""Nama-nama Nabi""

Nabi Adam as. Nabi Idris as. Nabi Nuh as. Nabi Huud as. Nabi Shaleh as. Nabi Ibrahim as. Nabi Ismail as. Nabi Luth as. Nabi Ishaq as. Nabi Ya’qub as. Nabi Yusuf as. Nabi Syu’aib as. Nabi Ayyub as. Nabi Dzulkifli as. Nabi Musa as. Nabi Harun as. Nabi Daud as. Nabi Sulaiman as. Nabi Ilyas as. Nabi Ilyasa as. Nabi Yunus as. Nabi Zakaria as. Nabi Yahya as. Nabi Isa as. Nabi Muhammad saw.

Senin, 23 Desember 2013

Bulu-bulu Hebat dalam saluran pernafasan

 
Udara yang dibersihkan di dalam hidung akan meneruskan perjalanannya ke saluran pernafasan. Daerah selanjutnya yang dimasuki oleh udara yang kita hirup, setelah hidung, adalah pipa saluran pernafasan. Dalam udara ini, masih ada benda asing (seperti debu) yang merugikan kesehatan manusia. Oleh karena itu, udara yang dihirup perlu melalui pos keamanan lainnya sebelum mencapai paru-paru. Prosedur keamanan ini dijamin oleh lapisan licin yang membentuk permukaan saluran pernafasan. Prosedur selaput ini disebut lapisan mukus. 

Mukus, yang membentuk lapisan ini, menahan partikel-partikel yang sangat halus seperti debu yang kita hirup bersama dengan udara dan menghambatnya memasuki paru-paru. Akan tetapi, di samping itu, benda-benda asing selain itu juga harus dihilangkan dari tubuh. Pada saat ini, prosedur keamanan lainnya harus dilakukan. Prosedur ini terdiri atas bentuk-bentuk seperti rambut (bulu) yang sangat kecil yang disebut dengan silia, yang berada di bawah lapisan mukus. Bulu-bulu yang sangat kecil ini secara berirama terlecut ke atas menuju mulut. Ini bisa diandaikan seperti bulir tanaman gandum yang melambai-lambai dalam angin semuanya bergerak ke arah yang sama. Berkat pergerakan silia ini, mukus, yang menahan benda-benda asing, didorong ke bagian atas dalam saluran pernafasan. 

Begitu benda-benda asing disedot ke dalam tenggorokan, kalian dengan sendirinya merasa perlu menelannya. Dengan begitu, semua benda asing yang bisa membahayakan kesehatan kalian akan diteruskan ke lambung, yang kemudian akan dipecah dan dihancurkan oleh asam lambung.
Silia yang terletak di dalam saluran pernafasan tidak punya mata untuk melihat, juga tidak punya otak yang memberi mereka kecerdasan. Namun mereka bisa menentukan letak pangkal tenggorokan, yang begitu jauh darinya jika dibandingkan dengan ukurannya. Di samping itu, sadar akan bahaya yang mungkin datang dari benda asing, silia tidak membiarkannya memasuki tubuh. Meskipun penelitian ilmiah selama bertahun-tahun telah dilakukan, cara kerja bulu-bulu ini masih belum sepenuhnya terpecahkan. Tetapi ingatlah bahwa bulu-bulu ini, yang sistemnya belum ditemukan oleh manusia, telah bekerja dengan sempurna sebagaimana halnya komponen tubuh lainnya sejak manusia pertama diciptakan di muka bumi.

UDARA YANG KITA HIRUP SAMPAI DI PARU-PARU

Udara yang telah mencapai paru-paru siap untuk digunakan setelah dibersihkan dan kelembabannya diatur melalui saluran pernafasan. Dengan menggunakan peredaran darah di dalam paru-paru, udara diteruskan ke seluruh sel tubuh untuk memberi makan sel-sel tersebut. Sementara itu, udara menerima karbon dioksida dari sel-sel, yang merupakan bahan buangan. Ketika kita menghembuskan nafas, kita mengeluarkan karbon dioksida ini yang dikumpulkan dari sel-sel kita. 

Kalian mungkin menganggap bernafas merupakan proses yang sederhana saja, padahal pertukaran oksigen dan karbon diioksida yang begitu penting telah terjadi jauh di dalam tubuh kalian. Semua ini merupakan pemberian Allah bagi kita. Allah telah menciptakan semuanya dan menempatkannya demi kepentingan kita. Renungkanlah apa yang akan terjadi seandainya pernafasan semata-mata terjadi jika berada di bawah kendali sadar kita. Allah mengetahui bahwa kita tidak bisa melakukan tugas ini sendiri. Oleh karena itu Dia menciptakan sistem pernafasan yang berjalan sempurna seperti semua sistem lain yang telah kita terangkan di sepanjang buku ini. Ini adalah salah satu pemberian yang telah Allah berikan untuk kita di dunia ini. Seperti dinyatakan dalam sebuah ayat:

Dan Dia telah memberikan kepadamu (keperluanmu) dari segala apa yang kamu mohon kepada-Nya. Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, tidaklah dapat kamu menghinggakannya. Sesungguhnya manusia itu sangat zalim dan sangat mengingkari (nikmat Allah). (QS Ibrahim: 34)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar