""Nama-nama Nabi""

Nabi Adam as. Nabi Idris as. Nabi Nuh as. Nabi Huud as. Nabi Shaleh as. Nabi Ibrahim as. Nabi Ismail as. Nabi Luth as. Nabi Ishaq as. Nabi Ya’qub as. Nabi Yusuf as. Nabi Syu’aib as. Nabi Ayyub as. Nabi Dzulkifli as. Nabi Musa as. Nabi Harun as. Nabi Daud as. Nabi Sulaiman as. Nabi Ilyas as. Nabi Ilyasa as. Nabi Yunus as. Nabi Zakaria as. Nabi Yahya as. Nabi Isa as. Nabi Muhammad saw.

Selasa, 21 Januari 2014

Nabi Adam as Setinggi 30 meter, Percayakah Anda?

Nabi Adam as Setinggi 30 meter, Percayakah Anda?


Ada fakta yang menarik nih. Tahu tidak kalau tinggi nabi Adam as adalah sekitar 30 meter. Fakta ini ada disebut dalam sebuah hadist shahih. Tidak sedikit orang menertawakan kandungan hadist ini, karena menganggap hal itu tidak terbukti secara ilmu pengetahuan. Benarkah begitu? Ini hadist yang menyatakan tinggi nabi Adam as.

[Al-Bukhariy/ 6227] Telah bercerita kepada kami Yahya bin Ja`far: Telah bercerita kepada kami `Abdu r-Razzaq, dari Ma`mar, dari Hammam, dari Abi Hurayrah, dari Nabi, dia berkata: “Allah menjadikan Adam tingginya 60 hasta, kemudian (Allah) berfirman: Pergilah dan memberi salamlah kepada para malaikat itu, dan dengarkanlah mereka memberi hormat kepada engkau. Itulah kehormatan engkau dan keturunan engkau, lalu (Adam) mengucapkan: Assalamu ‘alaikum, maka (para malaikat) mengucapkan assalamu alaika wa rahmatullah, (para malaikat) menambahkan: warahmatullah, maka setiap orang yang masuk surga serupa dengan Adam (dalam hal perawakan/postur dan gambaran), dan manusia itu senantiasa bertambah kecil sampai sekarang“.

Maksudnya jaman dulu nama Adam as tingginya adalah 60 hasta (1 Kaki = 30 cm, 1 hasta = 1,5 kaki, jadi 60 hasta = 90 kaki = 30 meter), sedangkan keturunannya makin lama makin pendek hingga akhirnya sampai kepada tinggi manusia yang sekarang. Apa fakta sains kalau itulah yang terjadi? Cerita nyata berikut ini secara tidak langsung mendukung kebenaran hadis di atas tersebut.

Ada seorang doktor ahli biologi dari Universitas Hebrew berdialog dengan seorang Rabbi Yahudi yang bernama Dovid Brown. Doktor yang bernama Lesser itu bertanya kepada Rabbi tersebut berapa sesungguhnya tinggi manusia pertama. Rabbi itu menjawab bahwa tinggi manusia pertama adalah sama dengan rata-rata tinggi manusia sekarang menurut “Jewish sages”. Tapi Dr. Lesser membantah pendapat Rabbi tersebut. Dr. Lesser menunjukkan fakta bahwa apabila manusia yang ada sekarang ini dianggap berasal dari hanya sepasang manusia pada awalnya, maka tinggi manusia yang terawal itu harusnya sekitar 90 kaki. Ini berdasarkan penelitian, manusia mengalami penyusutan tinggi badan secara terus-menurus yang disebut “genetic bottelneck”. Seandainya tidak ada terobosan di bidang gizi pada abad ke 17 dan 18, niscaya manusia yang ada sekarang lebih pendek lagi dari tinggi rata-rata sekarang ini.

Informasi di atas dikutip dari “the English section of the September 2001 issue of the Hebrew-English Israeli popular science journal “Ha-Mada Ha-Yisraeli B’Angleet V’Ivreet.”
Sebenarnya doktor itu menolak klaim yang mengatakan bahwa asal-usul manusia berasal dari nabi Adam as, dengan cara menunjukkan fakta bahwa nabi Adam as itu tingginya adalah sekitar 30 meter. Hal menjadi bahan tertawaan ahli-ahli biologi tersebut. Padahal yang sebenarnya terjadi, fakta yang ditunjukkan oleh doktor tersebut malah menunjukkan kebenaran hadist di atas.
Kalau saya menjadi anda, maka saya akan berusaha menjelaskan kepada anak saya bahwa asal-usul manusia itu berasal dari nabi Adam as, walaupun di sekolahnya diajar teori evolusi yang mengatakan bahwa manusia berasal dari monyet. Saya akan katakan kepada anak saya bahwa mempercayai teori evolusi manusia berasal dari monyet dapat mencemarkan kemurnian tauhid kita. Ini dikarenakan teori evolusi yang merupakan aqidah penting kaum atheis berusaha menghapuskan keterlibatan Tuhan yang Maha Pencipta.

Tambahan sedikit. Seandainya tidak ada pembuktian ilmiah pun, kita wajib percaya bahwa tinggi nabi Adam as adalah 30 meter, karena sumber informasi berasal dari sebuah hadist yang shahih.
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar