""Nama-nama Nabi""

Nabi Adam as. Nabi Idris as. Nabi Nuh as. Nabi Huud as. Nabi Shaleh as. Nabi Ibrahim as. Nabi Ismail as. Nabi Luth as. Nabi Ishaq as. Nabi Ya’qub as. Nabi Yusuf as. Nabi Syu’aib as. Nabi Ayyub as. Nabi Dzulkifli as. Nabi Musa as. Nabi Harun as. Nabi Daud as. Nabi Sulaiman as. Nabi Ilyas as. Nabi Ilyasa as. Nabi Yunus as. Nabi Zakaria as. Nabi Yahya as. Nabi Isa as. Nabi Muhammad saw.

Senin, 04 Agustus 2014

KEISTIMEWAAN AKAL MANUSIA


Yang perlu kita ketahui tentang hukum akal ialah bahwa akal itu satu sifat yang ALLAH SWT jadikan pada manusia. Ia ALLAH letakkan pada otak manusia dengan segala ciri yang istimewa. Dengan adanya sifat ini, terbedalah manusia itu daripada makhluk-makhluk lain seperti hewan. Dalam arti kata yang lain, dengan adanya akal, termulialah manusia ini dibandingkan dengan makhluk lain di muka bumi Tuhan ini.

Di antara yang menjadikan istimewa dan mulianya kehidupan manusia ini dibandingkan dengan hewan ialah, dengan adanya akal, manusia bisa membangunkan kemajuan dan bisa melahirkan kehidupan yang bertamadun. Hewan yang tidak dibekalkan oleh ALLAH SWT dengan akal, tidak bisa meningkatkan cara hidupnya. Sebab itulah hewan tidak mempunyai kebudayaan. Cara hidup hewan adalah mengikut tabiat semulajadinya, sejak ia mula dicipta oleh Allah. Cuma kita tidak mengetahuinya karena tidak ada diceritakan di dalam kitab-kitab. Dan kita juga tidak tahu bila ia bermula. Bagi manusia, kita tahu ia bermula daripada Nabi Adam as.

Cara hidup hewan bermula sejak ia dijadikan. Misalnya, bagaimana kehidupan datuk nenek ayam itik yang mula-mula dahulu, begitulah kehidupan seluruh ayam ataupun itik yang ada hari ini; tidak berubah-ubah dan tidak meningkat-ningkat. Ayam itik tidak bisa membuat perubahan hidup karena ia tidak berakal. Kalau ayam itu tidak dibuatkan rumah atau reban oleh tuannya, tidak berumah atau berebanlah hidupnya. Dan begitulah juga dengan hewan-hewan lain.

Berbeda halnya dengan manusia. Dengan adanya akal, manusia bisa berkebudayaan dan bertamadun. Manusia bisa membuat perubahan dan peningkatan hidupnya dari satu masa ke satu masa. Jadi, akal begitu berperanan sekali kepada manusia, malah mempunyai peranan yang cukup utama yang meletakkan kemuliaan manusia itu sendiri. Sebab itu, Allah mengingatkan kita di dalam Al Quran tentang peranan akal. Firman Allah:

Terjemahannya: Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka di daratan dan di lautan. Kami beri mereka rezeki daripada yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna ke atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan.
(Al Israk: 70)

Di dalam ayat di atas, Allah menyatakan kepada kita betapa Allah telah memuliakan anak cucu Nabi Adam yaitu manusia, yang diberi kelebihan-kelebihan berbanding dengan makhluk lain ciptaan ALLAH. Manusia telah dibekalkan oleh ALLAH SWT dengan akal hingga ALLAH menyerahkan daratan dan lautan untuk dikuasai oleh mereka.

Dengan akal, manusia telah dapat membongkar segala khazanah di dalam lautan, daripada ikannya, mutiaranya, beliannya, hinggalah kepada minyak galiannya dan bermacam-macam khazanah lagi. Malah manusia juga telah dapat menggunakan laut untuk memudahkan kehidupan. Misalnya, manusia telah menghasilkan kapal yang bergerak di permukaan laut, dan kapal selam yang bisa bergerak di dalam laut seperti ikan.

Akal pikiran yang ada pada manusia seterusnya telah membisakan manusia menguasai angkasa lepas. Ertinya, bukan saja lautan, malah daratan dan seluruhnya juga telah Allah serahkan kepada manusia. Dengan penguasaan manusia di bidang angkasa lepas, hari ini sudah ada manusia yang sampai ke bulan. Semua keupayaan dan kemampuan ini bukan disebabkan oleh kekuatan fizikal atau kekuatan lahir manusia, tetapi disebabkan kekuatan tenaga berpikir. Ini ternyata sekali berlaku di kalangan manusia di Barat sana.

Orang-orang Barat mengasah sungguh-sungguh tenaga pikir mereka hingga membisakan mereka mencipta berbagai-bagai perkara seperti radio, televisyen, kapal terbang, kapal angkasa dan lain-lain. Mereka tumpukan sungguh-sungguh kepada penggunaan akal pikiran mereka hinggakan kita dapati mereka tidak sempat untuk memikir fasal Tuhan. Setiap saat mereka berpikir dengan akal hingga mereka lupa kepada Maha Pencipta, yang memberi mereka akal itu. Ini yang malangnya.

Jika dibandingkan dengan umat Islam, walaupun kita tidak mengasah sungguh-sungguh kekuatan akal pikiran ini, tetapi tidaklah sampai kita melupakan Tuhan. Tidaklah sampai kita kufur, ingkar dan berbuat mungkar. Sedangkan mereka terus khayal dengan kekuatan akal pikiran mereka hingga mereka kufur dan ingkar kepada ALLAH SWT. Cuma, oleh karena mereka tumpukan sungguh-sungguh kepada akal pikiran mereka itu, mereka lebih maju daripada kita.

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar