Segala sesuatu yang Allah ciptakan, baik di langit maupun di bumi pasti
ada tujuan dan hikmahnya. Tidaklah semata mata karena hanya suka-suka
saja. Bahkan seekor nyamuk pun tidaklah diciptakan sia-sia. Allah Ta’ala
berfirman,
أَفَحَسِبْتُمْ أَنَّمَا خَلَقْنَاكُمْ عَبَثاً وَأَنَّكُمْ إِلَيْنَا لَا تُرْجَعُونَ
“Maka apakah kamu mengira, bahwa sesungguhnya Kami menciptakan kamu
secara main-main (saja), dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada
Kami?” (QS. Al Mukminun:115).
Allah swt. menciptakan manusia dari saripati tanah. artinya Allah swt.
menciptakan manusia berasal dari seorang laki-laki dan perempuan,
keduanya mengonsumsi makanan yang berasal dari tumbuhan dan hewan yang
juga memperoleh makanan dari tanah. Sari pati makanan yang fimakan oleh
kedua orang tua kita mejadi sperma dan sel telur.
Hasil pembuahan menjadi segumpal darah dan yang selanjutnya menjadi
segumpal daging hingga tulang belulang yang dibungkus daging. sesudah
itu, Allah menciptakan anggota-anggota badan dan menyusun menjadi
makhluk yang berbentuk seorang bayi manusia.
Air mani yang berasal dari saripati tanah, juga mengandung makna bahwa
manusia pada akhirnnya akan kembali pada tempatnya semula, yaitu tanah.
Tanah yang dimaksud adalah liang lahat. Artinya manusia berasal dari
tanah, dan akan kembali tinggal meyatu dengan tanah.
Alloh Subhanahu Wata'ala Berfirman:
وَلَقَدْ خَلَقْنَا الإنْسَانَ مِنْ سُلالَةٍ مِنْ طِينٍ (12) ثُمَّ
جَعَلْنَاهُ نُطْفَةً فِي قَرَارٍ مَكِينٍ (13) ثُمَّ خَلَقْنَا
النُّطْفَةَ عَلَقَةً فَخَلَقْنَا الْعَلَقَةَ مُضْغَةً فَخَلَقْنَا
الْمُضْغَةَ عِظَامًا فَكَسَوْنَا الْعِظَامَ لَحْمًا ثُمَّ أَنْشَأْنَاهُ
خَلْقًا آخَرَ فَتَبَارَكَ اللَّهُ أَحْسَنُ الْخَالِقِينَ (14) ثُمَّ
إِنَّكُمْ بَعْدَ ذَلِكَ لَمَيِّتُونَ (15) ثُمَّ إِنَّكُمْ يَوْمَ
الْقِيَامَةِ تُبْعَثُونَ (16)
Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati
(berasal) dari tanah. Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang
disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim).Kemudian air mani itu Kami
jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal
daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu
Hilang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan
dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Mahasucilah Allah, Pencipta yang
paling baik. Kemudian sesungguhnya kamu sekalian akan dibangkitkan
(dari kuburmu) di hari kiamat. (QS Al-Mukminun Ayat 12-16)
Allah Swt. berfirman, menceritakan permulaan kejadian manusia yang
dibentuk dari saripati tanah, yaitu Adam a.s. Allah menciptakan Adam
dari tanah liat kering yang berasal dari lumpur hitam yang diberi
bentuk.
Al-A'masy telah meriwayatkan dari Al-Minhal ibnu Amr, dari Abu Yahya,
dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: dari suatu saripati
(berasal) dari tanah. (Al-Mu’mimun: 12) Yakni dari saripati air.
Mujahid mengatakan sehubungan dengan makna Min Sulalatin, artinya dari air mani anak Adam.
Ibnu Jarir mengatakan, sesungguhnya manusia pertama dinamakan Adam karena ia diciptakan dari tanah liat.
Qatadah mengatakan bahwa Adam diciptakan dari tanah liat.
Pendapat ini lebih jelas pengertiannya dan lebih mendekati konteks ayat,
karena sesungguhnya Adam diciptakan dari tanah liat, yaitu tanah liat
kering yang berasal dari lumpur hitam yang diberi bentuk: Hal ini
berarti Adam diciptakan dari tanah, seperti yang disebutkan di dalam
ayat lain melalui firman-Nya:
{وَمِنْ آيَاتِهِ أَنْ خَلَقَكُمْ مِنْ تُرَابٍ ثُمَّ إِذَا أَنْتُمْ بَشَرٌ تَنْتَشِرُونَ}
Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan kalian
dari tanah, kemudian tiba-tiba kalian (menjadi) manusia yang berkembang
biak. (Ar-Rum: 20)
وَقَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ سَعِيدٍ، حَدَّثَنَا
عَوْف، حَدَّثَنَا قَسَامة بْنُ زُهَيْر، عَنْ أَبِي مُوسَى، عَنِ
النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "إِنَّ اللَّهَ
خَلَقَ آدَمَ مِنْ قَبْضَةٍ قَبَضَهَا مِنْ جَمِيعِ الْأَرْضِ، فَجَاءَ
بَنُو آدَمَ عَلَى قَدْر الْأَرْضِ، جَاءَ مِنْهُمُ الْأَحْمَرُ
وَالْأَسْوَدُ وَالْأَبْيَضُ، وَبَيْنَ ذَلِكَ، وَالْخَبِيثُ وَالطَّيِّبُ،
وَبَيْنَ ذَلِكَ".
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Yahya ibnu Sa'id,
telah menceritakan kepada kami Auf, telah menceritakan kepada kami
Usamah ibnu Zuhair, dari Abu Musa, dari Nabi Saw. yang telah bersabda:
Sesungguhnya Allah menciptakan Adam dari segenggam tanah yang diambil
dari seluruh bumi, maka Bani Adam muncul sesuai dengan tabiat tanah; di
antara mereka ada yang berkulit merah, ada yang berkulit putih, ada yang
berkulit hitam, serta ada yang campuran di antara warna-warna tersebut;
dan ada yang buruk ada yang baik, ada pula yang campuran di antara baik
dan buruk.
Abu Daud dan Turmuzi telah meriwayatkannya melalui berbagai jalur dari
Auf Al-A'rabi dengan lafaz yang semisal dan sanad yang sama. Imam
Turmuzi mengatakan bahwa hadis ini hasan sahih.
{ثُمَّ جَعَلْنَاهُ نُطْفَةً}
Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani. (Al Mu’minun:, 13)
Damir yang terdapat di dalam ayat ini kembali kepada jenis manusia, sama
halnya dengan apa yang terdapat di dalam ayat lain melalui firman-Nya:
{وَبَدَأَ خَلْقَ الإنْسَانِ مِنْ طِينٍ * ثُمَّ جَعَلَ نَسْلَهُ مِنْ سُلالَةٍ مِنْ مَاءٍ مَهِينٍ}
dan Yang memulai penciptaan manusia dari tanah. Kemudian Dia menjadikan
keturunannya dari saripati air yang hina (air mani). (As-Sajdah: 7-8)
Yakni air mani yang lemah. Sama dengan yang djsebutkan oleh firman-Nya:
{أَلَمْ نَخْلُقْكُمْ مِنْ مَاءٍ مَهِينٍ. فَجَعَلْنَاهُ فِي قَرَارٍ مَكِينٍ}
Bukankah Kami menciptakan kalian dari air yang hina, kemudian Kami
letakkan dia dalam tempat yang kokoh (rahim). (Al-Mursalat: 20-21)
Yaitu rahim, karena rahim memang telah diciptakan untuk itu.
{إِلَى قَدَرٍ مَعْلُومٍ * فَقَدَرْنَا فَنِعْمَ الْقَادِرُونَ}
sampai waktu yang ditentukan, lalu Kami tentukan (bentuknya), maka Kamilah sebaik-baik yang menentukan. (Al-Mursalat- 22-23)
Maksudnya, masa yang telah dimaklumi dan batas waktu yang telah
ditentukan hingga bentuknya menjadi kokoh, dan mengalami perubahan dari
suatu keadaan kepada keadaan yang lain dan dari suatu bentuk kepada
bentuk yang lain. Karena itulah dalam ayat berikut ini disebutkan oleh
firman-Nya:
{ثُمَّ خَلَقْنَا النُّطْفَةَ عَلَقَةً}
Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah. (Al Mu’minun: 14)
Yakni kemudian Kami jadikan air mani yang terpancarkan dari tulang sulbi
laki-laki dan dari tulang dada perempuan segumpal darah mereka yang
berbentuk memanjang.
Ikrimah mengatakan bahwa 'alaqah adalah darah.
{فَخَلَقْنَا الْعَلَقَةَ مُضْغَةً}
lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging. (Al Mu’minun: 14)
Yaitu berupa segumpal daging yang tidak berbentuk dan tidak pula beralur.
{فَخَلَقْنَا الْمُضْغَةَ عِظَامًا}
dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang. (Al Mu’minun: 14)
Artinya, Kami beri bentuk sehingga mempunyai kepala, dua tangan dan dua
kaki berikut tulang-tulangnya, otot-ototnya, dan urat-uratnya.
Ulama lain membacanya 'azman, bukan 'izaman,menurut Ibnu Abbas artinya tulang sulbi.
Di dalam kitab sahih disebutkan melalui Abuz Zanad, dari Al-A'raj dari
Abu Hurairah yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:
"كُلُّ جَسَدِ ابْنِ آدَمَ يَبْلَى إِلَّا عَجْبُ الذَّنَب، مِنْهُ خُلِقَ وَمِنْهُ (5) يُرَكَّبُ"
Semua jasad anak Adam hancur kecuali bagian bawah dari tulang
punggungnya, karena dari tulang itu dia diciptakan dan dari tulang itu
pula dia akan dibangkitkan kembali.
{فَكَسَوْنَا الْعِظَامَ لَحْمًا}
lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. (Al Mu’minun: 14)
Yakni Kami jadikan baginya daging yang menutupinya, mengikatnya dan memperkuatnya.
{ثُمَّ أَنْشَأْنَاهُ خَلْقًا آخَرَ}
Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. (Al Mu’minun: 14)
Yaitu kemudian Kami tiupkan ke dalam tubuhnya roh, hingga ia dapat
bergerak hidup dan menjadi makhluk lain yang mempunyai pendengaran,
penglihatan, perasaan, gerak, dan getaran.
{فَتَبَارَكَ اللَّهُ أَحْسَنُ الْخَالِقِينَ}
Maka Mahasucilah Allah, Pencipta yang paling baik. (Al Mu’minun: 14)
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ali ibnul
Husain, telah menceritakan kepada kami Ja'far ibnu Musafir, telah
menceritakan kepada kami Yahya ibnu Hassan, telah menceritakan kepada
kami An-Nadr ibnu Kasir maula Bani Hasyim, telah menceritakan kepada
kami Zaid ibnu Ali, dari ayahnya, dari Ali ibnu Abu Talib r.a. yang
mengatakan, bahwa apabila nutfah (di dalam rahim) telah menjalani masa
empat bulan, Allah memerintahkan malaikat untuk meniupkan roh ke dalam
janin yang berada di dalam tiga kegelapan (tiga lapis pelindungnya).
Yang demikian itulah makna yang dimaksud oleh firman-Nya: Kemudian Kami
jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. (Al Mu’minun: 14) Yakni Kami
tiupkan roh ke dalamnya.
Telah diriwayatkan pula dari Abu Sa'id Al-Khudii, bahwa makna yang dimaksud ialah peniupan roh ke dalam tubuh janin.
Ibnu Abbas mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Kemudian Kami
jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. (Al Mu’minun: 14) Maksudnya,
Kami tiupkan roh ke dalam tubuhnya.
Hal yang sama telah dikatakan oleh Mujahid, Ikrimah, Asy-Sya'bi,
Al-Hasan, Abul Aliyah, Ad-Dahhak, Ar-Rabi' ibnu Anas, As-Saddi, dan Ibnu
Zaid, kemudian dipilih oleh Ibnu Jarir.
Al-Aufi telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna
firman-Nya: Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain.(Al
Mu’minun: 14) Yaitu Kami pindahkan dari suatu keadaan kepada keadaan
yang lain hingga terlahirlah ia dalam rupa bayi. Lalu ia tumbuh menjadi
anak-anak, kemudian mencapai usia balig, lalu menjadi dewasa, dan
selanjutnya memasuki usia tua, kemudian usia pikun.
Telah diriwayatkan dari Qatadah dan Ad-Dahhak hal yang semisal.
Pada garis besarnya tidak ada pertentangan di antara pendapat-pendapat
tersebut, karena sesungguhnya sejak ditiupkan roh ke dalam tubuh si
janin, maka dimulailah perubahan-perubahan itu dari suatu keadaan kepada
keadaan yang lain. Hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui.
عَنْ عَبْدِ اللهِ بنِ مَسْعوْدٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قالَ: حَدَّثَنَا
رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وهُوَ الصَّادِقُ
الْمَصْدُوْقُ: إنَّ أَحَدَكُم يُجْمَعُ خلقُهُ فِيْ بَطْنِ أُمِّهِ
أَرْبَعِيْنَ يَوْمًا نُطْفَةً، ثُمَّ يَكُوْنُ عَلَقَةً مِثْلَ ذَلِكَ،
ثُمَّ يَكُوْنُ مُضْغَةً مِثلَ ذَلِكَ، ثُمَّ يُرْسَلُ إِلَيْهِ الْمَلَكُ
فيَنْفُخُ فِيْهِ الرُّوْحَ، وَيُؤْمَرُ بِأَرْبَعِ كَلِمَاتٍ: بِكَتْبِ
رِزْقِهِ، وَأَجَلِهِ، وَعَمَلِهِ، وَشَقِيٌّ أَوْ سَعِيْدٌ، فَوَاللهِ
الَّذِيْ لاَ إِلَهَ غُيْرُهُ، إِنَّ أَحَدَكُمْ لَيَعْمَلُ بِعَمَلِ
أَهْلِ الْجَنَّةِ حَتَّى مَا يَكُوْنُ بَيْنَهُ وَبَيْنَهَا إِلاَّ
ذِرَاعٌ فَيَسْبِقُ عَلَيْهِ الْكِتَابُ فَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ
النَّارِ فَيَدْخُلُهَا، وَإِنَّ أَحَدَكُمْ لَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ
النَّارِ حَتَّى مَا يَكُوْنُ بَيْنَهُ وَبَيْنَهَا إِلاَّ ذِرَاعٌ
فَيَسْبِقُ عَلَيْهِ الْكِتَابُ، فَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ الْجَنَّةِ
فَيَدْخُلُهَا. (رَوَاهُ الْبُخَارِيُّ وَمُسْلِمٌ)
Dari Abu ‘Abdir-Rahman ‘Abdullah bin Mas’ud Radhiyallahu ‘anhu, ia
berkata, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menuturkan kepada
kami, dan beliau adalah ash-Shadiqul Mashduq (orang yang benar lagi
dibenarkan perkataannya), beliau bersabda,”Sesungguhnya seorang dari
kalian dikumpulkan penciptaannya dalam perut ibunya selama 40 hari dalam
bentuk nuthfah (bersatunya sperma dengan ovum), kemudian menjadi
‘alaqah (segumpal darah) seperti itu pula. Kemudian menjadi mudhghah
(segumpal daging) seperti itu pula. Kemudian seorang Malaikat diutus
kepadanya untuk meniupkan ruh di dalamnya, dan diperintahkan untuk
menulis empat hal, yaitu menuliskan rizkinya, ajalnya, amalnya, dan
celaka atau bahagianya. Maka demi Allah yang tidak ada ilah yang berhak
diibadahi dengan benar melainkan Dia, sesungguhnya salah seorang dari
kalian beramal dengan amalan ahli surga, sehingga jarak antara dirinya
dengan surga hanya tinggal sehasta, tetapi catatan (takdir)
mendahuluinya lalu ia beramal dengan amalan ahli neraka, maka dengan itu
ia memasukinya. Dan sesungguhnya salah seorang dari kalian beramal
dengan amalan ahli neraka, sehingga jarak antara dirinya dengan neraka
hanya tinggal sehasta, tetapi catatan (takdir) mendahuluinya lalu ia
beramal dengan amalan ahli surga, maka dengan itu ia memasukinya”.
[Diriwayatkan oleh al Bukhari dan Muslim]
Hadits ini diriwayatkan oleh
1. Imam al Bukhari dalam Shahih-nya, pada kitab Bada-ul Khalq, Bab
Dzikrul Mala-ikah (no. 3208), kitab Ahaditsul Anbiya` no. 3332. Lihat
juga hadits no. 6594 dan 7454.
2. Imam Muslim dalam Shahih-nya, pada kitab al Qadar no. 2643.
3. Imam Abu Dawud no. 4708.
4. Imam at-Tirmidzi no. 2138.
5. Imam Ibnu Majah no. 76.
Imam Ahmad mengatakan di dalam kitab musnadnya:
حَدَّثَنَا أَبُو مُعَاوِيَةَ، حَدَّثَنَا الْأَعْمَشُ، عَنْ زَيْدِ بْنِ
وَهْبٍ، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ -هُوَ ابْنُ مَسْعُودٍ-قَالَ: حَدَّثَنَا
رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَهُوَ الصَّادِقُ
الْمَصْدُوقُ: "إِنَّ أَحَدَكُمْ ليُجمع خَلقُه فِي بَطْنِ أُمِّهِ
أَرْبَعِينَ يَوْمًا، ثُمَّ يَكُونُ عَلَقَةً مِثْلَ ذَلِكَ، ثُمَّ يَكُونُ
مُضْغَةً مِثْلَ ذَلِكَ، ثُمَّ يُرْسِلُ إِلَيْهِ الْمَلَكُ فَيَنْفُخُ
فِيهِ الرُّوحَ، وَيُؤْمَرُ بِأَرْبَعِ كَلِمَاتٍ: رِزْقِهِ، وَأَجَلِهِ،
وَعَمَلِهِ، وَهَلْ هُوَ شَقِيٌّ أَوْ سَعِيدٌ، فَوَالَّذِي لَا إِلَهَ
غَيْرُهُ، إِنَّ أَحَدَكُمْ لَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ الْجَنَّةِ حَتَّى
مَا يَكُونُ بَيْنَهُ وَبَيْنَهَا إِلَّا ذِرَاعٌ، فَيَسْبِقُ عَلَيْهِ
الْكِتَابُ، فَيُخْتَمُ لَهُ بِعَمَلِ أَهْلِ النَّارِ فَيَدْخُلَهَا،
وَإِنَّ الرَّجُلَ لَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ النَّارِ، حَتَّى مَا
يَكُونُ بَيْنَهُ وَبَيْنَهَا إِلَّا ذِرَاعٌ، فَيَسْبِقُ عَلَيْهِ
الْكِتَابُ، فَيُخْتَمُ لَهُ بِعَمَلِ أَهْلِ الْجَنَّةِ فَيَدْخُلُهَا".
Telah menceritakan kepada kami Abu Mu'awiyah, telah menceritakan kepada
kami Al-A'masy, dari Zaid ibnu Wahb, dari Abdullah ibnu Mas'ud r.a. yang
mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda kepada kami:
Sesungguhnya seseorang di antara kalian benar-benar dihimpunkan
penciptaannya di dalam perut ibunya selama empat puluh hari (dalam
bentuk nutfah), kemudian berupa 'alaqah dalam masa yang sama, kemudian
dalam bentuk segumpal daging dalam masa yang sama, kemudian diutus
seorang malaikat kepadanya, maka malaikat itu meniupkan roh ke dalam
tubuhnya dan diperintahkan untuk mencatat empat kalimat (perintah),
yaitu tentang rezekinya, ajalnya, dan amal perbuatannya, serta apakah
dia termasuk orang yang celaka atau orang yang bahagia. Demi Allah yang
tidak ada Tuhan selain Dia, sesungguhnya seseorang di antara kalian
benar-benar mengerjakan amal perbuatan ahli surga sehingga tiada jarak
antara dia dan surga selain hanya satu hasta, tetapi suratan takdir
telah mendahuluinya (bahwa dia termasuk ahli neraka),maka pada akhirnya
ia mengerjakan perbuatan ahli neraka dan dimasukkanlah dia ke dalamnya.
Dan sesungguhnya seseorang di antara kalian benar-benar mengerjakan amal
perbuatan ahli neraka, sehingga tiada jarak antara dia dan neraka
selain satu hasta, tetapi suratan takdir telah mendahuluinya (bahwa dia
termasuk ahli surga), maka pada akhirnya ia mengamalkan perbuatan ahli
surga dan dimasukkanlah dia ke dalamnya.
Imam Bukhari dan Imam Muslim mengetengahkannya melalui hadis Sulaiman ibnu Mahran Al-A'masy.
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu
Sinan, telah menceritakan kepada kami Abu Mu'awiyah, dari Al-A'masy dari
Abu Khaisamah yang mengatakan bahwa Abdullah ibnu Mas'ud r.a. pernah
berkata, "Sesungguhnya nutfah itu bila telah memasuki rahim, maka
menyebarlah ia ke segenap rambut dan kuku, lalu tinggal selama empat
puluh hari, setelah itu ia turun ke dalam rahim dan berubah menjadi
'alaqah."
قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ أَيْضًا: حَدَّثَنَا حُسَيْنُ بْنُ الْحَسَنِ،
حَدَّثَنَا أَبُو كُدَيْنة، عَنْ عَطَاءِ بْنِ السَّائِبِ، عَنِ الْقَاسِمُ
بْنُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ، عَنْ أَبِيهِ، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ: مَرَّ
يَهُودِيٌّ بِرَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَهُوَ
يُحَدِّثُ أَصْحَابَهُ، فَقَالَتْ قُرَيْشٌ: يَا يَهُودِيُّ، إِنَّ هَذَا
يَزعمُ أَنَّهُ نَبِيٌّ. فَقَالَ: لَأَسْأَلَنَّهُ عَنْ شَيْءٍ لَا
يَعْلَمُهُ إِلَّا نَبِيٌّ. قَالَ: فَجَاءَهُ حَتَّى جَلَسَ، فَقَالَ: يَا
مُحَمَّدُ، مِمَّ يُخْلَقُ الإنسان؟ فقال: "يا يهودي، من كلٍّ يُخْلَقُ،
مِنْ نُطْفَةِ الرَّجُلِ وَمِنْ نُطْفَةِ الْمَرْأَةِ، فَأَمَّا نُطْفَةُ
الرَّجُلِ فَنُطْفَةٌ غَلِيظَةٌ مِنْهَا الْعَظْمُ والعَصَب، وَأَمَّا
نُطْفَةُ الْمَرْأَةِ فَنُطْفَةٌ رَقِيقَةٌ مِنْهَا اللَّحْمُ وَالدَّمُ"
فَقَامَ الْيَهُودِيُّ فَقَالَ: هَكَذَا كَانَ يَقُولُ مَنْ قَبْلَكَ.
Imam Ahmad mengatakan pula, telah menceritakan kepada kami Husain ibnul
Hasan, telah menceritakan kepada kami Abu Kadinah, dari Ata ibnus Sa-ib,
dari Al-Qasim ibnu Abdur Rahman, dari ayahnya, dari Abdullah yang
menceritakan bahwa seorang Yahudi bersua dengan Rasulullah Saw. yang
sedang berbicara dengan para sahabatnya. Kemudian orang-orang Quraisy
berkata, "Hai orang Yahudi, sesungguhnya orang ini (maksudnya Nabi Saw.)
mengakui dirinya sebagai seorang nabi." Maka orang Yahudi itu berkata,
"Sungguh aku akan menanyainya tentang sesuatu yang tidak diketahui oleh
seorang pun kecuali hanya oleh seorang nabi." Orang Yahudi itu datang
kepada Nabi Saw. dan duduk di dalam majelisnya, lalu bertanya, "Hai
Muhammad, dari apakah manusia diciptakan ?" Maka Nabi Saw. menjawab: Hai
orang Yahudi, manusia diciptakan dari gabungan antara air mani
laki-laki dan air mani perempuan. Air mani laki-laki berbentuk kental,
darinya tercipta tulang dan otot-otot; sedangkan air mani perempuan
berbentuk encer, darinya tercipta daging dan darah. Maka si Yahudi itu
berkata, "Memang demikianlah dikatakan oleh orang-orang (para nabi)
sebelum kamu."
قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا سُفْيَانُ عَنْ عَمْرٍو، عَنْ أَبِي
الطُّفَيْل، حُذَيْفَة بْنِ أُسَيْد الْغِفَارِيِّ قَالَ: سمعتُ رَسُولَ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: "يَدْخُلُ المَلك
عَلَى النُّطْفَةِ بَعْدَ مَا تَسْتَقِرُّ فِي الرَّحِمِ بِأَرْبَعِينَ
لَيْلَةً، فَيَقُولُ: يَا رَبِّ، مَاذَا؟ أَشَقِيٌّ أَمْ سَعِيدٌ؟ أَذَكَرٌ
أَمْ أُنْثَى؟ فَيَقُولُ اللَّهُ، فَيَكْتُبَانِ. فَيَقُولَانِ: مَاذَا؟
أَذَكَرٌ أَمْ أُنْثَى؟ فَيَقُولُ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ، فَيَكْتُبَانِ
ويُكْتَبُ عَمَلُهُ، وَأَثَرُهُ، وَمُصِيبَتُهُ، وَرِزْقُهُ، ثُمَّ تُطْوَى
الصَّحِيفَةُ، فَلَا يُزاد عَلَى مَا فِيهَا وَلَا يُنْقَصُ"
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Sufyan ibnu Amr,
dari AbutTufail, dari Huzaifah ibnu Usaid Al-Gifari yang mengatakan
bahwa ia pernah mendengar Rasulullah Saw. bersabda: Malaikat masuk ke
dalam nutfah sesudah nutfah menetap di dalam rahim selama empat puluh
malam, lalu malaikat bertanya, "Wahai Tuhanku, apakah yang harus saya
catat? Apakah dia termasuk orang celaka atau orang bahagia, apakah dia
laki-laki atau perempuan?" Maka Allah berfirman, memerintahkannya untuk
menulis laki-laki atau perempuan; dan malaikat itu menulis pula amal
perbuatannya, sepak terjangnya, musibahnya, dan rezekinya. Kemudian
lembaran itu dilipat, maka tiada penambahan atas apa yang telah tertulis
dan tiada pula pengurangan.
Imam Muslim meriwayatkan hadis ini di dalam kitab sahihnya melalui hadis
Sufyan ibnu Uyaynah, dari Amr ibnu Dinar dengan sanad yang sama dan
lafaz yang semisal. Dan dari jalur lain melalui Abut Tufail Amir ibnu
Wasilah, dari Huzaifah ibnu Usaid, dari Abu Syarihah Al-Gifari dengan
lafaz yang semisal. Hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui.
قَالَ الْحَافِظُ أَبُو بَكْرٍ الْبَزَّارُ: حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ
عَبْدَةَ، حَدَّثَنَا حَمَّادُ بْنُ زَيْدٍ، حَدَّثَنَا عُبَيْدُ اللَّهِ
بْنُ أَبِي بَكْرٍ، عَنْ أَنَسٍ؛ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عليه وسلم قال: "إِنَّ اللَّهَ وَكَّلَ بِالرَّحِمِ مَلكًا فَيَقُولُ: أَيْ
رَبِّ، نُطْفَةٌ. أيْ رَبِّ، عَلَقَةٌ أَيْ رَبِّ، مُضْغَةٌ. فَإِذَا
أَرَادَ اللَّهُ خَلْقَهَا قَالَ: يَا رب، ذكر أو أنثى؟ شقي أو سعيد؟ فَمَا
الرِّزْقُ وَالْأَجَلُ؟ " قَالَ: "فَذَلِكَ يُكْتَبُ فِي بَطْنِ أُمِّهِ".
Al-Hafiz Abu Bakar Al-Bazzar mengatakan, telah menceritakan kepada kami
Ahmad ibnu Abdah, telah menceritakan kepada kami Hammad ibnu Zaid, telah
menceritakan kepada kami Ubaidillah ibnu Abu Bakar, dari Anas, bahwa
Rasulullah Saw. pernah bersabda: Sesungguhnya Allah menugaskan seorang
malaikat untuk menjaga rahim, maka malaikat itu berkata, "Wahai Tuhanku,
masih berupa nutfah; wahai Tuhanku, telah menjadi 'alaqah; wahai
Tuhanku, telah menjadi segumpal daging.” Apabila Allah berkehendak untuk
menciptakannya, malaikat itu bertanya, "Wahai Tuhanku, apakah dia
laki-laki atau perempuan? Apakah dia celaka atau bahagia? Dan
bagaimanakah dengan rezekinya dan ajalnya ?" Rasulullah Saw. bersabda,
"Yang demikian itu dicatat di dalam rahim ibunya.”
Imam Bukhari dan Imam Muslim mengetengahkannya di dalam kitab sahih
masing-masing melalui hadis Hammad ibnu Zaid dengan sanad yang sama.
Firman Allah Swt.:
{فَتَبَارَكَ اللَّهُ أَحْسَنُ الْخَالِقِينَ}
Maka Mahasucilah Allah, Pencipta yang paling baik. (Al Mu’minun: 14)
Setelah Allah menyebutkan tentang kekuasaan-Nya dan kelembutanNya dalam
menciptakan nutfah ini dari suatu keadaan kepada keadaan yang lain dan
dari suatu bentuk ke bentuk yang lain sehingga terbentuklah seperti
bentuk manusia yang lengkap dan sempurna, maka Allah Swt. berfirman:
Maka Mahasucilah Allah, Pencipta yang paling baik. (Al Mu’minun: 14)
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Yunus ibnu
Habib, telah menceritakan kepada kami Abu Daud, telah menceritakan
kepada kami Hammad ibnu Salamah, telah menceritakan kepada kami Ali ibnu
Zaid, dari Anas yang mengatakan bahwa Umar ibnul Khattab pernah
mengatakan, "Aku bersesuaian dengan Tuhanku dalam empat perkara. Ketika
ayat ini diturunkan, yaitu firman-Nya: 'Dan sesungguhnya Kami telah
menciptakan manusia dari saripati (berasal) dari tanah' (Al Mu’minun:
12), hingga akhir ayat. Maka aku berkata, 'Maka Mahasucilah Allah,
Pencipta yang paling baik.' Lalu turunlah firman selanjutnya,
yaitu:'Maka Mahasucilah Allah, Pencipta yang paling baik'. (Al Mu’minun:
14)
Ibnu Abu Hatim mengatakan pula, telah menceritakan kepada kami ayahku,
telah menceritakan kepada kami Adam ibnu Abu Iyas, telah menceritakan
kepada kami Syaiban, dari Jabir Al-Ju'fi, dari Amir Asy-Sya'bi, dari
Zaid ibnu Sabit Al-Ansari yang mengatakan, bahwa Rasulullah Saw.
mengimlakan kepadanya ayat ini, yaitu firman-Nya: Dan sesungguhnya Kami
telah menciptakan manusia dari saripati (berasal) dari tanah. (Al
Mu’minun: 12) sampai dengan firman-Nya: Kemudian Kami jadikan dia
makhluk yang(berbentuk) lain. (Al Mu’minun: 14). Maka Mu'az berkata,
"Maka Mahasucilah Allah, Pencipta yang paling baik." Lalu Rasulullah
Saw. tertawa, dan Mu'az bertanya, "Wahai Rasulullah Saw., mengapa engkau
tertawa ?" Rasulullah Saw. menjawab: Dengan kalimat itulah ayat ini
diakhiri, yaitu: "Maka Mahasucilah Allah sebaik-baiknya Pencipta.”
Di dalam sanad hadis ini terdapat Jabir ibnu Zaid Al-Ju'fi, sedangkan
dia orangnya daif sekali, dan di dalam beritanya ini terkandung Nakarah
yang parah.
Demikian itu karena surat ini Makkiyyah, sedangkan Zaid ibnu Sabit
menjadi juru tulis wahyu hanyalah setelah Rasulullah Saw. di Madinah.
Demikian pula masuk islamnya sahabat Mu'az ibnu Jabal, hanyalah setelah
Rasulullah Saw. berada di Madinah. Hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui.
Firman Allah Swt.:
{ثُمَّ إِنَّكُمْ بَعْدَ ذَلِكَ لَمَيِّتُونَ}
Kemudian sesudah itu sesungguhnya kamu sekalian benar-benar akan mati. (Al Mu’minun: 15)
Artinya sesudah penciptaan pertama dari tiada menjadi ada, maka sesudah itu kalian akan mati
{ثُمَّ إِنَّكُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ تُبْعَثُونَ}
Kemudian sesungguhnya kamu sekalian akan dibangkitkan (dari kuburanmu) di hari kiamat. (Al Mu’minun: 16)
Yakni dalam penciptaan yang terakhir di hari akhirat nanti. Sama halnya
dengan apa yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:
{ثُمَّ اللَّهُ يُنْشِئُ النَّشْأَةَ الآخِرَةَ}
Kemudian Allah menjadikannya sekali lagi. (Al-'Ankabut: 20)
Yaitu di hari berbangkit dan semua roh kembali kepada jasadnya
masing-masing, lalu semua makhluk menjalani hisabnya, dan setiap orang
yang beramal akan dibalasi sesuai dengan amal perbuatannya. Jika amalnya
baik, maka balasannya baik, dan jika amalnya buruk, maka balasannya
buruk pula.
Sungguh ayat-ayat berikut bisa sebagai renungan berharga. Allah Ta’ala berfirman,
قُلْ إِنَّ الْمَوْتَ الَّذِي تَفِرُّونَ مِنْهُ فَإِنَّهُ مُلَاقِيكُمْ
ثُمَّ تُرَدُّونَ إِلَى عَالِمِ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ فَيُنَبِّئُكُمْ
بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ
“Katakanlah: “Sesungguhnya kematian yang kamu lari daripadanya, maka
sesungguhnya kematian itu akan menemui kamu, kemudian kamu akan
dikembalikan kepada (Allah), yang mengetahui yang ghaib dan yang nyata,
lalu Dia beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan”.” (QS. Al
Jumu’ah [62] : 8)
Kematian akan tetap menghampiri seseorang, walaupun dia berusaha
bersembunyi di dalam benteng yang kokoh. Allah Ta’ala berfirman,
أَيْنَمَا تَكُونُواْ يُدْرِككُّمُ الموت وَلَوْ كُنتُمْ فِي بُرُوجٍ مُّشَيَّدَةٍ
“Di mana saja kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, kendatipun
kamu di dalam benteng yang tinggi lagi kokoh.” (QS. An Nisa’ [4] : 78)
Jadi, kematian (maut) adalah benar adanya.
وَجَاءَتْ سَكْرَةُ الْمَوْتِ بِالْحَقِّ ذَلِكَ مَا كُنْتَ مِنْهُ تَحِيدُ
“Dan datanglah sakaratul maut dengan sebenar-benarnya. Itulah yang kamu selalu lari daripadanya.” (QS. Qaaf [50] : 19)
Manfaatkanlah umur yang Allah berikan dengan sebaik-baiknya, janganlah sia-siakan. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,
اِغْتَنِمْ خَمْسًا قَبْلَ خَمْسٍ : شَبَابَكَ قَبْلَ هَرَمِكَ وَ
صِحَّتَكَ قَبْلَ سَقَمِكَ وَ غِنَاكَ قَبْلَ فَقْرِكَ وَ فَرَاغَكَ قَبْلَ
شَغْلِكَ وَ حَيَاتَكَ قَبْلَ مَوْتِكَ
“Ambillah lima perkara sebelum lima perkara: [1] Waktu mudamu sebelum
datang waktu tuamu, [2] Waktu sehatmu sebelum datang waktu sakitmu, [3]
Masa kayamu sebelum datang masa kefakiranmu, [4] Masa luangmu sebelum
datang masa sibukmu, [5] Hidupmu sebelum datang kematianmu.” (HR. Al
Hakim dalam Al Mustadroknya, dikatakan oleh Adz Dzahabiy dalam At
Talkhish berdasarkan syarat Bukhari-Muslim).
Al Fudhail bin ‘Iyadh mengatakan,
كَفَى بِالمَوْتِ وَاعِظًا
“Cukuplah kematian sebagai peringatan (berharga).” (Diriwayatakan oleh Al Baihaqi dalam Az Zuhd)
Dengan ingat akan mati, seseorang akan bersegera beramal dan tidak
panjang angan-angan. Semoga risalah singkat ini bisa sebagai pengingat
yang berharga.
Keutamaan Dan Kemuliaan AHLUL BAIT ROSULULLOH SAW
AHLUL BAIT Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wassallam memiliki keutamaan
dan kemuliaan bagi semua kaum Muslimin, karena Allah Subhanahu Wata’ala
memuliakan dan membersihkan mereka dari dosa, mewajibkan kaum Muslimin
untuk mencintai mereka di atas semua ras manusia.
Ayat Tathir merupakan salah satu ayat-ayat yang berkaitan dengan Ahlu
Bait Rosululloh SAW. Ayat yang setiap katanya lazim ditelaah ini, secara
gamblang juga menginsyaratkan tentang kemaksuman para pribadi agung
tersebut.
Alloh Subhanahu Wata'ala Berfirman:
يَا نِسَاءَ النَّبِيِّ لَسْتُنَّ كَأَحَدٍ مِنَ النِّسَاءِ إِنِ
اتَّقَيْتُنَّ فَلا تَخْضَعْنَ بِالْقَوْلِ فَيَطْمَعَ الَّذِي فِي
قَلْبِهِ مَرَضٌ وَقُلْنَ قَوْلا مَعْرُوفًا (32) وَقَرْنَ فِي
بُيُوتِكُنَّ وَلا تَبَرَّجْنَ تَبَرُّجَ الْجَاهِلِيَّةِ الأولَى
وَأَقِمْنَ الصَّلاةَ وآتِينَ الزَّكَاةَ وَأَطِعْنَ اللَّهَ وَرَسُولَهُ
إِنَّمَا يُرِيدُ اللَّهُ لِيُذْهِبَ عَنْكُمُ الرِّجْسَ أَهْلَ الْبَيْتِ
وَيُطَهِّرَكُمْ تَطْهِيرًا (33) وَاذْكُرْنَ مَا يُتْلَى فِي بُيُوتِكُنَّ
مِنْ آيَاتِ اللَّهِ وَالْحِكْمَةِ إِنَّ اللَّهَ كَانَ لَطِيفًا خَبِيرًا
(34)
Hai istri-istri Nabi, kamu sekalian tidaklah seperti wanita yang lain,
jika kamu bertakwa. Maka janganlah kamu tunduk dalam berbicara sehingga
berkeinginanlah orang yang ada penyakit dalam hatinya, dan ucapkanlah
perkataan yang baik, dan hendaklah kamu tetap di rumahmu, dan janganlah
kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang Jahiliah yang
dahulu dan dirikanlah salat, tunaikanlah zakat, dan taatilah Allah dan
Rasul-Nya. Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari
kamu, hai Ahlul Bait, dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya. Dan
ingatlah apa yang dibacakan di rumahmu dari ayat-ayat Allah dan hikmah
(sunnah Nabimu).Sesungguhnya Allah adalah Mahalembut lagi Maha
Mengetahui. (QS Al-Ahzab: 32-34)
Apa yang disebutkan dalam ayat-ayat ini merupakan etika-etika yang
dianjurkan oleh Allah Swt. kepada istri-istri Nabi Saw., sedangkan kaum
wanita umatnya mengikut mereka dalam hal ini. Untuk itu Allah Swt.
berfirman kepada istri-istri Nabi Saw., bahwasanya apabila mereka
bertakwa kepada Allah Swt. sesuai dengan apa yang telah diperintahkan
oleh-Nya kepada mereka, maka sesungguhnya tiada seorang wanita pun yang
setara dengan mereka dan tiada seorang wanita pun yang dapat menyusul
keutamaan dan kedudukan mereka.
Dalam firman selanjutnya Allah Swt. menyebutkan:
{فَلا تَخْضَعْنَ بِالْقَوْلِ}
Maka janganlah kamu tunduk dalam berbicara. (Al-Ahzab: 32)
As-Saddi dan lain-lainnya mengatakan bahwa makna yang dimaksud ialah
mereka istri-istri Nabi Saw. tidak boleh bertutur kata dengan nada lemah
lembut jika berbicara dengan lelaki. Alasannya disebutkan dalam firman
selanjutnya:
{فَيَطْمَعَ الَّذِي فِي قَلْبِهِ مَرَضٌ}
sehingga berkeinginanlah orang yang ada penyakit dalam hatinya. (Al-Ahzab: 32)
Yaitu rasa khianat dalam hatinya.
{وَقُلْنَ قَوْلا مَعْرُوفًا}
dan ucapkanlah perkataan yang baik. (Al-Ahzab: 32)
Ibnu Zaid mengatakan, makna yang dimaksud ialah ucapan yang baik,
pantas, lagi tegas. Dengan kata lain, seorang wanita itu bila berbicara
dengan lelaki lain hendaknya tidak memakai nada suara yang lemah lembut.
Yakni janganlah seorang wanita berbicara dengan lelaki lain dengan
perkataan seperti dia berbicara kepada suaminya sendiri.
Firman Allah Swt.:
{وَقَرْنَ فِي بُيُوتِكُنَّ}
dan hendaklah kamu tetap di rumahmu. (Al-Ahzab: 33)
Maksudnya, diamlah kamu di rumahmu dan janganlah keluar rumah kecuali
karena suatu keperluan. Termasuk keperluan yang diakui oleh syariat
ialah menunaikan salat berjamaah di masjid berikut semua
persyaratannya, sebagaimana yang disabdakan oleh Rasulullah Saw.:
"لَا تَمْنَعُوا إِمَاءَ اللَّهِ مَسَاجِدَ اللَّهِ، وَلْيَخْرُجْنَ
وَهُنَّ تَفِلات" وَفِي رِوَايَةٍ: "وَبُيُوتُهُنَّ خَيْرٌ لَهُنَّ"
Janganlah kalian melarang hamba-hamba perempuan Allah dari
masjid-masjid-Nya, dan hendaklah mereka keluar dalam keadaan berpakaian
yang tertutup rapi. Menurut riwayat lain disebutkan: Tetapi rumah-rumah
mereka adalah lebih baik bagi mereka.
قَالَ الْحَافِظُ أَبُو بَكْرٍ الْبَزَّارُ: حَدَّثَنَا حُمَيْدُ بْنُ
مَسْعَدة حَدَّثَنَا أَبُو رَجَاءٍ الْكَلْبِيُّ، رَوْحُ بْنُ الْمُسَيَّبِ
ثِقَةٌ، حَدَّثَنَا ثَابِتٌ الْبُنَانِيُّ عَنْ أَنَسٍ، رَضِيَ اللَّهُ
عَنْهُ، قَالَ: جِئْنَ النِّسَاءُ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقُلْنَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، ذَهَبَ الرِّجَالُ
بِالْفَضْلِ وَالْجِهَادِ فِي سَبِيلِ اللَّهِ تَعَالَى، فَمَا لَنَا
عَمَلٌ نُدْرِكُ بِهِ عَمَلَ الْمُجَاهِدِينَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ؟ فَقَالَ
رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "مَنْ قَعَدَ -أَوْ
كَلِمَةً نَحْوَهَا -مِنْكُنَّ فِي بَيْتِهَا فَإِنَّهَا تُدْرِكُ عَمَلَ
الْمُجَاهِدِينَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ"
Al-Hafiz Abu Bakar Al-Bazzar mengatakan, telah menceritakan kepada kami
Humaid ibnu Mas'adah, telah menceritakan kepada kami Abu Raja Al-Kalbi
alias Rauh ibnul Musayyab seorang yang siqah, telah menceritakan kepada
kami Sabit Al-Bannani, dari Anas r.a. yang mengatakan bahwa kaum wanita
datang menghadap kepada Rasulullah Saw., lalu bertanya, "Wahai
Rasulullah, kaum lelaki pergi dengan memborong keutamaan dan pahala
berjihad di jalan Allah, sedangkan kami kaum wanita tidak mempunyai amal
yang dapat menandingi amal kaum Mujahidin di jalan Allah." Maka
Rasulullah Saw. bersabda: Barang siapa di antara kalian (kaum wanita)
yang duduk atau kalimat yang semakna di dalam rumahnya, maka
sesungguhnya dia dapat memperoleh amal yang sebanding dengan amal kaum
Mujahid di jalan Allah.
Kemudian Al-Bazzar mengatakan, "Kami tidak mengetahui ada seseorang yang
meriwayatkan hadis ini melalui Sabit Al-Bannani selain Rauh ibnul
Musayyab, dia adalah seorang lelaki dari kalangan ulama Basrah yang
cukup terkenal."
قَالَ الْبَزَّارُ أَيْضًا: حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ الْمُثَنَّى،
حَدَّثَنَا عَمْرُو بْنُ عَاصِمٍ، حَدَّثَنَا هَمَّامٌ، عَنْ قَتَادَةَ،
عَنْ مُوَرِّق، عَنْ أَبِي الْأَحْوَصِ، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ، عَنِ
النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "إِنِ الْمَرْأَةَ
عَوْرَةٌ، فَإِذَا خَرَجَتِ اسْتَشْرَفَهَا الشَّيْطَانُ، وَأَقْرَبُ مَا
تَكُونُ بروْحَة رَبِّهَا وَهِيَ فِي قَعْر بَيْتِهَا".
Al-Bazzar mengatakan pula, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnul
Musanna, telah menceritakan kepadaku Amr ibnu Asim, telah menceritakan
kepada kami Hammam, dari Qatadah, dari Muwarraq, dari Abdul Ahwas, dari
Abdullah ibnu Mas'ud r.a. dari Nabi Saw. yang telah bersabda:
Sesungguhnya (tubuh) wanita itu adalah aurat. Maka apabila wanita itu
keluar, setan datang menyambutnya. Dan tempat yang paling dekat bagi
wanita kepada rahmat Tuhannya ialah bila ia berada di dalam rumahnya.
Imam Turmuzi meriwayatkannya dari Bandar, dari Amr ibnu Asim dengan sanad dan lafaz yang semisal.
Al-Bazzar telah meriwayatkannya pula berikut sanad seperti sebelumnya
demikian juga Imam Abu Daud bersumber dari Nabi Saw. yang telah
bersabda:
"صَلَاةُ الْمَرْأَةِ فِي مَخْدعِها أَفْضَلُ مِنْ صَلَاتِهَا فِي
بَيْتِهَا، وَصَلَاتُهَا فِي بَيْتِهَا أَفْضَلُ مِنْ صَلَاتِهَا فِي
حُجْرَتِهَا"
Salat wanita di dalam tempat tidurnya lebih baik daripada salatnya di
dalam rumahnya, dan salatnya di dalam rumahnya lebih baik daripada
salatnya di dalam kamarnya.
Sanad hadis ini jayyid (baik).
Firman Allah Swt.:
{وَلا تَبَرَّجْنَ تَبَرُّجَ الْجَاهِلِيَّةِ الأولَى}
dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang Jahiliah yang dahulu. (Al-Ahzab: 33)
Mujahid mengatakan bahwa dahulu di masa Jahiliah wanita bila keluar
berjalan di depan kaum pria, maka itulah yang dinamakan tingkah laku
Jahiliah.
Qatadah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: dan janganlah
kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang Jahiliah yang
dahulu. (Al-Ahzab: 33) Yakni bila kalian keluar dari rumah. Dahulu
wanita bila berjalan berlenggak-lenggok dengan langkah yang manja dan
memikat, lalu Allah Swt. melarang hal tersebut.
Muqatil telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: dan
janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang Jahiliah
yang dahulu. (Al-Ahzab: 33) At-Tabarruj artinya mengenakan kain kerudung
tanpa mengikatnya, kalau diikat dapat menutupi kalung dan
anting-antingnya serta lehernya. Jika tidak diikat, maka semuanya itu
dapat kelihatan, yang demikian itulah yang dinamakan tabarruj. Kemudian
khitab larangan ini berlaku menyeluruh buat semua kaum wanita mukmin.
Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepadaku Ibnu Zuhair, telah
menceritakan kepada kami Musa ibnu Ismail, telah menceritakan kepada
kami Daud ibnu Abul Furat, telah menceritakan kepada kami Ali ibnu
Ahmar, dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas r.a. Disebutkan bahwa Ibnu Abbas
membaca ayat ini, yaitu firman-Nya: dan janganlah kamu berhias dan
bertingkah laku seperti orang-orang Jahiliah yang dahulu. (Al-Ahzab: 33)
Ibnu Abbas mengatakan bahwa munculnya tabarruj adalah di masa antara
masa Nabi Nuh dan Nabi Idris, lamanya kurang lebih seribu tahun; itulah
permulaannya.
Sesungguhnya salah satu dari dua kabilah keturunan Adam bertempat
tinggal di daerah dataran rendah, sedangkan yang lainnya tinggal di
daerah perbukitan. Tersebutlah bahwa kaum pria orang-orang yang tinggal
di daerah pegunungan terkenal dengan ketampanannya, sedangkan kaum
wanitanya tidak cantik. Lain halnya dengan mereka yang tinggal di daerah
perbukitan; kaum prianya bertampang jelek-jelek, sedangkan kaum
wanitanya cantik-cantik.
Lalu Iblis la'natull'ah mendatangi seorang lelaki dari kalangan penduduk
dataran rendah dalam rupa seorang pelayan, lalu ia menawarkan jasa
pelayanan kepadanya, akhirnya si iblis menjadi pelayan lelaki itu.
Kemudian iblis membuat suatu alat musik yang semisal dengan apa yang
biasa dipakai oleh para penggembala. Alat tersebut dapat mengeluarkan
bunyi-bunyian yang sangat merdu dan belum pernah orang-orang di masa itu
mendengarkan suara seindah itu. Ketika suara musik iblis itu sampai
terdengar oleh orang-orang yang ada di sekitarnya, maka berdatanganlah
mereka untuk mendengarkan suara musiknya. Lalu mereka membuat suatu hari
raya setiap tahunnya, yang pada hari itu mereka berkumpul. Pada saat
itu kaum wanita mereka menampakkan dirinya kepada kaum prianya dengan
memakai perhiasan dan tingkah laku Jahiliah.
Begitu pula sebaliknya, kaum pria mereka berhias diri untuk kaum
wanitanya pada hari raya itu. Lalu ada seorang lelaki dari kalangan
penduduk daerah pegunungan mendatangi hari raya mereka itu, dan ia
melihat kaum wanita daerah dataran rendah cantik-cantik. Ia
memberitahukan hal itu kepada teman-temannya di daerah pegunungan.
Akhirnya mereka turun dari gunung dan bergaul dengan wanita daerah
dataran rendah. Maka timbullahfahisyah (perbuatan zina) di kalangan
mereka. Hal inilah yang dimaksudkan oleh Allah Swt. dalam firman-Nya:
dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang
Jahiliah yang dahulu. (Al-Ahzab: 33)
Adapun firman Allah Swt.:
{وَأَقِمْنَ الصَّلاةَ وآتِينَ الزَّكَاةَ وَأَطِعْنَ اللَّهَ وَرَسُولَهُ}
dan dirikanlah salat, tunaikanlah zakat, dan taatilah Allah dan Rasul-Nya. (Al-Ahzab: 33)
Pada mulanya Allah mencegah mereka dari perbuatan yang buruk, kemudian
memerintahkan mereka kepada kebaikan seperti mendirikan salat yang
artinya menyembah Allah semata, tiada sekutu bagi-Nya dan menunaikan
zakat yang artinya berbuat baik kepada makhluk.
{وَأَطِعْنَ اللَّهَ وَرَسُولَهُ}
dan taatilah Allah dan Rasul-Nya. (Al-Ahzab: 33)
Ini termasuk ke dalam Bab '"Atful 'Aam 'Alal Khas"
Firman Allah Swt.:
{إِنَّمَا يُرِيدُ اللَّهُ لِيُذْهِبَ عَنْكُمُ الرِّجْسَ أَهْلَ الْبَيْتِ وَيُطَهِّرَكُمْ تَطْهِيرًا}
Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, hai
Ahlul Bait, dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya. (Al-Ahzab: 33)
Teks ayat ini dengan jelas memasukkan istri-istri Nabi Saw. ke dalam
pengertian ahlul bait, karena merekalah yang menjadi latar belakang
turunnya ayat ini. Subjek yang melatarbelakangi turunnya suatu ayat
sudah jelas termasuk di dalamnya sebagai suatu hal yang tak dapat
dipungkiri lagi, tetapi pengertiannya adakalanya menyangkut subjek
belaka, atau beserta yang lainnya menurut pendapat yang sahih.
Ibnu Jarir telah meriwayatkan dari Ikrimah, bahwa ia pernah berseru di
pasar sehubungan dengan makna firman-Nya: Sesungguhnya Allah bermaksud
hendak menghilangkan dosa dari kamu, hai Ahlul Bait, dan membersihkan
kamu sebersih-bersihnya. (Al-Ahzab: 33) bahwa ayat ini secara khusus
diturunkan berkenaan dengan istri-istri Nabi Saw.
Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Ibnu Abu Hatim.
Ia mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ali ibnu Harb Al-Mausuli,
telah menceritakan kepada kami Zaid ibnul Habbab, telah menceritakan
kepada kami Husain ibnu Waqid, dari Yazid An-Nahwi, dari Ikrimah, dari
Ibnu Abbas r.a. sehubungan dengan makna firman-Nya:Sesungguhnya Allah
bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, hai Ahlul Bait.
(Al-Ahzab: 33) Bahwa ayat ini diturunkan berkenaan dengan istri-istri
Nabi Saw. secara khusus.
Ikrimah mengatakan, "Barang siapa yang ingin ber-mubahalah (bersumpah)
denganku, aku layani. Sesungguhnya ayat ini diturunkan berkenaan dengan
istri-istri Nabi Saw. dengan pengertian bahwa merekalah yang
melatarbelakangi turunnya ayat ini, bukan yang lainnya, maka pendapatnya
itu dapat dibenarkan. Tetapi jika makna yang dimaksudnya hanya
menyangkut diri mereka tanpa melibatkan lainnya, maka pendapatnya ini
masih perlu diteliti. Karena sesungguhnya banyak hadis yang menyebutkan
bahwa makna yang dimaksud dari ayat ini lebih umum daripada apa yang
dikatakannya itu."
Hadis pertama.
قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا عَفَّانُ، حَدَّثَنَا حَمَّادُ،
أَخْبَرَنَا عَلَيِّ بْنِ زَيْدٍ ، عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ، رَضِيَ
اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ: إِنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ كَانَ يَمُرُّ بِبَابِ فَاطِمَةَ سِتَّةَ أَشْهُرٍ إِذَا خَرَجَ
إِلَى صَلَاةِ الْفَجْرَ يَقُولُ: "الصَّلَاةُ يَا أَهْلَ الْبَيْتِ،
{إِنَّمَا يُرِيدُ اللَّهُ لِيُذْهِبَ عَنْكُمُ الرِّجْسَ أَهْلَ الْبَيْتِ
وَيُطَهِّرَكُمْ تَطْهِيرًا}
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Affan, telah
menceritakan kepada kami Hammad, telah menceritakan kepada kami Ali ibnu
Zaid, dari Anas ibnu Malik r.a. yang telah mengatakan bahwa
sesungguhnya Rasulullah Saw. selalu melewati pintu rumah Fatimah r.a.
selama enam bulan bila keluar menuju masjid untuk menunaikan salat Subuh
seraya mengatakan: Salat, hai Ahlul Bait. Sesungguhnya Allah bermaksud
hendak menghilangkan dosa dari kamu, hai Ahlul Bait, dan membersihkan
kamu sebersih-bersihnya.
Imam Turmuzi meriwayatkan melalui Abdu ibnu Humaid, dari Affan dengan
sanad yang sama, dan ia mengatakan bahwa hadis ini hasan garib.
Hadis lain.
قَالَ ابْنُ جَرِيرٍ: حَدَّثَنَا ابْنُ وَكِيع، حَدَّثَنَا أَبُو نُعَيْمٍ،
حَدَّثَنَا يُونُسُ بْنُ أَبِي إِسْحَاقَ، أَخْبَرَنِي أَبُو دَاوُدَ،
عَنْ أَبِي الْحَمْرَاءِ قَالَ: رَابَطْتُ الْمَدِينَةَ سَبْعَةَ أَشْهُرٍ
عَلَى عَهْدِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وسلم، [قَالَ:
رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ] إِذَا طَلَعَ
الْفَجْرَ، جَاءَ إِلَى بَابِ عَلِيٍّ وَفَاطِمَةَ فَقَالَ: "الصَّلَاةَ
الصَّلَاةَ {إِنَّمَا يُرِيدُ اللَّهُ لِيُذْهِبَ عَنْكُمُ الرِّجْسَ
أَهْلَ الْبَيْتِ وَيُطَهِّرَكُمْ تَطْهِيرًا}
Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ibnu Waki', telah
menceritakan kepada kami Abu Na'im, telah menceritakan kepada kami
Yunus, dari Abu Ishaq, telah menceritakan kepadaku Abu Daud, dari Abul
Hamra yang menceritakan bahwa ia pernah ber-murabatah (ikatan dinas
jihad) di Madinah selama tujuh bulan di masa Rasulullah Saw. Selama itu
ia melihat Rasulullah Saw. apabila fajar subuh menyingsing keluar menuju
ke pintu rumah Ali dan Fatimah r.a., lalu bersabda: Salat, salat,
sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, hai
Ahlul Bait, dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya.
Abu Daud Al-A'ma adalah Nafi' ibnul Haris, seorang yang dikenal pendusta dalam periwayatan hadis.
Hadis lain.
قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ أَيْضًا: حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ مُصْعَبٍ،
حَدَّثَنَا الْأَوْزَاعِيُّ، حَدَّثَنَا شَدَّادٌ أَبُو عَمَّارٍ قَالَ:
دَخَلْتُ عَلَى وَاثِلَةَ بْنِ الْأَسْقَعِ وَعِنْدَهُ قَوْمٌ، فَذَكَرُوا
عَلِيًّا، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، فَلِمَا قَامُوا قَالَ لِي: أَلَا
أُخْبِرُكَ بِمَا رَأَيْتُ مِنْ رَسُولِ اللَّهِ اللَّهَ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ؟ قُلْتُ: بَلَى. قَالَ: أَتَيْتُ فَاطِمَةَ أَسْأَلُهَا عَنْ
عَلِيٍّ فَقَالَتْ: تَوَجه إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ، فَجَلَسْتُ أَنْتَظِرُهُ حَتَّى جَاءَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَمَعَهُ عَلِيٌّ وَحَسَنٌ وَحُسَيْنٌ، آخِذٌ
كُلُّ وَاحِدٍ مِنْهُمَا بِيَدِهِ حَتَّى دَخَلَ، فَأَدْنَى عَلِيًّا
وَفَاطِمَةَ وَأَجْلَسَهُمَا بَيْنَ يَدَيْهِ، وَأَجْلَسَ حَسَنًا
وَحُسَيْنًا كُلَّ وَاحِدٍ مِنْهُمَا عَلَى فَخِذِهِ، ثُمَّ لفَّ
عَلَيْهِمْ ثَوْبَهُ -أَوْ قَالَ: كِسَاءَهُ -ثُمَّ تَلَا هَذِهِ الْآيَةَ:
{إِنَّمَا يُرِيدُ اللَّهُ لِيُذْهِبَ عَنْكُمُ الرِّجْسَ أَهْلَ
الْبَيْتِ وَيُطَهِّرَكُمْ تَطْهِيرًا} ، اللَّهُمَّ هَؤُلَاءِ أَهْلُ
بَيْتِي، وَأَهْلُ بَيْتِي أَحَقُّ"،
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu
Mus'ab, telah menceritakan kepada kami Al-Auza'i, telah menceritakan
kepada kami Syaddad Abi Ammar yang telah menceritakan bahwa ia masuk ke
dalam rumah Wasilah ibnul Asqa' r.a. yang pada saat itu ia sedang
berbicara dengan suatu kaum. Lalu mereka menceritakan perihal Ali r.a.
Ternyata mereka mencacinya, lalu ia ikut mencacinya pula mengikuti
mereka. Setelah mereka bubar meninggalkan Wasilah, lalu Wasilah bertanya
kepadaku (perawi), "Mengapa engkau ikut mencaci Ali?" Aku menjawab,
"Aku lihat mereka mencacinya, maka aku ikut mencacinya bersama mereka."
Wasilah bertanya, "Maukah aku ceritakan kepadamu apa yang pernah kulihat
dari Rasulullah Saw.?" Aku menjawab, "Tentu saja aku mau." Wasilah
menceritakan pengalamannya, bahwa ia pernah datang kepada Fatimah r.a.
menanyakan sahabat Ali r.a. Fatimah menjawab bahwa Ali sedang pergi
menemui Rasulullah Saw. Aku (perawi) menunggunya hingga Rasulullah Saw.
datang dengan ditemani oleh Ali, Hasan, dan Husain radiyallahu 'anhum;
masing-masing dari mereka saling berpegangan tangan. Kemudian Rasulullah
Saw. masuk dan mendekatkan Ali dan Fatimah, lalu mendudukkan keduanya
di hadapannya. Beliau memangku Hasan dan Husain, masing-masing pada
salah satu pahanya. Sesudah itu beliau Saw. melilitkan kain atau
jubahnya kepada mereka dan membaca ayat berikut, yaitu firman Allah
Swt.: Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu,
hai Ahlul Bait, dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya. (Al-Ahzab: 33)
Lalu beliau Saw. berkata dalam doanya: Ya Allah, mereka ini adalah ahli
baitku (keluargaku), dan ahli baitku lebih berhak.
Abu Ja'far ibnu Jarir telah meriwayatkannya dari Abdul Karim ibnu Abu
Umair, dari Al-Walid ibnu Muslim, dari Abu Amr Al-Auza'i berikut
sanadnya yang semisal, tetapi dalam riwayat ini ditambahkan bahwa
Wasilah bertanya, "Wahai Rasulullah, semoga Allah melimpahkan
salawat-Nya kepadamu. Bagaimanakah dengan diriku, apakah termasuk ahli
baitmu?" Rasulullah Saw. bersabda:
"وَأَنْتَ مِنْ أَهْلِي"
Dan engkaupun termasuk ahli baitku.
Wasilah berkata, "Sesungguhnya hal ini merupakan apa yang selama ini aku dambakan dan kuharap-harapkan."
ثُمَّ رَوَاهُ أَيْضًا عَنْ عَبْدِ الْأَعْلَى بْنِ وَاصِلٍ، عَنِ
الْفَضْلِ بْنِ دُكَيْن، عَنْ عَبْدِ السَّلَامِ بْنِ حَرْبٍ، عَنْ
كُلْثُومِ الْمُحَارِبِيِّ، عَنْ شَدَّادِ أَبِي عَمَّارٍ قَالَ: إِنِّي
لَجَالِسٌ عِنْدَ وَاثِلَةَ بْنِ الْأَسْقَعِ إذ ذكروا عليا فَشَتَمُوهُ،
فَلَّمَا قَامُوا قَالَ: اجْلِسْ حَتَّى أُخْبِرُكَ عَنِ الَّذِي
شَتَمُوهُ، إِنِّي عِنْدَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ إِذْ جَاءَ عَلِيٌّ وَفَاطِمَةُ وَحَسَنٌ وَحُسَيْنٌ فَأَلْقَى
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَيْهِمْ كِسَاءً لَهُ، ثُمَّ قَالَ:
"اللَّهُمَّ هَؤُلَاءِ أَهْلُ بَيْتِي، اللَّهُمَّ أَذْهِبْ عَنْهُمُ
الرِّجْسَ وَطَهِّرْهُمْ تَطْهِيرًا". قُلْتُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ،
وَأَنَا؟ قَالَ: "وَأَنْتَ" قَالَ: فَوَاللَّهِ إِنَّهَا لَأَوْثَقُ
عَمَلِي عِنْدِي
Kemudian Ibnu Jarir meriwayatkannya pula dari Abdul Ala ibnu Wasil, dari
Al-Fadl ibnu Dakin, dari Abdus Salam ibnu Harb, dari Kalsum
Al-Muharibi, dari Syaddad ibnu Abu Ammar yang telah menceritakan bahwa
pada suatu hari ia duduk di hadapan Wasilah ibnul Asqa' ketika mereka
sedang memperbincangkan sahabat Ali r.a., lalu mereka mencaci Ali.
Setelah mereka pergi, Wasilah berkata kepadanya, memerintahkannya untuk
duduk dan jangan pergi sebelum mendengar cerita tentang orang (Ali)
yang baru saja mereka caci. Wasilah ibnul Asqa' menceritakan, pada suatu
hari ia berada di rumah Rasulullah Saw. Tiba-tiba datanglah Ali,
Fatimah, Hasan, dan Husain radiyallahu 'anhum. Lalu Rasulullah Saw.
menutupi mereka dengan kain jubahnya dan berdoa: Ya Allah, mereka ini
adalah ahli baitku. Ya Allah, lenyapkanlah dosa-dosa dari mereka dan
bersihkanlah diri mereka sebersih-bersihnya. Aku (Wasilah) bertanya,
"Wahai Rasulullah, bagaimanakah denganku?" Rasulullah Saw. bersabda,
"Engkau juga (termasuk ahli baitku)" Wasilah ibnul Asqa' mengatakan,
"Demi Allah, sesungguhnya hal ini merupakan amal yang paling kujadikan
pegangan bagiku."
Hadis lain.
قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ نُمَيْرٍ،
حَدَّثَنَا عَبْدِ الْمَلِكِ بْنِ أَبِي سُلَيْمَانَ، عَنْ عَطَاءٍ بن أبي
رَبَاحٍ، حَدَّثَنِي مِنْ سَمِعَ أُمَّ سَلَمَةَ تَذْكُرُ أَنَّ النَّبِيَّ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ فِي بَيْتِهَا، فَأَتَتْهُ
فَاطِمَةُ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا، بِبُرْمَةٍ فِيهَا خَزيرة، فَدَخَلَتْ
بِهَا عَلَيْهِ فَقَالَ لَهَا: "ادْعِي زَوْجَكِ وَابْنَيْكِ". قَالَتْ:
فَجَاءَ عَلِيٌّ وَحَسَنٌ وَحُسَيْنٌ فَدَخَلُوا عَلَيْهِ، فَجَلَسُوا
يَأْكُلُونَ مِنْ تِلْكَ الْخَزِيرَةِ، وَهُوَ عَلَى منامةٍ لَهُ عَلَى
دُكَّانٍ تَحْتَهُ كِسَاءٌ خَيْبَرِيٌّ، قَالَتْ: وَأَنَا فِي الْحُجْرَةِ
أُصَلِّي، فَأَنْزَلَ اللَّهُ، عَزَّ وَجَلَّ، هَذِهِ الْآيَةَ: {إِنَّمَا
يُرِيدُ اللَّهُ لِيُذْهِبَ عَنْكُمُ الرِّجْسَ أَهْلَ الْبَيْتِ
وَيُطَهِّرَكُمْ تَطْهِيرًا} . قَالَتْ: فَأَخَذَ فَضْلَ الْكِسَاءِ
فَغَطَّاهُمْ بِهِ، ثُمَّ أَخْرَجَ يَدَهُ فَأَلْوَى بِهَا إِلَى
السَّمَاءِ، ثُمَّ قَالَ: "اللَّهُمَّ هَؤُلَاءِ أَهْلُ بَيْتِي
وَخَاصَّتِي، فَأَذْهِبْ عَنْهُمُ الرِّجْسَ وَطَهِّرْهُمْ تَطْهِيرًا"،
قَالَتْ: فَأَدْخَلْتُ رَأْسِي الْبَيْتَ، فَقُلْتُ: وَأَنَا مَعَكُمْ يَا
رَسُولَ اللَّهِ؟ فَقَالَ: "إِنَّكِ إِلَى خَيْرٍ، إِنَّكِ إِلَى خَيْرٍ"
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnu
Numair, telah menceritakan kepada kami Abdul Malik ibnu Abu Sulaiman,
dari Ata ibnu Abu Rabah, telah menceritakan kepadaku seseorang yang
mendengarnya dari Ummu Kalsum r.a. saat ia menceritakan bahwa ketika
Nabi Saw. berada di dalam rumahnya, datanglah Fatimah r.a. dengan
membawa sebaki makanan, lalu Fatimah langsung masuk menemui Nabi Saw.
dengan membawa makanan itu. Dan Nabi Saw. bersabda, "Panggillah suami
dan kedua anakmu." Maka datanglah Ali, Hasan, dan Husain. Mereka
langsung masuk menemui Nabi Saw., lalu duduk dan memakan makanan yang
ada di dalam baki tersebut. Saat itu Rasulullah Saw. duduk di atas
tempat tidurnya yang beralaskan kain Khaibari. Ummu Salamah mengatakan
bahwa saat itu ia sedang berada di dalam kamarnya mengerjakan salat, dan
pada saat itu Allah menurunkan firman-Nya:Sesungguhnya Allah bermaksud
hendak menghilangkan dosa dari kamu, hai Ahlul Bait, dan membersihkan
kamu sebersih-bersihnya. (Al-Ahzab: 33) Ummu Salamah melanjutkan
kisahnya, bahwa lalu Nabi Saw. mengambil Iebihan dari kain Khaibarinya
itu dan menutupkannya kepada mereka berempat, kemudian beliau
mengeluarkan tangannya dan menengadahkannya ke arah langit seraya
berdoa: Ya Allah, mereka ini adalah ahli baitku dan keluarga khususku,
maka lenyapkanlah dosa-dosa dari mereka dan bersihkanlah mereka
sebersih-bersihnya. Ummu Salamah melanjutkan kisahnya, bahwa lalu ia
menyembulkan kepalanya dari kamar ke dalam ruangan rumah seraya berkata,
"Apakah aku juga bersama kalian, wahai Rasulullah?" Rasulullah Saw.
bersabda:Sesungguhnya engkau berada dalam kebaikan, sesungguhnya engkau
berada dalam kebaikan.
Di dalam sanad hadis ini terdapat seorang perawi yang tidak disebutkan
namanya, dia adalah syekh (guru)nya Ata, sedangkan perawi lainnya
semuanya berpredikat siqah (tepercaya).
Hadis lain.
قَالَ ابْنُ جَرِيرٍ: حَدَّثَنَا أَبُو كُرَيْب، حَدَّثَنَا مُصْعَبُ بْنُ
الْمِقْدَامِ، حَدَّثَنَا سَعِيدُ بْنُ زَرْبِيٍّ، عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ
سِيرِينَ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، عن أُمِّ سَلَمَةَ قَالَتْ: جَاءَتْ
فَاطِمَةُ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
بِبُرْمَةٍ لَهَا قَدْ صَنَعَتْ فِيهَا عَصيدَة تَحْمِلُهَا عَلَى طَبَقٍ،
فَوَضَعَتْهَا بَيْنَ يَدَيْهِ فَقَالَ: "أَيْنَ ابْنُ عَمِّكِ وَابْنَاكِ؟
" فَقَالَتْ: فِي الْبَيْتِ. فَقَالَ: "ادْعِيهِمْ". فَجَاءَتْ إِلَى
عَلِيٍّ فَقَالَتْ: أجِبْ رَسُولَ اللَّهِ أَنْتَ وَابْنَاكَ. قَالَتْ
أُمُّ سَلَمَةَ: فَلَمَّا رَآهُمْ مُقْبِلِينَ مدَّ يَدَهُ إِلَى كِسَاءٍ
كَانَ عَلَى الْمَنَامَةِ، فَمَدَّهُ وَبَسَطَهُ، وَأَجْلَسَهُمْ عَلَيْهِ،
ثُمَّ أَخَذَ بِأَطْرَافِ الْكِسَاءِ الْأَرْبَعَةِ بِشَمَالِهِ،
فَضَمَّهُ فَوْقَ رُؤُوسِهِمْ، وَأَوْمَأَ بِيَدِهِ الْيُمْنَى إِلَى
رَبِّهِ، عَزَّ وَجَلَّ، فَقَالَ: "اللَّهُمَّ، هَؤُلَاءِ أَهْلُ بَيْتِي،
فَأَذْهِبْ عَنْهُمُ الرِّجْسَ وَطَهِّرْهُمْ تَطْهِيرًا".
Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Kuraib, telah
menceritakan kepada kami Mus'ab ibnul Miqdam, telah menceritakan kepada
kami Sa'id ibnu Zurbi, dari Muhammad ibnu Sirin, dari Abu Hurairah, dari
Ummu Salamah r.a. yang menceritakan bahwa Fatimah r.a. datang menemui
Rasulullah Saw. dengan membawa kiriman makanan yang diletakkannya di
atas sebuah baki, lalu ia meletakkan makanan itu di hadapan Nabi Saw.
Maka beliau Saw. bertanya, "Di manakah anak pamanmu (maksudnya Ali) dan
kedua putramu?" Fatimah r.a menjawab, "Di rumah." Nabi Saw. bersabda,
"Panggillah mereka." Fatimah datang menjumpai Ali dan berkata, "Engkau
dan kedua putramu dipanggil oleh Rasulullah." Ummu Salamah melanjutkan
kisahnya, bahwa ketika Nabi Saw. melihat mereka datang, beliau menggelar
kain kisa yang ada di atas peraduannya, lalu mempersilahkan mereka
duduk di atasnya. Setelah itu beliau mengambil keempat ujung kain itu
dan menyatukannya di atas kepala mereka. Kain itu dipegangnya dengan
tangan kirinya, sedangkan tangan kanannya ia tengadahkan ke arah langit
seraya berdoa: Ya Allah, mereka ini adalah ahli baitku, maka
lenyapkanlah dosa-dosa dari mereka dan bersihkanlah mereka
sebersih-bersihnya.
Jalur lain.
قَالَ ابْنُ جَرِيرٍ: حَدَّثَنَا ابْنُ حُمَيْدٍ، حَدَّثَنَا عَبْدُ
اللَّهِ بْنُ عَبْدِ الْقُدُّوسِ، عَنِ الْأَعْمَشِ، عَنْ حَكِيمِ بْنِ
سَعْدٍ قَالَ: ذَكَرْنَا عَلِيَّ بْنَ أَبِي طَالِبٍ عِنْدَ أُمِّ
سَلَمَةَ، فَقَالَتْ: فِي بَيْتِي نَزَلَتْ: {إِنَّمَا يُرِيدُ اللَّهُ
لِيُذْهِبَ عَنْكُمُ الرِّجْسَ أَهْلَ الْبَيْتِ وَيُطَهِّرَكُمْ
تَطْهِيرًا} . قَالَتْ أُمُّ سَلَمَةَ: جَاءَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إلى بَيْتِي فَقَالَ: "لَا تَأْذَنِي
لِأَحَدٍ". فَجَاءَتْ فَاطِمَةُ فِلَمْ أَسْتَطِعْ أَنْ أَحْجُبَهَا عَنْ
أَبِيهَا. ثُمَّ جَاءَ الْحَسَنُ فِلَمْ أَسْتَطِعْ أَنْ أَحْجُبَهُ عَنْ
أُمِّهِ وَجَدِّهِ، ثُمَّ جَاءَ الْحُسَيْنُ فِلَمْ أَسْتَطِعْ أَنْ
أَحْجُبَهُ، ثُمَّ جَاءَ عَلِيٌّ فَلَمْ أَسْتَطِعْ أَنْ أَحْجُبَهُ،
فَاجْتَمَعُوا فَجَلّلهم رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ بِكِسَاءٍ كَانَ عَلَيْهِ، ثُمَّ قَالَ: "هَؤُلَاءِ أَهْلُ
بَيْتِي، فَأَذْهِبْ عَنْهُمُ الرِّجْسَ وَطَهِّرْهُمْ تَطْهِيرًا".
فَنَزَلَتْ هَذِهِ الْآيَةُ حِينَ اجْتَمَعُوا عَلَى الْبِسَاطِ. قَالَتْ:
فَقُلْتُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، وَأَنَا؟ قَالَتْ: فَوَاللَّهِ مَا
أَنْعَمَ، وَقَالَ: "إِنَّكِ إِلَى خَيْرٍ"
Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ibnu Humaid, telah
menceritakan kepada kami Abdullah ibnu Abdul Quddus, dari Al-A'masy,
dari Hakim ibnu Sa'd yang telah menceritakan bahwa kami memperbincangkan
perihal Ali ibnu Abu Talib r.a. di rumah Ummu Salamah r.a. Maka Ummu
Salamah berkata bahwa ayat berikut diturunkan di rumahnya, yaitu firman
Allah Swt.:Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari
kamu, hai Ahlul Bait, dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya.
(Al-Ahzab: 33) Ummu Salamah melanjutkan kisahnya, bahwa Rasulullah Saw.
datang ke rumahnya, lalu bersabda, "Janganlah engkau beri izin seseorang
pun masuk menemuiku." Dan datanglah Fatimah r.a. sehingga aku tidak
mampu mencegahnya untuk menemui ayahnya sendiri. Kemudian datang pula
Al-Hasan r.a., dan aku tidak mampu mencegahnya untuk menemui kakek dan
ibunya. Lalu datanglah Al-Husain, aku pun tidak mampu
menghalang-halanginya untuk menemui kakek dan ibunya. Terakhir datanglah
Ali r.a., dan aku tidak mampu menghalang-halanginya untuk masuk.
Akhirnya mereka berkumpul bersama Rasulullah Saw., dan Rasulullah Saw.
menghormati mereka dengan mempersilakan mereka duduk di atas hamparan
kain kisanya, lalu beliau Saw. berdoa:Mereka ini adalah ahli baitku,
maka lenyapkanlah dosa-dosa dari mereka dan bersihkanlah mereka
sebersih-bersihnya. Lalu turunlah ayat ini, yaitu Al-Ahzab ayat 33, saat
mereka berkumpul di atas kain yang dihamparkan oleh Nabi Saw. itu. Ummu
Salamah melanjutkan kisahnya, bahwa lalu ia berkata, "Wahai Rasulullah,
bagaimanakah dengan diriku?' Ummu Salamah berkata lagi, "Demi Allah,
aku merasa tidak enak." Nabi Saw. bersabda, "Sesungguhnya engkau berada
dalam kebaikan."
Jalur lain.
قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ جَعْفَرٍ،
حَدَّثَنَا عَوْفٌ، عَنْ أَبِي الْمُعَدِّلِ ، عَنْ عَطِيَّةَ
الطُّفَاوِيّ، عَنْ أَبِيهِ؛ أَنَّ أُمَّ سَلَمَةَ حَدَّثَتْهُ قَالَتْ:
بَيْنَمَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي بَيْتِي
يَوْمًا إِذْ قَالَ الْخَادِمُ: إِنَّ فَاطِمَةَ وَعَلِيًّا بِالسُّدَّةِ
قَالَتْ: فَقَالَ لِي: "قُومِي فَتَنَحي عَنْ أَهْلِ بَيْتِي". قَالَتْ:
فَقُمْتُ فَتَنَحَّيْتُ فِي الْبَيْتِ قَرِيبًا، فَدَخَلَ عَلِيٌّ
وَفَاطِمَةُ، وَمَعَهُمَا الْحَسَنُ وَالْحُسَيْنُ، وَهُمَا صَبِيَّانِ
صَغِيرَانِ، فَأَخَذَ الصَّبِيَّيْنِ فَوَضَعَهُمَا فِي حِجْرِهِ
فقبَّلهما، وَاعْتَنَقَ عَلِيًّا بِإِحْدَى يَدَيْهِ وَفَاطِمَةَ بِالْيَدِ
الْأُخْرَى، وقَبَّل فَاطِمَةَ وقَبَّل عَلِيًّا، وَأَغْدَقَ عَلَيْهِمْ
خَميصَة سَوْدَاءَ وَقَالَ: "اللَّهُمَّ، إِلَيْكَ لَا إِلَى النَّارِ
أَنَا وَأَهْلُ بَيْتِي". قَالَتْ: فَقُلْتُ: وَأَنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ؟
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْكَ. قَالَ: "وَأَنْتِ"
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu
Ja'far, telah menceritakan kepada kami Auf, dari Abul Ma'dal, dari
Atiyyah At-Tafawi, dari ayahnya yang telah menceritakan, sesungguhnya
Ummu Salamah pernah bercerita kepadanya bahwa ketika Rasulullah Saw.
berada di rumahnya pada suatu hari, tiba-tiba pelayan rumah berkata,
"Sesungguhnya Fatimah dan Ali berada di depan pintu rumah." Ummu Salamah
melanjutkan kisahnya, bahwa lalu Rasulullah Saw. bersabda kepadanya,
"Berdirilah kamu dan menjauhlah dari ahli baitku." Maka aku bangkit dan
menjauh dengan duduk di suatu sudut di dalam rumahku. Lalu masuklah Ali,
Fatimah, disertai oleh Al-Hasan dan Al-Husain radiyallahu 'anhum yang
saat itu keduanya masih kecil-kecil. Maka Nabi Saw. mengambil kedua anak
itu, meletakkan keduanya di pangkuannya serta menciuminya. Nabi Saw.
memeluk Ali r.a. dengan salah satu tangannya, sedangkan tangannya yang
lain memeluk Fatimah r.a. Nabi Saw. mencium Fatimah dan Ali, kemudian
mengerudungi mereka dengan kain berwarna hitam dan berdoa: Ya Allah,
kembalikanlah kepada-Mu bukan ke neraka, aku dan ahli baitku ini. Ummu
Salamah melanjutkan kisahnya, bahwa lalu ia bertanya, "Wahai Rasulullah,
bagaimanakah denganku?' Nabi Saw. bersabda, "Juga kamu."
Jalur lain.
قَالَ ابْنُ جَرِيرٍ: حَدَّثَنَا أَبُو كُرَيْب، حَدَّثَنَا [الْحَسَنُ
بْنُ عَطِيَّةَ، حَدَّثَنَا] فُضَيْلِ بْنِ مَرْزُوقٍ، عَنْ عَطِيَّةَ،
عَنْ أَبِي سَعِيدٍ، عَنْ أُمِّ سَلَمَةَ؛ أَنَّ هَذِهِ الْآيَةَ نَزَلَتْ
فِي بَيْتِهَا: {إِنَّمَا يُرِيدُ اللَّهُ لِيُذْهِبَ عَنْكُمُ الرِّجْسَ
أَهْلَ الْبَيْتِ وَيُطَهِّرَكُمْ تَطْهِيرًا} قَالَتْ: وَأَنَا جَالِسَةٌ
عَلَى بَابِ الْبَيْتِ فَقُلْتُ: يَا رسول اللَّهِ، ألستُ مِنْ أَهْلِ
الْبَيْتِ؟ فَقَالَ: "إِنَّكِ إِلَى خَيْرٍ، أَنْتِ مِنْ أَزْوَاجِ
النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ" قَالَتْ: وَفِي الْبَيْتِ
رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَعَلِيَّ،
وَفَاطِمَةُ، وَالْحَسَنُ، وَالْحُسَيْنُ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ
Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Kuraib, telah
menceritakan kepada kami Al-Hasan ibnu Atiyyah, telah menceritakan
kepada kami Fudail ibnu Marruq, dari Atiyyah, dari Abu Sa'id, dari Ummu
Salamah r.a. yang telah menceritakan bahwa ayat ini diturunkan di
rumahnya, yaitu firman Allah Swt.: Sesungguhnya Allah bermaksud hendak
menghilangkan dosa dari kamu, hai Ahlul Bait, dan membersihkan kamu
sebersih-bersihnya. (Al-Ahzab: 33) Ummu Salamah melanjutkan kisahnya,
bahwa saat itu ia duduk di dekat pintu rumah, lalu ia bertanya, "Wahai
Rasulullah, bukankah aku juga termasuk ahli baitmu?" Rasulullah Saw.
menjawab: Sesungguhnya engkau berada dalam kebaikan, engkau termasuk
salah seorang dari istri-istri Nabi Saw. Ummu Salamah menceritakan bahwa
di dalam rumah itu terdapat Rasulullah Saw., Ali, Fatimah, Al-Hasan,
dan Al-Husain radiyallahu 'anhum.
Jalur lain.
diriwayatkan oleh Ibnu Jarir pula melalui Abu Kuraib, dari Waki', dari
Abdul Hamid ibnu Bahrain, dari Syahr ibnu Hausyab, dari Ummu Salamah
dengan lafaz yang semisal.
Jalur lain.
قَالَ ابْنُ جَرِيرٍ: حَدَّثَنَا أَبُو كُرَيْب، حَدَّثَنَا خَالِدُ بْنُ
مَخْلَد، حَدَّثَنِي مُوسَى بْنُ يَعْقُوبَ، حَدَّثَنِي هَاشِمُ بْنِ
هَاشِمِ بْنِ عُتْبَةَ بْنِ أَبِي وَقَاصٍ، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ
وَهْبِ بْنِ زَمْعَة قَالَ: أَخْبَرَتْنِي أُمُّ سَلَمَةَ، رَضِيَ اللَّهُ
عَنْهَا، أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ جَمَعَ
فَاطِمَةَ وَالْحَسَنَ وَالْحُسَيْنَ، ثُمَّ أَدْخَلَهُمْ تَحْتَ ثَوْبِهِ،
ثُمَّ جَأَرَ إِلَى اللَّهِ، عَزَّ وَجَلَّ، ثُمَّ قَالَ: "هَؤُلَاءِ
أَهْلُ بَيْتِي". قَالَتْ أُمُّ سَلَمَةَ: فَقُلْتُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ،
أَدْخَلَنِي مَعَهُمْ. فَقَالَ: "أَنْتِ مِنْ أَهْلِي"
Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Kuraib, telah
menceritakan kepada kami Khalid ibnu Makhlad, telah menceritakan
kepadaku Musa ibnu Ya'qub, telah menceritakan kepadaku Hasyim ibnu
Hasyim ibnu Atabah ibnu Abu Waqqas, dari Abdullah ibnu Wahb ibnu Zam'ah
yang mengatakan bahwa Ummu Salamah pernah bercerita kepadanya,
"Sesungguhnya Rasulullah Saw. mengumpulkan Ali, Fatimah, Al-Hasan, dan
Al-Husain radiyallahu 'anhum. Lalu memasukkan mereka di bawah kain
bajunya, kemudian beliau Saw. berdoa kepada Allah Swt. Sesudah itu
beliau bersabda: 'Mereka inilah ahli baitku'. Ummu Salamah melanjutkan
kisahnya, bahwa lalu ia berkata meminta, "Wahai Rasulullah, masukkanlah
diriku bersama mereka." Rasulullah Saw. bersabda: Engkau termasuk salah
seorang ahli baitku.
Jalur lain.
diriwayatkan pula oleh Ibnu Jarir, dari Ahmad ibnu Muhammad At-Tusi,
dari Abdur Rahman ibnu Saleh, dari Muhammad ibnu Sulaiman Al-Asbahani,
dari Yahya ibnu Ubaid Al-Makki, dari Ata, dari Umar ibnu Abu Salamah,
dari ibunya dengan lafaz yang semisal dengan hadis di atas.
Hadis lain.
قَالَ ابْنُ جَرِيرٍ، حَدَّثَنَا ابْنُ وَكِيع، حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ
بِشْرٍ عَنْ زَكَرِيَّا، عَنْ مُصْعَبِ بْنِ شَيْبَةَ، عَنْ صَفِيَّةَ
بِنْتِ شَيْبَةَ قَالَتْ: قَالَتْ عَائِشَةُ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا:
خَرَجَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ذات غَدَاةٍ،
وَعَلَيْهِ مِرْط مُرَحَّل مِنْ شَعْر أَسْوَدَ، فَجَاءَ الْحَسَنُ
فَأَدْخَلَهُ مَعَهُ، ثُمَّ جَاءَ الْحُسَيْنُ فَأَدْخَلَهُ مَعَهُ، ثُمَّ
جَاءَتْ فَاطِمَةُ فَأَدْخَلَهَا مَعَهُ، ثُمَّ جَاءَ عَلِيٌّ فَأَدْخَلَهُ
مَعَهُ، ثُمَّ قَالَ: {إِنَّمَا يُرِيدُ اللَّهُ لِيُذْهِبَ عَنْكُمُ
الرِّجْسَ أَهْلَ الْبَيْتِ وَيُطَهِّرَكُمْ تَطْهِيرًا}
Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ibnu Waki', telah
menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Bisyr, dari Zakaria, dari Mus'ab
ibnu Syaibah, dari Safiyyah binti Syaibah yang menceritakan bahwa Siti
Aisyah r.a. pernah bercerita, "Di suatu pagi hari Rasulullah Saw. keluar
dengari mengenakan kain mirt berwarna hitam yang terbuat dari bulu
domba. Kemudian datanglah Al-Hasan r.a., maka beliau membawanya masuk,
lalu datang pula Al-Husain r.a. dan beliau membawanya masuk. Kemudian
datanglah Fatimah r.a., maka beliau membawanya masuk. Lalu datanglah Ali
r.a., maka beliau membawanya masuk pula. Setelah itu beliau membaca
firman-Nya: Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari
kamu, hai Ahlul Bait, dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya.
(Al-Ahzab: 33)
Imam Muslim meriwayatkannya dari Abu Bakar ibnu Abu Syaibah, dari Muhammad ibnu Bisyr dengan sanad yang sama.
Jalur lain.
قَالَ ابْنُ أَبِي حَاتِمٍ: حَدَّثَنَا أَبِي، حَدَّثَنَا سُرَيج بْنُ
يُونُسَ أَبُو الْحَارِثِ، حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ يَزِيدَ، عَنِ
الْعَوَّامِ -يَعْنِي: ابْنَ حَوْشَب -عَنْ عمٍّ لَهُ قَالَ: دَخَلْتُ مَعَ
أَبِي عَلَى عَائِشَةَ، فَسَأَلْتُهَا عَنْ عَلِيٍّ، رَضِيَ اللَّهُ
عَنْهُ، فَقَالَتْ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا: تَسْأَلُنِي عَنْ رَجُلٍ كَانَ
مِنْ أَحَبِّ النَّاسِ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ، وَكَانَتْ تَحْتَهُ ابْنَتُهُ وَأَحَبُّ النَّاسِ إِلَيْهِ؟
لَقَدْ رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ دَعَا
عَلِيًّا وَفَاطِمَةَ وَحَسَنًا وَحُسَيْنًا، فَأَلْقَى عَلَيْهِمْ ثَوْبًا
فَقَالَ: "اللَّهُمَّ، هَؤُلَاءِ أَهْلُ بَيْتِي، فَأَذْهِبْ عَنْهُمُ
الرِّجْسَ وَطَهِّرْهُمْ تَطْهِيرًا". قَالَتْ: فَدَنَوْتُ مِنْهُ
فَقُلْتُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، وَأَنَا مِنْ أَهْلِ بَيْتِكَ؟ فَقَالَ:
"تَنَحّي، فَإِنَّكِ عَلَى خَيْرٍ"
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah
menceritakan kepada kami Syuraih ibnu Yunus Abul Haris, telah
menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Yazid, dari Al-Awwam (yakni Ibnu
Hausyab r.a.), dari salah seorang anak pamannya yang telah menceritakan
bahwa ia masuk bersama ayahnya menemui Siti Aisyah r.a., lalu bertanya
tentang Ali r.a. kepadanya. Maka Siti Aisyah menjawab, "Engkau bertanya
kepadaku tentang seorang lelaki yang paling disukai oleh Rasulullah Saw.
Istrinya adalah putri beliau dan paling dicintai olehnya?." Siti Aisyah
r.a. melanjutkan kisahnya, bahwa sesungguhnya ia pernah melihat
Rasulullah Saw. mengundang Ali, Fatimah, Al-Hasan, dan Al-Husain
radiyallahu 'anhum, lalu beliau menutupi mereka dengan kainnya dan
berdoa: Ya Allah, mereka adalah ahli baitku, maka lenyapkanlah dosa-dosa
dari mereka dan bersihkanlah mereka sebersih-bersihnya. Siti Aisyah
r.a. melanjutkan kisahnya, bahwa lalu ia mendekati mereka dan berkata,
"Wahai Rasulullah, aku pun termasuk ahli baitmu." Rasulullah Saw.
bersabda: Menjauhlah engkau, sesungguhnya engkau berada dalam kebaikan.
Hadis lain.
قَالَ ابْنُ جَرِيرٍ حَدَّثَنَا الْمُثَنَّى، حَدَّثَنَا بَكْرُ بْنُ
يَحْيَى بْنِ زَبّان العَنزيّ، حَدَّثَنَا منْدَل، عَنِ الْأَعْمَشِ، عَنْ
عَطِيَّةَ، عَنْ أَبِي سَعِيدٍ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "نَزَلَتْ هَذِهِ الْآيَةُ فِي خَمْسَةٍ:
فِيَّ، وَفِي عَلِيٍّ، وَحَسَنٍ، وَحُسَيْنٍ، وَفَاطِمَةَ: {إِنَّمَا
يُرِيدُ اللَّهُ لِيُذْهِبَ عَنْكُمُ الرِّجْسَ أَهْلَ الْبَيْتِ
وَيُطَهِّرَكُمْ تَطْهِيرًا}
Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ibnul Musanna,
telah menceritakan kepada kami Bakr ibnu Yahya ibnu Zaban Al-Anazi,
telah menceritakan kepada kami Mindal, dari Al-A'masy, dari Atiyyah,
dari Abu Sa'id r.a. yang telah menceritakan bahwa Rasulullah Saw. pernah
bersabda: Ayat ini diturunkan berkenaan dengan lima orang; diriku, Ali,
Hasan, Husain, dan Fatimah, yaitu firman Allah Swt.: "Sesungguhnya
Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, hai Ahlul Bait, dan
membersihkan kamu sebersih-bersihnya.” (Al-Ahzab: 33)
Dalam keterangan yang lalu telah disebutkan bahwa Fudail ibnu Marzuq
meriwayatkannya dari Atiyyah, dari Abu Sa'id, dari Ummu Salamah r.a.
Ibnu Abu Hatim telah meriwayatkannya secara mauquf melalui hadis Harun
ibnu Sa'd Al-Ajali, dari Atiyyah, dari Abu Sa'id r.a. Hanya Allahlah
Yang Maha Mengetahui.
Hadis lain.
قَالَ ابْنُ جَرِيرٍ: حَدَّثَنَا ابْنُ الْمُثَنَّى، حَدَّثَنَا أَبُو
بَكْرٍ الْحَنَفِيُّ، حَدَّثَنَا بُكَيْر بْنُ مِسْمَارٍ قَالَ: سَمِعْتُ
عَامِرَ بْنَ سَعْدٍ قَالَ: قَالَ سَعْدٌ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حِينَ نَزَلَ عَلَيْهِ الْوَحْيُ، فَأَخَذَ
عَلِيًّا وَابْنَيْهِ وَفَاطِمَةَ فَأَدْخَلَهُمْ تَحْتَ ثَوْبِهِ، ثُمَّ
قَالَ: "رَبِّ، هَؤُلَاءِ أَهْلِي وَأَهْلُ بَيْتِي"
Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ibnul Musanna,
telah menceritakan kepada kami Abu Bakar Al-Hanafi, telah menceritakan
kepada kami Bukair ibnu Mismar yang mengatakan bahwa ia pernah mendengar
Amir ibnu Sa'd r.a. menceritakan bahwa Sa'd r.a. pernah mengatakan,
"Ketika diturunkan kepada Rasulullah Saw. suatu wahyu, maka beliau
merangkul Ali, Fatimah r.a. dan kedua putranya, lalu memasukkan mereka
ke balik baju jubahnya, kemudian berdoa: Ya Tuhanku, mereka inilah
keluargaku dan ahli baitku.
Hadis lain.
قَالَ مُسْلِمٌ فِي صَحِيحِهِ: حَدَّثَنِي زُهَير بْنُ حَرْبٍ، وشُجاع بْنُ
مَخْلَد جَمِيعًا، عَنِ ابْنِ عُلَيَّة -قَالَ زُهَيْرٌ: حَدَّثَنَا
إِسْمَاعِيلُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ، حَدَّثَنِي أَبُو حَيَّان، حَدَّثَنِي
يَزِيدُ بْنُ حَيَّان قَالَ: انْطَلَقْتُ أَنَا وحُصَين بْنُ سَبْرَةَ
وَعُمَرُ بْنُ مُسْلِمٍ إِلَى زَيْدِ بْنِ أَرْقَمَ، فَلَمَّا جَلَسْنَا
إِلَيْهِ قَالَ لَهُ حُصَيْنٌ: لَقَدْ لقيتَ يَا زيدُ خَيْرًا كَثِيرًا
[رأيتَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وسمعتَ
حَدِيثَهُ، وغزوتَ مَعَهُ، وصليتَ خَلْفَهُ، لَقَدْ لَقِيَتْ يَا زَيْدُ
خَيْرًا كَثِيرًا] ؛ حَدّثنا يَا زَيْدُ مَا سَمِعْتُ مِنْ رَسُولِ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وسلم. قال: يا بن أخي، والله لقدكَبرَت سِنِّي،
وَقَدِمَ عَهْدِي، ونسيتُ بَعْضَ الَّذِي كنتُ أَعِي مِنْ رَسُولِ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَمَا حَدّثتكُم فَاقْبَلُوا، وَمَا
لَا فَلَا تُكَلّفونيه. ثُمَّ قَالَ: قَامَ فِينَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمًا خَطِيبًا بِمَاءٍ يُدْعَى خُمًّا
-بَيْنَ مَكَّةَ وَالْمَدِينَةِ -فَحَمِدَ اللَّهَ وَأَثْنَى عَلَيْهِ،
وَوَعَظَ وَذَكّر، ثُمَّ قَالَ: "أَمَّا بَعْدُ، أَلَا أَيُّهَا النَّاسُ
فَإِنَّمَا أَنَا بَشَرٌ يُوشِكُ أَنْ يَأْتِيَ رَسُولُ رَبِّي فَأُجِيبُ،
وَأَنَا تَارِكٌ فِيكُمْ ثِقْلَيْنِ، وَأَوَّلُهُمَا كِتَابُ اللَّهِ، فيه
الهدى والنور، فخذوا بكتاب الله واستمسكوا بِهِ". فَحَثّ عَلَى كِتَابِ
اللَّهِ وَرَغَّب فِيهِ، ثُمَّ قَالَ: "وَأَهْلُ بَيْتِي، أذَكِّركم
اللَّهَ فِي أَهْلِ بَيْتِي، أذكِّركم اللَّهَ فِي أَهْلِ بَيْتِي"
ثَلَاثًا. فَقَالَ لَهُ حُصَيْنٌ: وَمَنْ أَهْلُ بَيْتِهِ يَا زَيْدُ؟
أَلَيْسَ نِسَاؤُهُ مِنْ أَهْلِ بَيْتِهِ؟ قَالَ: نِسَاؤُهُ مِنْ أَهْلِ
بَيْتِهِ، وَلَكِنْ أَهْلَ بَيْتِهِ مَنْ حُرِمَ الصّدَقة بَعْدَهُ. قَالَ:
ومَنْ هم؟ قال هم آل علي، وآل عَقِيل، وَآلُ جَعْفَرٍ، وَآلُ عَبَّاسٍ.
قَالَ: كُلُّ هَؤُلَاءِ حُرِمَ الصَّدَقَةَ؟ قَالَ: نَعَمْ
Imam Muslim telah mengatakan di dalam kitab sahihnya, telah menceritakan
kepadaku Zuhair ibnu Harb dan Syuja' ibnu Makhlad, dari Ibnu Ulayyah.
Zuhair mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ismail ibnu Ibrahim,
telah menceritakan kepadaku Abu Hayyan, telah menceritakan kepadaku
Yazid ibnu Hibban yang menceritakan bahwa ia dan Husain ibnu. Sirah
serta Amr ibnu Salamah berangkat menuju ke rumah Zaid ibnu Arqam r.a.
Setelah mereka duduk di majelisnya, Husain berkata membuka pembicaraan,
"Hai Yazid, sesungguhnya engkau telah menjumpai banyak kebaikan, engkau
telah melihat Rasulullah dan mendengar hadisnya, berperang bersamanya,
dan salat di belakangnya. Sesungguhnya engkau, hai Zaid, telah menjumpai
banyak kebaikan. Ceritakanlah kepada kami, hai Zaid, apa yang telah
engkau dengar dari Rasulullah Saw. Zaid ibnu Arqam menjawab, "Hai anak
saudaraku, demi Allah, sesungguhnya usiaku telah lanjut dan masa itu
telah berlalu cukup lama sehingga aku lupa akan sebagian dari yang
pernah kudengar dari Rasulullah Saw. Maka apa yang kuceritakan kepada
kalian, terimalah apa adanya; dan yang tidak kuceritakan kepada kalian
janganlah kalian memaksakan diriku untuk menceritakannya." Kemudian Zaid
ibnu Arqam r.a. melanjutkan kisahnya, bahwa pada suatu hari Rasulullah
Saw. berdiri di antara kami di suatu tempat yang ada mata airnya yang
dikenal dengan nama Khum, terletak di antara Mekkah dan Madinah, lalu
beliau berkhotbah. Pada mulanya beliau memanjatkan puja dan puji kepada
Allah Swt., lalu memberi nasihat dan peringatan, sesudah itu beliau
bersabda: "Amma ba'du. Ingatlah, hai manusia, sesungguhnya aku hanyalah
seorang manusia yang sudah dekat masanya akan kedatangan utusan
Tuhanku(maut), lalu aku memperkenankannya. Dan aku akan menitipkan
kepada kalian dua tugas berat; yang pertama adalah Kitabullah, di
dalamnya terdapat petunjuk dan cahaya, maka amalkanlah Kitabullah dan
berpegang teguhlah kalian kepadanya. Rasulullah Saw. menekankan agar
berpegang teguh kepada Kitabullah dan menganjurkan mereka untuk
mengamalkannya, setelah itu beliau melanjutkan sabdanya: Dan ahli
baitku, aku peringatkan kalian kepada Allah tentang ahli baitku, aku
peringatkan kalian kepada Allah tentang ahli baitku. Sebanyak tiga kali.
Maka Husain bertanya kepada Zaid ibnu Arqam, "Hai Zaid, siapakah yang
termasuk ahli bait Nabi Saw. itu? Bukankah istri-istri beliau termasuk
ahli baitnya?" Zaid ibnu Arqam menjawab, "Istri-istri beliau termasuk
ahli baitnya, tetapi yang dimaksud dengan ahli bait yang sesungguhnya
ialah orang-orang yang tidak boleh menerima harta zakat sesudah beliau
tiada." Husain bertanya, "Lalu siapakah mereka secara jelasnya?" Zaid
ibnu Arqam menjawab, "Mereka adalah keluarga Ali, keluarga Aqil,
keluarga Ja'far, dan keluarga Al-Abbas radiyallahu 'anhum.” Husain
kembali bertanya menegaskan, "Mereka semua adalah orang-orang yang haram
menerima zakat sesudah Nabi Saw. tiada?" Zaid ibnu Arqam menjawab,
"Ya."
Kemudian Imam Muslim meriwayatkannya dari Muhammad ibnu Ar-Rayyan, dari
Hassan ibnu Ibrahim, dari Sa'id ibnu Masruq, dari Yazid ibnu Hibban,
dari Zaid ibnu Arqam r.a. lalu disebutkan hal yang semisal dengan hadis
di atas. Hanya dalam riwayat ini disebutkan bahwa Husain bertanya kepada
Zaid ibnu Arqam, "Bukankah istri-istri beliau termasuk ahli baitnya?"
Zaid ibnu Arqam menjawab:
لَا وَايْمُ اللَّهِ، إِنَّ الْمَرْأَةَ تَكُونُ مَعَ الرَّجُلِ الْعَصْرَ
مِنَ الدَّهْرِ ثُمَّ يُطَلِّقُهَا فَتَرْجِعُ إِلَى أَبِيهَا وَقَوْمِهَا.
أَهْلُ بَيْتِهِ أَصْلُهُ وعَصبَته الَّذِينَ حُرموا الصَّدَقَةَ بَعْدَهُ
Tidak, demi Allah, sesungguhnya seorang wanita itu di suatu masa menjadi
istri seseorang lelaki, kemudian lelaki itu menceraikannya dan ia
kembali kepada ayahnya serta kaumnya. Ahli baitnya ialah orang tuanya
dan para asabahnya yang haram menerima zakat sesudah beliau Saw. tiada.
Demikianlah menurut riwayat ini, tetapi riwayat yang sebelumnya lebih utama untuk dijadikan sebagai pegangan.
Sedangkan riwayat yang kedua ini (yakni yang terakhir) mengandung
pengertian sebagai tafsir makna ahli bait yang disebutkan di dalam
sebuah hadis lainnya yang menyatakan bahwa sesungguhnya yang dimaksud
dengan keluarga beliau Saw. adalah orang-orang yang tidak boleh menerima
zakat. Atau makna yang dimaksud dengan ahli bait bukanlah terbatas
hanya pada istri-istri beliau Saw. saja, bahkan pengertiannya lebih umum
daripada itu.
Hipotesis ini juga merupakan pengertian gabungan antara riwayat ini dan
riwayat-riwayat sebelumnya, sebagai suatu interpretasi yang paling dapat
diandalkan untuk dijadikan rujukan. Interpretasi ini pun menggabungkan
antara pengertian riwayat ini dan nas Al-Qur'an serta hadis-hadis
lainnya yang terdahulu, jika memang sanadnya sahih, mengingat pada
sebagian sanad-sanadnya masih ada hal-hal yang perlu diteliti kembali.
Hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui.
Kemudian termasuk hal yang tidak diragukan lagi bagi orang yang
merenungkannya ialah bahwa istri-istri Nabi Saw. sudah jelas termasuk ke
dalam makna yang terkandung di dalam firman-Nya:
{إِنَّمَا يُرِيدُ اللَّهُ لِيُذْهِبَ عَنْكُمُ الرِّجْسَ أَهْلَ الْبَيْتِ وَيُطَهِّرَكُمْ تَطْهِيرًا}
Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, hai
Ahlul Bait, dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya. (Al-Ahzab: 33)
Karena sesungguhnya konteks pembicaraan ayat berkaitan dengan mereka, mengingat sesudahnya disebutkan oleh firman selanjutnya:
{وَاذْكُرْنَ مَا يُتْلَى فِي بُيُوتِكُنَّ مِنْ آيَاتِ اللَّهِ وَالْحِكْمَةِ}
Dan ingatlah apa yang dibacakan di rumahmu dari ayat-ayat Allah dan hikmah (sunnah Nabimu). (Al-Ahzab: 34)
Artinya, ketahuilah apa yang diturunkan oleh Allah Swt. kepada Rasul-Nya
di dalam rumah kalian berupa Al-Qur'an dan sunnah. Demikianlah menurut
Qatadah dan lain-lainnya yang bukan hanya seorang. Ingatlah akan nikmat
yang telah dikhususkan Allah bagi kalian di antara semua manusia. Yaitu
bahwa wahyu ada yang diturunkan di rumah-rumah kalian, bukan rumah orang
lain. Dan Siti Aisyah r.a. As-Siddiqah binti As-Siddiq r.a. adalah
istri Nabi Saw. yang paling utama mendapat nikmat ini, paling beruntung,
serta paling khusus di antara istri-istri beliau yang lainnya dalam
mendapatkan rahmat yang berlimpah ini. Karena sesungguhnya belum pernah
diturunkan kepada Rasulullah Saw. suatu wahyu pun di atas tempat tidur
seorang istri selain dari tempat tidur Siti Aisyah r.a., sebagaimana
yang pernah disebutkan oleh sabda Nabi Saw. yang menceritakan hal
tersebut.
Sebagian ulama mengatakan bahwa Nabi Saw. belum pernah kawin dengan
seorang perawan selain dari Siti Aisyah r.a. dan belum pernah ada
seorang lelaki yang tidur bersama Aisyah di tempat tidurnya selain hanya
Rasulullah Saw. Maka sesuailah bila ia secara khusus mendapatkan
keistimewaan ini dan memborong sendirian kedudukan yang tinggi ini.
Tetapi apabila istri-istri beliau Saw. termasuk ahli baitnya, berarti
keluarga beliau sendiri (yakni kerabat beliau) lebih berhak untuk
mendapat julukan ahlul bait. Sebagaimana yang disebutkan dalam hadis
terdahulu yang menyebutkan: Dan ahli baitku (kerabatku) lebih berhak.
Hal ini mirip dengan apa yang disebutkan di dalam kitab Sahih Muslim,
bahwa ketika Rasulullah Saw. ditanya mengenai masjid yang dibangun di
atas landasan ketakwaan sejak awal pembangunannya, lalu beliau bersabda:
"هُوَ مَسْجِدِي هَذَا"
Masjid itu adalah masjidku ini.
Pengertian hadis di atas sama dengan hadis ini, karena sesungguhnya ayat
yang diturunkan berkenaan dengannya adalah menyangkut masjid Quba,
sebagaimana yang disebutkan oleh banyak hadis lainnya. Tetapi jika
masjid Quba tersebut didirikan atas landasan takwa sejak awal
pembuatannya, maka masjid Rasulullah Saw. di Madinah lebih berhak untuk
mendapat julukan tersebut. Hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui.
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah
menceritakan kepada kami Abul Walid, telah menceritakan kepada kami Abu
Uwwanah, dari Husain ibnu Abdur Rahman, dari Abu Jamilah yang telah
mengatakan bahwa sesungguhnya Al-Hasan ibnu Ali r.a. diangkat menjadi
khalifah di saat Khalifah Ali r.a. mati terbunuh. Ketika Al-Hasan sedang
salat, tiba-tiba ada seorang lelaki melompatinya dan menusuknya dengan
pisau belati. Husain mengira bahwa ia pernah mendapat berita bahwa orang
yang menusuk Al-Hasan itu adalah seorang lelaki dari kalangan Bani
Asad. Saat kejadian itu Hasan r.a. sedang sujud dalam salatnya. Mereka
mengira bahwa tusukan itu mengenai salah satu sisi pantatnya sehingga ia
sakit karena luka itu selama beberapa bulan. Setelah sembuh Al-Hasan
duduk di atas mimbarnya, lalu berkata: "Hai penduduk Irak, bertakwalah
kalian kepada Allah terhadap kami, karena sesungguhnya kami adalah
pemimpin kalian dan tamu kalian. Kami adalah ahli bait yang disebutkan
oleh Allah Swt. di dalam firman-Nya: 'Sesungguhnya Allah bermaksud
hendak menghilangkan dosa dari kamu, hai Ahlul Bait, dan membersihkan
kamu sebersih-bersihnya'(Al-Ahzab: 33)." Abu Jamilah melanjutkan
kisahnya, bahwa Al-Hasan terus menerus mengucapkan ayat tersebut
sehingga tiada seorang pun yang hadir di masjid itu melainkan
tersedu-sedu menangis.
As-Saddi telah meriwayatkan dari Abud Dailam yang menceritakan bahwa Ali
ibnul Husain pernah berkata kepada seorang lelaki penduduk negeri Syam,
"Tidakkah engkau pernah membaca suatu ayat dalam surat Al-Ahzab, yaitu
firman-Nya:'Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari
kamu, hai Ahlul Bait, dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya. '
(Al-Ahzab: 33)." Lelaki itu menjawab, "Ya, pernah; dan kalianlah yang
dimaksudkan oleh ayat ini." Ali ibnul Husain berkata, "Memang benar."
Firman Allah Swt.:
{إِنَّ اللَّهَ كَانَ لَطِيفًا خَبِيرًا}
Sesungguhnya Allah adalah Mahalembut lagi Maha Mengetahui. (Al-Ahzab: 34)
Yakni berkat kelembutan-Nya kepada kalian, maka kalian dapat sampai pada
kedudukan kalian sekarang ini. Dan berkat kemahatahuan-Nya tentang
kalian yang berhak mendapatkannya, maka Dia memberikannya kepada kalian
dan mengkhususkannya hanya buat kalian.
Ibnu Jarir rahimahullah mengatakan sehubungan dengan makna ayat ini,
bahwa ingatlah kalian akan nikmat Allah yang telah dilimpahkanNya
kepada kalian, yaitu Allah telah menjadikan ayat-ayat-Nya dan hikmah
Nabi-Nya dibacakan di dalam rumah-rumah kalian. Maka bersyukurlah kepada
Allah atas hal tersebut dan panjatkanlah puja dan puji kepada-Nya.
Sesungguhnya Allah adalah Mahalembut lagi Maha Mengetahui. (Al-Ahzab:
34) Allah Mahalembut kepada kalian karena Dia telah menjadikan di dalam
rumah-rumah kalian ayat-ayat Allah dan hikmah-Nya selalu dibacakan. Dia
Maha Mengetahui tentang kalian, karena itu dipilih-Nya kalian sebagai
istri-istri Nabi Saw.
Qatadah telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Dan
ingatlah apa yang dibacakan di rumahmu dari ayat-ayat Allah dan hikmah
(sunnah Nabimu). (Al-Ahzab: 34) Allah menyebut-nyebut nikmat yang telah
dilimpahkan-Nya kepada mereka, sebagai karunia dari-Nya.
Demikianlah menurut apa yang diriwayatkan oleh Ibnu Jarir.
Atiyyah Al-Aufi telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya:
Sesungguhnya Allah adalah Mahalembut lagi Maha Mengetahui. (Al-Ahzab:
34) Yaitu Mahalembut mengenai kesimpulan-kesimpulan yang terkandung di
dalam ayat-ayat-Nya lagi Maha Mengetahui tentang tempat-tempatnya.
Demikianlah menurut apa yang diriwayatkan oleh Ibnu Abu Hatim. Kemudian
Ibnu Abu Hatim mengatakan bahwa hal yang sama telah diriwayatkan dari
Ar-Rabi' ibnu Anas, dari Qatadah.
Jalaludin As Suyuthi Dalam Kitab Tafsirnya Durr Al Mantsur 6/605 mengeluarkan riwayat berikut
وأخرج الحكيم والترمذي والطبراني وابن مردويه وأبو نعيم والبيهقي معا في
الدلائل عن ابن عباس رضي الله عنهما قال : قال رسول الله صلى الله عليه و
سلم ” ان الله قسم الخلق قسمين فجعلني في خيرهما قسما فذلك قوله وأصحاب
اليمين الواقعة الآية 27 و أصحاب الشمال الواقعة الآية 41 فأنا من أصحاب
اليمين وأنا خير أصحاب اليمين ثم جعل القسمين أثلاثا فجعلني في خيرها ثلثا
فذلك قوله ” وأصحاب الميمنة ما أصحاب الميمنة وأصحاب المشأمة ما أصحاب
المشأمة والسابقون السابقون ” الواقعة الآية 8 – 10 فأنا من السابقين وأنا
خير من السابقين ثم جعل الأثلاث قبائل فجعلني في خيرها قبيلة وذلك قوله
وجعلناكم شعوبا وقبائل لتعارفوا أن أكرمكم عند الله أتقاكم الحجرات الآية
13 وأنا أتقى ولد آدم وأكرمهم على الله تعالى ولا فخرثم جعل القبائل بيوتا
فجعلني في خيرها بيتا فذلك قوله إنما يريد الله ليذهب عنكم الرجس أهل البيت
ويطهركم تطهيرا فأنا وأهل بيتي مطهرون من الذنوب ”
Dikeluarkan oleh Al Hakim, Tirmidzi, Thabrani, Ibnu Mardawaih. Abu Nuaim
dan Baihaqi dalam Ad Dalail dari Ibnu Abbas yang berkata “Rasulullah
SAW bersabda “Sesungguhnya Allah SWT membagi manusia menjadi dua
kelompok. Dan Dia menjadikanku pada kelompok yang paling baik dan adalah
firmanNya “Dan golongan kanan, alangkah bahagianya golongan kanan
itu”(Al Waqiah 27). “Dan golongan kiri, siapakah golongan kiri itu” (Al
Waqiah 41). Dan aku dari golongan kanan bahkan sebaik-baik golongan
kanan. Kemudian Allah SWT menjadikan kedua kelompok itu menjadi tiga
kelompok dan Dia menjadikanku pada yang paling baik, itu adalah
firmanNya “Yaitu golongan kanan, alangkah mulianya golongan kanan itu.
Dan golongan kiri, alangkah sengsaranya golongan kiri itu. Dan
orang-orang yang paling dahulu beriman, merekalah yang paling dulu(masuk
surga). Mereka itulah orang-orang yang didekatkan(kepada Allah SWT)”
(Al Waqiah 8-10).Aku dari kelompok yang paling awal dan sebaik-baik
kelompok yang paling awal (as sabiqun). Kemudian Dia menjadikan ketiga
kelompok itu kabilah-kabilah dan Dia menjadikanku pada sebaik-baik
kabilah. Dan itu firmanNya “Dan Kami menjadikan kamu berbangsa-bangsa
dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal” (Al Hujurat 13). Dan
Aku anak cucu Adam yang paling bertakwa dan paling mulia di sisi Allah.
Kemudian Dia menjadikan kabilah-kabilah itu menjadi keluarga-keluarga
dan Dia menjadikanku pada sebaik-baik keluarga. Itulah
firmanNya“Sesungguhnya Allah berkehendak untuk menghilangkan dosa dari
kamu wahai Ahlul Bait dan mensucikanmu sesuci-sucinya” (Al Ahzab 33).
Aku dan Ahlul BaitKu tersucikan dari dosa-dosa.
Dalam Kitab Tafsir Fathul Qadir Asy Syaukani 4/278 ketika menafsirkan Al
Ahzab 33, beliau juga mengeluarkan riwayat tersebut dengan sedikit
perbedaan yaitu beliau tidak mengatakan kalau riwayat ini dikeluarkan
oleh Abu Nu’aim. Asy Syaukani berkata
وأخرج الحكيم الترمذي والطبرانى وابن مردويه والبيهقى فى الدلائل عن ابن عباس
Dan dikeluarkan oleh Al Hakim, Tirmidzi, Thabrani, Ibnu Mardawaih dan Baihaqi dalam Ad Dalail dari Ibnu Abbas.
Wallohul Waliyyut Taufiq Ila Sabilul Huda