** HUBUNGAN MANUSIA DENGAN ALLAH **
Pada alam Gaibul Gaib, dalam keadaan belum ada
apa-apa, belum ada Awal dan belum Akhir, belum ada Bintang, belum ada
Bulan, belum ada Matahari, belum ada Bumi ini, belum ada sesuatu apapun,
bahkan belum ada Tuhan yang bernama ALLAH, saat itu yang ada hanya ZAT semata-mata maka dalam keadaan ini diri yang punya ZAT tersebut telah mentajalikan dirinya untuk memuji dirinya.
Maka ditajalinya Nur Allah kemudian ditajalinya pula Nur Muhammad (Insan Kamil) pada peringkat ini disebut martabat : Anta Ana – Ana Anta ( aku engkau engkau aku ) maka dalam keadaan ini si empunya ZAT telah bertanya kepada Nur Muhammad dan sekalian Roh untuk menentukan kedudukan yaitu taraf ketuhanan dan taraf hamba, lalu ditanyakannya kepada Nur Muhammad “ ini Tuhanmu? “ maka dijawablah oleh Nur Muhammad yang mewakili seluruh Roh “ Ya.., Engkaulah Tuhanku “.
Hadist….( cari )
Firman… (cari)
Hadist qudsi : aku suka mengenal diriku, lalu aku jadikan mahluk ini dan aku perkenalkan diriku kepada mereka lalu mereka juga mengenalkan diriku.
Apa yang dimaksud dengan mahluk ini ialah Nur Muhammad sebab seluruh kejadian alam semesta ini dijadikan dari pada Nur Muhammad maka sesudah Roh-roh itu bersumpah jadilah alam Kabir ini atau alam Semesta ini.
Sebelumnya diri yang empunya ZAT (Zattul Haq) dalam rangka untuk memperkenalkan dirinya, DIA menyerahkan rahasia dirinya kepada Nur Muhammad (Manusia) tetapi di dalam hal ini sebelum manusia sanggup menerimanya tidak ada satupun mahluk di alam
semesta ini yang sanggup memikul suatu rahasia besar yaitu rahasia diri ALLAH s.w.t.
Pernah ditawarkan rahasia itu kepada langit, bumi, gunung-gunung tetapi semuanya tidak sanggup untuk menerimanya.
Tujuan empunya ZAT mentajalikan Nur Muhammad itu
adalah untuk memperkenalkan dirinya sendiri dengan diri rahasianya, maka
diri rahasianya itu ditanggung dan diamanahkan kepada yang bernama INSAN yaitu yang bertubuhkan diri batin yang bernama ALLAH (Rohani).
Hadist qudsi : al insanu sirrih wa anna sirruh ( Manusia itu rahasia aku dan aku rahasianya )
Firman… (cari )
Maka, terimalah manusia diri rahasia Allah itu dan menjadi tanggung jawab manusia menjaga amanah tuhannya itu dengan cara mengenal dirinya serta memuji dan memuja rahasia dirinya sejak ia dilahirkan ke alam dunia sampai ia kembali kehadirat Tuhan pemilik rahasia.
Disamping itu manusia juga diamanahkan untuk menjadi pemerintah diantara semua mahluk yang ada di alam kabir (alam semesta) yang terbentang luas ini.
Firman allah surah al-baqarah ayat 30
Firman allah surah an-nur ayat 55
Ini berarti dua amanah penting yang harus dipikul dan menjadi tanggung jawab manusia :
Pertama : menjaga, mengenal, memuji dan
mengembalikan amanah rahasia itu kepada yang punya rahasia yang
dikandung oleh alam sagir yaitu batang tubuh manusia itu sendiri
Kedua : menjaga amanah pemerintahan di alam semesta ini.
Dengan lain perkataan tugas manusia adalah menjaga dan mengawal
hubungannya dengan tuan empunya diri rahasia dan juga dengan mahluk
lain.
Oleh karena diri rahasia telah diterima maka menjadi tanggung jawab
manusia untuk menunaikan sumpahnya dahulu, dan untuk tujuan ini maka Adam dizahirkan
untuk meperbanyak diri-diri penanggung rahasia dan berkembang dari satu
dekade ke satu dekade, dari satu generasi ke generasi yang lain, sampailah alam kabir ini mengalami kiamat dan rahasia dikumpulkan kembali.
Adapun yang dinamakan manusia itu adalah karena dirinya mengandung rahasia, dengan lain perkataan manusia artinya dirimu mengandung rahasia.
Oleh karena diri manusia menanggung rahasia maka manusia haruslah
berusaha mengenal dirinya karena dengan mengenal dirinya saja manusia
tersebut akan dapat mengenal tuhannya dan kembali menyerahkan dirinya kepada empunya diri dikala berpisah roh dan jasad.
Firman surah An-nisaa ayat 58
Perlu ditegaskan sekali lagi tujuan utama Allah menyerahkan amanah
dirinya kepada manusia adalah untuk memperkenalkan dirinya dan memuji dirinya dengan diri rahasianya yaitu allah memuji dirinya dengan dirinya sendiri
Hadist qudsi ; Man arafah nafsahu fakad arafah rabbahu ( barang siapa engenal dirinya maka dia akan mengenal tuhannya )
Firman : wama halaqnal Jinnah wal insa illah liat budu ( tidaklah aku jadikan jin danmanusia kecuali untuk menyembah )
Dalam menjalankan tugas harian dalam konteks “ Hubungan manusia dengan Tuhannya “
agar janji dapat tertunaikan dan sumpah dapat di pelihara maka Iblis di
tugaskan bersama-sama dengan kelompoknya Syaitan untuk membuat ujian
dan godaan terhadap keteguhan sumpah janji.
Iblis dan konco-konconya akan berusaha sedaya upaya agar bisa menepis kesetiaan sumpah janji manusia terhadap Allah.
Manusia-manusia yang tidak berpedoman dan hampa akan terbang
mengikuti arus angin ujian, maka rugilah manusia tersebut dan jadilah
dia seperti “ Binatang yang pandai Bicara “ tetapi bagi
manusia yang teguh dan berprinsip dan mengerti serta mengetahui tugas
sumpah janjinya maka dia akan mampu melewati ini semua dan duduk disisi
Allah, mereka itulah orang-orang yang beruntung.
Firman Allah Surah Yasin ayat 60
Firman Allah Surah Al-Balad ayat 4
Adapun manusia pada awalnya sebelum di zahirkan kealam Kabir dan
diwaktu bayi adalah bersih disisi Allah swt, tetapi setelah bergelut
dengan pengaruh lumpur-lumpur kehidupan masyarakat dan hanyut dengan
arus ujian iblis dan konco-konconya serta lalai terhadap tugas utamanya
maka manusia menjadi kotor, kalau sudah begini maka tertutuplah pintu
hubungan diantara Tuhan dan hambanya.
Hadist ; Sesungguhnya kelahiran seseorang anak itu bersih tetapi ibu bapaknya yang menjadikan dia yahudi, nasrani atau majusi.
Bila kotoran yang melanda manusia ini dibiarkan terus maka akan
terbentuk darah kotor yang mengkristal di bagian bawah jantung ini
berarti manusia tersebut tidak mempunyai hati nurani dan manusia yang
sudah kehilangan hati nurani ini semakin lama semakin jauhlah jarak
hubungan antara Tuhan dengan dirinya yang kotor itu, manusia yang
berperangai begini akan terus hanyut di dalam lumpur-lumpur kehidupanya
didalam dunia ini, mereka ini akan lupa akan Tuhannya dan juga diri
sendiri, hidupnya berpura-pura menjadi manusia tetapi sebenarnya lebih hina dari pada binatang,
Manusia seperti ini mempunyai mata tetapi buta, mempunyai telinga
tetapi tuli, mempunyai hati tetapi tidak dapat memperhatikan.. Seluruh
kemudahan rejeki yang mereka peroleh digunakan untuk tujuan mengabaikan
dan menjauhkan hubungan dirinya dengan Allah swt.
Mereka ini hanya pandai menyumbat perut bodohnya dengan makanan, menyuci tubuh mayatnya dengan sabun ini – sabun itu namun mereka merelakan Rahasia Allah yang ada pada tubuhnya kurus kering kerontang dan kotor bagai bangkai yang busuk.
imanya manusia ini jeleknya lebih dari segala-galanya
Firman allah Surah Al-Araaf ayat 179
Lantaran itu manusia seperti ini akan menghadapi penyakit “ kotor hati yang kronis“
yang menyebabkan manusia tersebut merana didalam kegelapan tersesat
untuk kembali kepangkuan Tuhannya. Dan selama hidupnya di dunia ini akan
terputus hubungannya dengan Allah s.w.t
Firman Allah surat Al-Baqarah ayat 7 ( hatamallahu ala kulubihim…. )
Firman Allah lagi………….
Mereka ini sanggup menipu Tuhannya, menipu orang lain dan bahkan sanggup menipu dirinya sendiri
Firman Allah surah Al-Baqarah ayat 9
Sesungguhnya dengan menyadari hidup kita di dunia adalah semata-mata
kembali kepada Allah serta menyadari pula bahwa kita hidup di dunia ini
terus diuji akan kesetiaan dan keteguhan kita dengan sumpah janji yang
pernah kita ucapkan maka kita haruslah menyucikan Hati kita, menyucikan
seluruh anggota Zahir dan Batin kita supaya hubungan kita dengan Allah
di dunia dan akhirat tidak terputus walau sesaatpun dan kita menjadi
manusia yang diridhoi oleh Allah dan dapat duduk disisinya di Akhirat
nanti….. amin!
Adapun cara mendekatkan hubungan antara hamba dengan Tuhannya itu telah di bagi oleh para Ulama menjadi 4 bagian ;
Secara Syareat, Secara Tarikat, Secara Hahekat dan Secara Makrifat
Dengan kita mengetahui cara-cara untuk mendekatkan hubungan dengan
Allah maka kita akan menjadi manusia yang baik antara kita dengan Allah
dan hubungan kita dengan sesama mahluk dan alam sekitar yang pada
akhirnya kita akan di karuniakan keridhoannya dan dapat berada disisi
Tuhannya.
Cara Syariat :
Adapun yang dimaksud dengan cara syariat adalah suatu cara zahir
yang membentuk suatu peraturan antara manusia dengan Allah, manusia
dengan sesama manusia dan dengan mahluk-mahluk lain.
Peraturan–peraturan syariat ini telah di gariskan oleh Allah didalam
Al-Quran dan juga di gariskan oleh Rasullullah melalui perbuatan dan
ucapan yang diberinama Hadist.,
Jika manusia benar-benar mengikuti peraturan–peraturan syariat ini
maka manusia itu tidak mungkin tersesat dalam hidupnya di dunia ini dan
selamatlah di akhirat nanti, sebagaimana sabda Rasullullah :
Artinya : Kamu tidak akan sesat selama-lamanya jika kamu berpegangan kepada kedua-duanya yaitu Al-Quran dan sunnah Rasul.
Didalam peraturan-peraturan ini Allah telah menggariskan hubungan diriNYA dengan manusia dan hukum-hukum hidup secara individu maupun secara bermasyarakat.
Di dalam syariat dibahas soal-soal Akidah, soal Ibadat, soal Muamalat, soal Munakahat, dan lain-lain peraturan untuk kebahagian manusia dunia dan akhirat.
Ditentukan juga garis-garis panduan hidup, tentang mana yang wajib, haram, sunnah dan makruh, dosa pahala, surga, neraka dengan kata lain Syariat mengariskan dasar pokok “ Kerjakan apa yang diperintahkan dan jauhi apa yang dilarang “
Adapun peringkat cara syariat adalah suatu peringkat peraturan
pengabdian hamba terhadap Tuhannya dengan mengikuti garis panduan dan
peraturan-peraturan yang sudah ditentukan maka dengan mengikuti ini
semua, seseorang manusia itu menjadi taraf hamba yang paling baik.
Suatu hal yang perlu di ingatkan pada peringkat Syariat ini adalah
pengamal-pengamalnya benar-benar mengharapkan balasan atau upah dari
setiap apa yang mereka kerjakan
Dan dengan upah-upah kerja yang dilakukannya itulah mereka yakin akan menentukan apakah mereka akan di masukan ke Surga atau Neraka
Jadi dapat disimpulkan disini bahwa mereka mengerjakan apa yang
diperintahkan karena mengharapkan surga dan tidak melakukan apa yang
dilarang karena takut akan siksa neraka, perinsip mereka adalah “ Buat baik di balas baik – Buat jahat dibalas jahat “
Firman Allah Surah Az-zalzalah ayat 8
Firman Allah surah Mu’minun ayat 102-103
Disamping mereka berusaha untuk melakukan
suatu pekerjaan yang diperintahkan secara IKHLAS untuk Allah
semata-mata, dibalik itu mereka juga benar-benar mengharapkan satu
balasan yang setimpal dengan apa yang dilakukanya
Ini bermakna mereka mengabdi kepada Tuhannya dengan ada maksud-maksud tertentu ibaratnya “ ada udang di balik batu “ pekerjaan mereka bolelah kita sebut sebagai : “ Pengabdian separuh hamba “
Lantas jika mereka benar-benar bersifat hamba yang tulen maka sudah
tentu apapun pekerjaan yang dilakukan oleh mereka sudah tentu mereka
tidak mengharapkan balasan apapun dari Tuhannya karena setiap balasan
bukanlah sesuatu yang boleh untuk diminta-minta tetapi itu adalah satu
karunia daripada Tuhannya
Firman Allah surah Al-Jin ayat 13
Apakah pantas seseorang yang mengaku dirinya hamba menagih janji dari Tuhannya? Dan apakah mereka sangsi akan janji Tuhannya?
Seharusnya bagi mereka yang mengaku dirinya hamba sudah tentu tidak mengharapkan sesuatu balasan apapun dari Tuhannya
Sesungguhnya bagi mereka yang mengikuti cara syariat ini akan mencapai martabat : BERIMAN DAN SOLEH dan dengan mematuhi segala peraturan-peraturan maka mereka akan di karuniakan surga di akhirat nanti.
Firman Allah Surah Al-Kahfi ayat 107
Perlu di ingatkan masuknya surga bagi orang-orang syariat ini bukan sekali-kali karena pahalanya tetapi sekedar balas IHSAN daripada Allah karena kepatuhannya dengan Allah
Walaupun seberapa banyak pahala yang mereka peroleh maka sudah
barang tentu tidak bisa untuk membeli surga karena surga bukanlah suatu
yang murah yang menjadi barang dagangan yang bisa untuk dibeli
sebaliknya orang-orang syariat haruslah berikhtiar sedaya upaya agar
menjadikan diri mereka seorang Mukmin supaya Allah sendiri membeli
dirinya dan hartanya dengan Surga atas dasar perjuangan mereka
menegakkan peraturan-peraturan Allah di dalam hidupnya.
Firman Allah (cari)
Maka berbahagialah bagi mereka-mereka yang mengamalkan cara syariat
yang menduduki taraf martabat dirinya sebagai seorang hamba yang Mukmin
dan mereka memang dijamin oleh Allah Surga dan kekallah mereka
selama-lamanya.
Firman Allah surah Ash-Syafaat ayat 111
Adalah perlu ditegaskan disini bahwasanya hasil akhir pengajian syariat adalah untuk mendapatkan suatu yang bernama SURGA,
dan menjauhkan diri dari neraka, berusaha mendapatkan banyak pahala,
mengurangi dosa, mengerjakan apa yang diperintahkan, tinggalkan apa yang
di larang.
Cara Tarekat :
Adapun jalan Tarekat ini adalah jalan yang
pernah dilalui oleh para wali-wali Allah dengan tujuan untuk mendekatkan
dirinya dengan Allah, ini merupakan suatu jalan bagaimana hendak
menyucikan diri dan hati agar terbentuk satu hubungan antara dirinya
dengan Allah.
Suatu jalan tarekat yang sebenarnya adalah merupakan satu cara
mensucikan diri untuk menuju kehadirat Allah Taala dan jalan ini
hendaklah mempunyai sambungan ke Rasullullah S.A.W.
Jalan tarekat yang mendapat restu dari junjungan agung Rasullullah
itu kemudian diwarisi oleh para sahabat Baginda dan seterusnya
bersambung menjadi mata rantai dan diwarisi pula oleh para wali Allah
yang agung dan sampailah kepada seseorang guru awal kemudian diajarkan sampai dengan guru akhir sampai kini dan seterusnya.
Oleh sebab itu barang siapa yang mengikuti pengajian Tarekat maka
menjadi tanggung jawabnya untuk mengetahui asal pangkalnya dan pastikan
berasal dari Rasullullah dan para sahabatnya.
Jalan tarekat adalah suatu cara memuja dan memuji Allah dan melatih
diri agar tidak melupai Allah pada setiap detik dan memberi segala
keagungan dan mebesaran hanya kepada Allah semat-mata.
Cara untuk mensucikan diri dan hati adalah melalui proses mengenal
nafsu-nafsu yang yang kita miliki. Agar kita tidak lalai dan lupa
dirinya dan tuhannya,
Firman Allah dalam Alquran : 1,2 dan 3
Adapunafsu yang dimiliki oleh manusia seperti yang tercatat didalam ’an ada 7 yaitu :
Nafsu Amarah,Nafsu Malhamah, Nafsu Lawamah, Nafsu Mutmainnah, Nafsu Radhiah, Nafsu Mardhiah, Nafsu Kamalia
Dengan mengenal nafsu-nafsu tersebut maka orang-orang tarekat akan
mencapai martabat ditaraf nafsu-nafsu tersebut yang mempunyai kelebihan
yang berbeda diantara martabat yang satu dengan yang lainnya.
Untuk mengenal dan mencapai martabat nafsu-nafsu itu seseorang itu
hendaknya menuntut dan mengamalkan jalur ilmu tarekat dari guru-gurunya
yang mursyid dan dapat pula mencapai martabat nafsu-nafsu tersebut,
Disamping mereka harus mengikuti petuah-petuah yang dianjurkan oleh
guru mereka dari satu peringkat ke peringkat yang lain sehingga menjadi
manusia sempurna (insan kamil) dan diridhoi Allah di dunia dan Akhirat.
Mereka hendaklah menjalani tarekat mereka dengan tekun dan penuh usaha agar tercapai martabat yang tertinggi.
Apapun pekerjaan dan amalan orang-orang tarekat tidaklah lagi mengharapkan pahala,
artinya apa yang diamalkannya hanya untuk mendekatkan dirinya dengan
Allah setiap saat, mereka tidak mengharapkan pahala atau surga tetapi
semata-mata untuk mengenali tuhannya dengan berusaha untuk mengenali
dirinya sendiri, tujuan mereka hanya Allah semata-mata tanpa embel-embel, sebagaiana mana kata yang masyhur ini : “ Padaku tiada pahala, tiada surga yang ku idam-idamkan adalah kekasihku Allah jua “
Perlu ditegaskan disini bahwa tujuan akhir pengajian Tarekat adalah
untuk mengenal diri dan mengenal Allah, mensucikan nafsu dirinya ke
suatu derajat nafsu yang tertinggi, kemuliaan dengan Allah s.w.t, mereka
akan terus berusaha untuk mendekatkan dirinya dengan Allah selama masa
hidupnya di alam fana ini, dalam setiap waktu dan setiap saat.
Cara Hakekat :
Cara ketiga adalah cara hakekat, adapun
jalan ilmu hakekat ini adalah dengan cara menyelami dan mengenali diri
sendiri yang merupakan satu-satunya jalan kearah Makrifat diri denga
Allah dan ini adalah jalan yang dilalui oleh wali-wali Allah,
Arifinbillah dan para Aulia.
Mereka-mereka yang menjalani pengajian ilmu Hakekat ini akan
beriktiar dengan tekun dan tabah untuk mendekatkan dirinya dengan Allah
dengan cara membongkar, menyelidiki dan menyaksikan rahasia diri sendiri
yaitu rahasia Allah yang ditanggung oleh dirinya dan berusaha membentuk dirinya menjadi manusia Kamil Mulkamil.
Bagi mereka yang hendak menuju kehadirat Allah dengan jalan Hakiki
ini maka hendaklah mereka terlebih dahulu menjalani cara tarekat dan
telah mampu membersihkan dirinya dari segala bentuk syirik kepada Allah
taala.
Mereka hendaklah menjalani pengajian ini dengan guru-guru hakiki dan
makrifat serta mursyid yang mempunyai pengetahuan yang luas serta
mencapai ketahap martbatnya, disamping itu orang-orang hakiki haruslah
mendapat didikan secara terperinci dari guru-guru gaib yang terdiri
daripada wali-wali Allah yang teragung, nabi-nabi dan rasul-rasul.
Guru-guru Gaib ini akan mengajarkan mereka di samping guru zahir yang mursyid yang melatih mereka menjalani alam ilmu hakiki.
Guru-guru gaib akan mengajarkan mereka ilmu hakiki melalui LADUNI. ( untuk pengetahuan lebih jelas silahkan bertanya kepada guru-guru hakiki, makrifat lagi mursyid )
Dengan menjalani jalan hakiki maka manusia tersebut akan mencapai
kesuatu tahap tertinggi disisi Allah dan sesungguhnya berbahagialah
orang-orang hakiki yang mencapai martabatnya dan dapatlah mereka duduk
disisi Allah di dunia dan akhirat.
Orang-orang hakiki yang sampai martabanya bukan saja mulia disisi
Allah tetapi mereka juga mendapat kemuliaan dikalangan masyarakat dan
dipuja oleh masyarakat sepanjang hayatnya.
Perlu ditegaskan disini bahwa tujuan akhir pengajian hakekat adalah untuk menjadi Allah pada zahir dan bathin yakni pada diri zahir dan diri bathin pada martabat kemuliaan Insan kamil mulkamil, Tiada sesuatupun pada dirinya kecuali Allah semata-mata.
Cara Makrifat :
Sementara jalan Makrifat ini adalah suatu
jalan yang pernah dilalui dan dialami oleh para wali-wali Allah yang
Agung, para Arifinbillah dan para Aulia, Nabi dan Rasul.
Seseorang yang ingin menuju kejalan makrifat kepada Allah haruslah
terlebih dahulu menjalani latihan pada peringkat jalan hakekat karena jalan hakekat adalah sambungannya ke jalan Makrifat.
Orang-orang makrifat akan membongkar segala rahasia alam
Kabir (alam semesta), rahasia alam Saghir ataupun atau alam gaib dan
alam gaibul gaib.
Bagi mereka yang menjalani jalan makrifat, mereka diasuh bukan saja
oleh guru zahir, hakiki lagi makrifat, guru-guru gaib yang terdiri dari
wali-wali Allah, nabi-nabi dan para Rasullullah malahan bagi mereka yang
sedang menuju ke jalan Makrifat ini akan di ajar sendiri oleh tuhannya melalui guru bathin yaitu diri rahasia Allah (diri rahasianya sendiri).
Bagi mereka yang mencapai ke peringkat makrifat ini, mereka adalah manusia yang luar biasa
yang akan mendapat martabat, derajat dan kesaktian serta keridhoan yang
paling tinggi disisi Tuhannya dan mereka duduk bersama tuhannya dan
diberi kesempatan untuk menjelajahi tujuh lapis langit, tujuh lapis bumi, Arash dan Qursi, Surga dan Neraka semasa hidupnya di dunia ini.
Alangkah mulianya kita jika bisa mencapai martabat ini, kitalah orang tertinggi didalam segala hal dalam pandangan Allah s.w.t.
Orang-orang yan mencapai martabat ini akan mendapat sanjungan dari
Allah s.w.t dan dari manusia sejagad, mereka akan dihormati sepanjang
hayat mereka.
Matlumat terakhir dari pengajian Makrifat adalah untuk
kembali semula menjadi Tuhan yaitu pada martabat diri kita di alam
gaibul gaib yakni Ahdah. ( untuk pemahaman lebih mendalam silahkan
bertanya kepada orang-orang Makrifat lagi mursid )