai, surat itu diperintahkan
oleh Allah SWT kepada malaikat-Nya untuk dimasukkan ke dalam mulut
Hajarul Aswad.
Selanjutnya,
Hajarul Aswad dikehendaki oleh. Allah SWT menjadi batu. Pada awalnya
batu itu berwarna putih. Oleh karena proses alamiah (seperti terkena
hujan dan panas matahari), maka beberapa lama kemudian batu itu berubah
warna menjadi berwarna hitam. Kelak, di hari akhirat, Hajarul Aswad akan
kembali menjadi malaikat, dan memberitahukan apa yang ada di tulisannya
itu.
Ruh-ruh Anak Cucu Nabi Adam
Nabi Adam a.s.
kemudian melaksanakan tertib ibadah selanjutnya. Ketika ia berada di
dekat Ka’bah, Jibril mendekatinya. Jibril mendapat perintah dari Allah
SWT untuk membawa Adam a.s. ke satu sungai. Dahulu dinamakan dengan
sungai Na’mal. Sesuai dengan perintah Allah SWT, Jibril menyapukan tanah
dari dasar sungai itu ke bagian belakang tubuh Nabi Adam a.s. Adam a.s.
pun penasaran ingin bertanya, "Hai Jibril, hikmah apakah ini?"
Jawab Jibril, "itulah anak cucumu yang akan dijadikan oleh Allah Ta’ala."
Setelah proses
itu, mata Nabi Adam as. dibukakan hijabnya. Dilihatnya ruh yang begitu
banyak. Memenuhi angkasa di atas Nabi Adam a.s.
"Hai Jibril, apa yang datang begitu sangat banyaknya" tanya Adam as.
"Itulah ruh seluruh anak cucumu," jawab Jibril.
"Jika demikian banyaknya anak cucu hamba, di manakah tempatnya di dalam dunia ini?" tanya Adam a.s. Lagi.
"Hikmah Tuhanmu
yang Mahakuasa terhadap ciptaan-Nya. Hai Adam, sebagian diciptakan-Nya,
sebagian lagi di dalam rahim ibunya, dan sebagian lagi di sulbi
bapaknya. Dan mereka yang telah ada sebelumnya sebagian dimatikan,"
jelas Jibril.
Firman Allah
SWT: "Sebagian Kuciptakan anak cucu Adam, dan sebagian lagi tersebar
pada tulang belakang Adam, dan sebagian pada rahim Hawa, dan sebagian
lagi terhampar di dalam bumi."
"Anak cucuku
ini kulihat bermacam-matam perilakunya, sebagian Islam, sebagian kafir,
sebagian mukmin, sebagian perusak, sebagian bahagia, sebagian sengsara,
sebagian kaya, dan sebagian miskin," ujar Nabi Adam a.s.
"Hai Adam,
"firman Allah SWT, "lihatlah olehmu anak cucumu yang kaya itu, tidaklah
ia mengatakan anugerah-Ku, dan yang miskin itu, tidaklah sabar dan
syukur terhadap-Ku."
Kemudian Allah
SWT memerintahkan kepada seluruh arwah tersebut bershaf-shaf, teratur
dari Masyrik hingga ke Maghnb. Berkat hikmah Allah, mereka yang berada
pada shaf sebelah kanan itulah orang-orang beriman, sedangkan yang di
sebelah kirinya adalah mereka yang munafiq dan zandiq, dan sombong.
Mereka yang di hadapan Adam a s. itu adalah para nabi dan wali.
Sedangkan yang di bagian belakang Adam a.s. adalah orang-orang kafir dan
musyrik.
Allah SWT berfirman: "Alastu bi Rabbikum, (bukankah Aku Tuhan kamu)?"
Arwah-arwah itu pun berkata, "Bahwasanya Engkaulah Tuhan kami".
Firman-Nya lagi, "Sujudlah kamu sekalian pada Tuhan kamu yang menciptakan kamu itu!"
Maka shaf yang
di sebelah kanan Nabi Adam itu seluruhnya sujud. Sedangkan yang di
sebelah kirinya tidak mau sujud. Datanglah firman Allah SWT lagi,
"Sujudlah kamu sekalian sekali lagi!"
Maka shaf yang
sebelah kanan sepertiganya tidak mau sujud, dan dua pertiganya masih
tetap sujud. Dan yang di sebelah kiri Adam a.s. itu dua pertiga bagian
merendahkan dirinya, lalu, akhirnya mau sujud.
Mereka yang
kali pertama bersedia bersujud, kemudian menjadi tidak mau bersujud,
itulah mereka yang pada awalnya memeluk Islam, kemudian di hari
kematiannya telah menjadi kafir. Adapun mereka yang tidak bersujud pada
kali pertama, dan kemudian akhirnya bersedia bersujud, mereka adalah
orang yang pada awalnya kafir, namun akhir hidupnya telah menjadi
muslim. Sedangkan mereka yang pada awalnya sujud, kemudian bersujud
lagi, mereka adalah orang yang pada awalnya beragama Islam dan akhir
hayatnya masih tetap beragama Islam. Dan arwah-arwah yang tidak sujud
sekalipun, merekalah yang selama hidupnya tetap dalam kekafiran.
"Ya Adam,
seluruh (ruh) yang berada di sebelah kanan itu adalah umat Islam yang
akan mengisi sorga, dan seluruh (ruh) yang berada di sebelah kiri itulah
yang akan mengisi neraka. Hai Adam, bahwasanya tidak ada artinya
terhadap Ku kebaktian mereka itu, dan tidak ada artinya terhadap-Ku
segala kedurhakaan mereka itu." tegas Allah SWT.
Mendengar
firman tersebut, menangislah Nabi Adam a.s., seraya berucap, "Ya
Tuhanku, tidakkah Kau jadikan mereka seluruhnya juga satu beragama
Islam, dan seluruhnya menyembah Engkau."
"Hai Adam, oleh
karena itulah, Kuciptakan mereka itu. Barangsiapa yang percaya terhadap
segala tanda (kebesaran)-Ku, dan rasul-Ku, serta Ismail dan Ishak pun
tahu terhadap anaknya Ya’qub menjadi nabi, dan Ya’qub pun tahu terhadap
anaknya Yusuf menjadi nabi, dan Yusuf pun tahu terhadap Musa menjadi
nabi, dan Musa pun tahu terhadap saudaranya Harun menjadi nabi, dan
Harun pun tahu Daud menjadi nabi, dan Daud pun tahu terhadap Sulaiman
yang menjadi nabi, dan Sulaiman pun tahu terhadap Yunus menjadi nabi,
dan Yunus pun tahu terhadap Zakariya menjadi nabi, dan Zakariya pun tahu
terhadap Ayub menjadi nabi, dan Ayub pun tahu terhadap Yahya menjadi
nabi, dan Yahya pun tahu terhadap Isa menjadi nabi, dan Isa pun tahu
terhadap Muhammad SAW menjadi nabi serta rasul, dan beliaulah akhir dari
segala nabi"
Bahwasanya telah diketahui oleh para nabi itu mengenai siapa lagi yang menjadi nabi setelahnya.
Mendengar
begitu banyaknya anak cucu Nabi Adam as. yang akan masuk neraka, hati
Nabi Adam as. sangatlah berduka. Sebagai tempat tinggalnya, Allah SWT
memerintahkan kepada Adam a.s. dan isterinya ke Sarandeep. Di tempat
ini, Jibril datang kepada mereka dengan membawa tujuh keping besi Dengan
besi inilah akan banyak memberi manfaat kepada manusia. Masing-masing
besi itu memiliki manfaatnya tersendiri: Pertama, besi untuk memukul
besi lagi; kedua, linggis besi; ketiga, gurdi besi; keempat, beliung
besi; kelima, cangkul besi; keenam, sepit besi: dan ketujuh, perkakas
besi. Lalu Adam a.s. menanyakan mengenai kegunaan besi-besi tersebut,
dan dengan apa ia memasak makanannya.
"Akan dianugerahkan lagi oleh Tuhanmu untukmu api," jelas Jibril.
Jibril lalu
diperintahkan oleh Allah SWT pergi ke dalam neraka untuk mengambil
sepercik dari bunga apinya, dan diberikannya kepada Adam as. Nabi Adam
a.s. mengambil api tersebut langsung dengan tangannya, tentunya dia
kepanasan, dan secara reflek api dilepaskannya. Api pun terjatuh ke
tanah, namun terus jatuh ke lapisan bumi yang terdalam hingga ke lapisan
ketujuh, dan kembali lagi ke neraka. Diambillah lagi oleh Jibril untuk
diberikan kepada Adam a.s.. Namun, ketika akan diambil, api terlepas
lagi dan kembali jatuh seperti tadi, dan akhirnya ke neraka kembali.
Allah SWT
melihat kejadian tersebut segera berfirman kepada Jibril. "Hai Jibril,
katakan kepada Adam, hendaknya diambil olehnya batu dengan besi, lalu
palu keduanya, niscaya akan terpeciklah api dari keduanya. Atau kayu
dengan kayu, jika digesek keduanya, niscaya terperciklah api dari
keduanya."
Kini Adam a.s.
dapat menyalakan api. Namun, ia masih penasaran mengenai kejadian yang
tadi, ia pun bertanya kepada Jibril, "Ya Jibril, api yang dahulu itu
tidak dapat hamba pegang. Namun terhadap api ini hamba dapat mendekatinya."
Jibril
menyahut, "Ya Adam, bahwa api yang dahulu itu (berasal) dari api neraka.
Maka yang ini pun merupakan pancaran dari api neraka juga Tatkala api
itu terlepas dari tangan Tuan, lalu la kembali lagi ke tempatnya, tidak
singgah pada tempat yang lain juga. Maka, dari uapnya itu meresap pada
seluruh batu dan kayu."
Nabi Adam a.s.
diajarkan oleh Jibril menempa besi. Diberikannya pula seekor lembu
kepada Adam a.s., namanya adalah ‘Ainul baqara, agar dapat membawakannya
air. Maka ujar Jibril, "Hai Adam, buatlah huma, dan tanamlah pohon
gandum itu untuk makanan diri supaya jadi manfaat segala yang
diperintahkannya itu. Dan tanamlah benih kapas, maka buahnya itu dapat
dibuatkan pakaian untuk menutupi diri." Nabi Adam a.s. pun mengerjakan apa yang diajarkan oleh Jibril.
Setelah lama
menetap di Sarandeep, Nabi Adam a.s. dikarunia dua orang anak kembar
pada kelahiran pertama isterinya. Anak laki-laki, bernama Abdullah, dan
yang perempuan bernama Ummatillah. Kelahiran kedua, berjumlah dua orang
juga Anak laki laki bernama Abdurrahmaan dan anak perempuannya bernama
Ummaturrahmaan. Kemudian Hawa melahirkan dua puluh kali. Pada masa itu,
seorang wanita begitu mudah melahirkan, dan cukup lambat kematiannya.
Umur dari mereka waktu itu rata-rata seribu tahunan.
Pada satu waktu
Nabi Adam sekembalinya perjalanan jauh, ia tidak melihat anak Nabi Adam
yang lainnya, Habiel, di antara putera-puterinya yang sedang berkumpul.
Bertanyalah ia kepada Qabiel, kembarannya, "Di manakah Habiel berada?
Aku tidak melihatnya sejak aku pulang."
Qabiel menjawab: "Entah, aku tidak tahu dia ke mana! Aku bukan hamba Habiel yang harus mengikutinya ke mana saja ia pergi."
Melihat sikap
yang angkuh dan jawaban yang kasar dari Qabiel, Adam dapat menerka bahwa
telah terjadi sesuatu atas diri Habiel, puteranya yang soleh, bertakwa
dan berbakti terhadap kedua orang tuanya itu. Pada akhirnya terbukti
bahwa Habiel telah mati dibunuh oleh Qabiel sewaktu ditinggalkannya.
Menghadapi
musibah itu, Nabi Adam hanya berpasrah kepada Allah menerimanya sebagai
takdir dan kehendak-Nya seraya mohon dikaruniai kesabaran dan keteguhan
iman baginya dan kesadaran bertaubat dan beristighfar bagi puteranya.
Al-Quran mengisahkan cerita kedua putera Nabi Adam ini dalam surah
"Al-Maaidah’ ayat 27 hingga ayat 32.
"Menyaksikan
kejadian pembunuhan itu, sedihlah Nabi Adam a.s. dan Hawa. Allah
berfirman kepada Adam, "Hai Adam, janganlah kamu berduka cita Aku akan
menganugerahi kepada kamu seorang anak laki-laki yang serupa dengan
Habil itu, dialah nyawa para nabi." Anak yang dimaksud itu adalah Syis.
Pada waktu
berumur 950 tahun, wafatlah Nabi Adam pada hari Jum’at sore. Isterinya,
Hawa, belum mengetahui perihal kematian suaminya tersebut. Disebabkan
oleh adanya gerhana matahari saat itu. Begitu sangat sedihnya Hawa,
ketika diketahui bahwa suaminya telah meninggal dunia. Selama empat
puluh hari lamanya beliau berada di samping kuburan Nabi Adam a.s.,
hingga ia jatuh sakit. Tidak lama setelah itu, Hawa wafat menghadap ke
Rahmatullah. Sebagai pengganti kekhalifahan, Allah mengangkat Nabi Syis.
Diriwayatkan bahwa anak cucu Adam yang ditinggalkan saat wafatnya adalah berjumlah 40.000 orang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar